Kementerian Kesehatan RI mencoba mewujudkan Transformasi Digital Kesehatan 2024 melalui platform Indonesia Health Services (IHS). Dalam platform ini, pemerintah mengadopsi model infrastruktur platform-as-a-service (PAAS) yang menghubungkan seluruh ekosistem pelaku industri kesehatan untuk menciptakan satu data kesehatan nasional yang dapat diandalkan dalam merumuskan kebijakan kesehatan nasional.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman yang juga peneliti bidang Global Health Security mengatakan sebelum ada inovasi apapun penting melakukan pemetaan kebutuhan dan evaluasi. “Misal, platform kesehatan itu pengembangan dari PeduliLindungi, maka harus ada evaluasi terhadap PeduliLindungi,” tuturnya kepada tim Prohealth.id, beberapa waktu yang lalu.
Ada beberapa hal yang penting dikomunikasikan secara transparan kepada publik. Misalnya, saat ini Indonesia belum punya regulasi perlindungan data pribadi seperti Singapura, atau negara-negara maju terkait kehendak bebas warga ketika data pribadi diserahkan kepada negara.
“Jika aturan perlindungan data pribadi ini belum ada, dan masalah kebocoran data belum diselesaikan, ini namanya menyimpan bom waktu. Apalagi banyak masyarakat belum melek hukum, dan itu yang harus ditata bersama,” sambungnya.
Dengan begitu, Dicky menegaskan hasil evaluasi mendalam tentang sistem teknologi informasi dan pengamanan data penting disampaikan ke publik, terutama dalam menekankan tentang kinerja platform selama ini. “Dengan evaluasi pengembangan platform juga menjadi lebih jelas justifikasi dan alasan platform ini harus ada,” sambung Dicky.
Asal tahu saja, awal Juni 2022 lalu, Kementerian Kesehatan memimpin pertemuan Health Working Group di Lombok. Melalui pertemuan tersebut Kemenkes merancang ketahanan sistem kesehatan secara global.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan, pemerintah akan fokus pada tiga hal, yakni pertama mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Fokus kedua dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global adalah mobilisasi sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Ketiga, optimalisasi pengawasan genomik dan penguatan mekanisme berbagi data terpercaya untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat.
Evaluasi pengamanan data pribadi
Dalam Health Working Group juga mendorong adanya berbagi data antar negara, terutama data yang berhubungan dengan pandemi. Tujuan berbagi data sebagai salah satu cara untuk memerangi pandemi selanjutnya.
Penguatan mekanisme berbagi data terpercaya bertujuan untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat. Sebagai contoh dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID) memungkinkan semua negara G20 untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dan data, tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi juga pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.
Pertemuan Health Working Group kedua dapat memperoleh persetujuan oleh seluruh negara anggota G20 untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal, dan terkait pandemi, persetujuan tersebut berupa justifikasi semua laboratorium di dunia bisa berbagi data patogen mencegah pandemi berikutnya.
Dengan begitu, kalau ada pandemi berikutnya di negara lain sudah ada mekanisme untuk melaporkan data genom sequence dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genome tersebut bisa berupa virus, bakteri, parasit.
Artinya, semua negara anggota mendukung usulan ini dengan beberapa rekomendasi dan klarifikasi agar tidak terjadi duplikasi pada upaya global.
Perlu lebih detail dalam hal aksesibilitas, benefit, dan dampak bagi negara-negara. Berangkat dari mekanisme tersebut, berbagi data perlu dilakukan dengan syarat kepentingan nasional harus tetap dijaga.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post