Mobilisasi warga mudik ke kampung halaman terjadi secara masif dan imbasnya menimbulkan kemacetan pada jalur-jalur darat. Kondisi yang tak berbeda juga terjadi di jalur laut dan udara dengan antrian yang tak terhindarkan. Tak terkecuali pada Idul Fiitri 2022 ini dengan kondisi kemacetan yang lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Efek dari pandemi Covid-19 yang meningkatkan gairah mudik pada tahun ini, pemerintah pun melonggarkan aturan dengan memperbolehkan warganya untuk mudik saat Idul Fitri.
Dalam menghadapi realita tersebut, kondisi tubuh yang fit menjadi salah satu yang harus diperhatikan para pemudik ketika akan melakukan perjalanan. Hal lain berupa manajemen stres dan psikis.
Mengapa manajemen stres dan kestabilan psikis ini penting saat melakukan perjalanan mudik dan balik? Seberapa pentingnya hal ini? Seberapa pengaruh faktor ini terhadap pemudik yang melakukan perjalanan mudik dan balik?
Mengutip web doktersehat.com, manajemen stres diperlukan untuk membantu mengatasi stress dalam hidup. Hal ini diperlukan agar kita bisa lebih bahagia, sehat, dan produktif. Dalam kaitannya dengan perjalanan mudik dan balik di momen hari raya, maka manajemen stres dan psikis berkaitan dengan cara kita menyikapi hal-hal yang dialami selama melakukan perjalanan mudik atau balik. Misalnya kemacetan yang harus dialami saat menempuh perjalanan darat, mengantri di gerbang tol, mengantri untuk naik kapal di dermaga penyeberangan, mengantri untuk membeli tiket penyeberangan atau penerbangan, dan lain-lain.
Antara manajemen stressdan psikis ini saling mempengaruhi (dengan kondisi tubuh) atau berkorelasi. Menurut psikiater dr. Krisna Aji, Sp.Kj, tekanan psikis akan menurunkan daya tahan fisik. Hal ini bisa dijelaskan dengan teori biopsikologis di mana tekanan psikis akan mempengaruhi persepsi ketahanan fisik diri (seperti rasanya mudah lelah yang dirasakan secara subyektif), “katanya saat dihubungi oleh Prohealth,id melalui DM Istagram, beberapa waktu lalu.
Selain itu, sambungnya, kondisi ini juga mempengaruhi dari dalam tubuh itu sendiri secara obyektif di mana psikis menyebabkan reaksi imunologis yang membuat ketahanan fisik menurun. Dalam perjalanan mudik ataupun balik, hal seperti ini tentunya akan menjadi tidak baik. Terlebih bila dibiarkan berlarut-larut.
Krisna mengatakan solusi untuk ini yaitu dengan membuat ketahanan psikis tetap terjaga. Manusia itu sejatinya seperti mobil. Ada batasan panas yang bisa ditoleransi dan perlu istirahat saat panas tersebut melebihi batas. Masalahnya, diri biasanya tidak memiliki insight yang cukup untuk memahami kapan dirinya harus beristirahat secara mental dan fisik.
“Untuk ini, solusinya adalah (individu yang bersangkutan perlu) memahami gejala mental (dirinya) saat perlu istirahat, semisal (saat perjalanan mudik) mengalami ketidakfokusan, merasa tidak nyaman, lebih mudah marah (emosi), dan lain-lain. Lalu ambil waktu untuk beristirahat di rest area, misalnya untuk tidur, meditasi, dan lain-lain,” sarannya.
Dalam Webinar Pentingnya Tidur yang Berkualitas bagi Kesehatan Anda yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, Dr. dr. Rimawati Tedjakusuma, SpS(K) mengatakan bahwa selain fungsi istirahat, ada beberapa fungsi lain dari tidur yaitu untuk mengurangi kelelahan, fungsi restoratif, menjaga energi (psikis) tubuh, menjaga memori pikiran, memperbaiki sel, dan mensekresi hormon.
Sedangkan mengenai manfaat meditasi, dikutip dari web neurolism.web.id disebutkan jika dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah antistres yang paling baik. Dia beralasan, saat mengalami stres, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, penafasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalis memompa hormon-hormon stres. Dengan melakukan meditasi, hal-hal tersebut bisa dieliminasi.
Editor: Gloria Fransisca Katharina
Discussion about this post