Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Petani Milenial Beralih Dari Tembakau Menuju Pertanian Berkelanjutan

by Admin
Tuesday, 28 September 2021
A A
Petani Milenial Beralih Dari Tembakau Menuju Pertanian Berkelanjutan

Sekolah Tani Muhammadiyah. Sumber Foto: Jekson Simanjuntak/2021.

Magelang, Prohealth.ID – Perwakilan The Union Fauzi Ahmad Nur mengungkapkan bahwa the Union selaku partner kerja MTCC Unimma sangat mengapresiasi hadirnya Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah. Hal itu telah memberi pencerahan kepada petani, tidak hanya di Jawa Tengah, namun juga di Jawa Timur hingga Nus Tenggara Barat.

“Ini merupakan terobosan yang patut diapresiasi, meskipun Unimma belum punya Fakultas Pertanian tetapi sudah bisa menginisiasi gerakan yang benar-benar riil. Bisa bermanfaat bagi masyarakat khususnya petani tembakau,” katanya.

BacaJuga

Kekerasan terhadap Jurnalis Masif di Era Prabowo

Potret Makan Bergizi ‘Tragis’

Fauzi berharap, setelah pandemi berakhir kegiatan tatap muka bisa segera dilakukan. Termasuk melakukan demplot-demplot pertanian agar ilmu dari sekolah tani mandiri bisa dipraktikkan secara nyata.

Selanjutnya, para mahasiswa dan mahasiswi yang bergabung di sekolah tani mandiri dapat memberi warna bagi lingkungan sekitar. “Selain itu, kami akan mendampingi terus, agar kita bisa hidup berdampingan secara sehat,” ucapnya.

Fauzi menambahkan, sekolah tani mandiri awalnya diinisiasi karena adanya kegelisahan dari masyarakat petani tembakau di Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah. Saat itu para petani tembakau kesulitan untuk meningkatkan taraf penghidupannya.

“Karena kita tahu bahwa tembakau belum bisa dijadikan sebagai mata pencaharian pokok, karena harganya selalu turun,” ujar Fauzi.

Informasi terakhir, Bupati Temanggung telah mengirimkan surat ke Kementerian Perindustrian agar menekan industri tembakau. Harapannya, pihak industri bersedia membeli harga tembakau petani dengan harga layak.

“Tapi saya tidak tahu, apakah sekarang sudah ada perubahan?” ujarnya.

Fauzi berharap, sudah saatnya petani menentukan nasibnya sendiri. Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah menjadi salah satu solusi untuk menginisiasi sebuah gerakan pertanian yang maju tanpa harus bergantung kepada pihak manapun.

Senada dengan itu, Wakil Rektor III Unimma M. Tohirin menjelaskan,  Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah merupakan ikhtiar bersama untuk mengambil bagian dalam mencari solusi akibat pandemi Covid-19 di sektor pertanian.

“Harapannya bisa menambah kesejahteraan petani tembakau yang seringkali mengalami kesulitan dari berbagai hal,” katanya.

Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah juga mendukung kebijakan pemerintah yaitu menarrgetkan hadirnya 2,5 juta petani muda (milenial) menjelang bonus demografi.

“Ini saatnya untuk bersama-sama mengambil peran untuk terus mendorong perekonomian di sektor pertanian,” terangnya.

Tohirin menambahkan, tujuan dari sekolah tani mandiri untuk mewujudkan para petani milenial, mulai dari sektor hulu hingga hilir. Semua itu harus bisa membantu petani, tidak hanya petani tembakau. “Mulai dari pengolahan hingga manajemen hasil panen,” ucapnya.

 

BERBAGI PENGALAMAN

Perwakilan Petani Muda Rayndra Syahdan Mahmudin yang hadir sebagai narasumber pada sesi virtual “Sekolah Mandiri Tani Muhammadiyah ke-3 UNIMMA,” menjelaskan tentang peluang dari beternak kado (kambing domba) ala milenial yang telah digelutinya dalam beberapa tahun terakhir.

“Kita bisa beternak dalam jumlah banyak tanpa memikirkan cara mencari rumput dan menyiapkan rumput, dsbnya,” katanya.

Rayndra berkomitmen di sektor peternakan, karena menurut data BPS (2019) jumlah petani muda di Indonesia mengalami penurunan drastis sepanjang periode 2017-2018.  Dari 270 juta penduduk Indonesia, ternyata yang berminat menjadi petani hanya 2 juta jiwa.

“Mereka itu adalah petani milenial. Ini artinya sangat rendah sekali jumlahnya,” ujarnya.

Sementara itu, beberapa literatur menyampaikan bahwa krisis pangan akan terjadi, ketika tidak ada regenerasi petani. “Pada tahun 2030, jika tidak ada regenerasi petani, maka tidak ada profesi petani di era itu,” ucap Rayndra.

Itu sebabnya, Rayndra sangat mengapresiasi langkah Unimma yang menghadirkan sekolah tani mandiri. Ini penting agar mereka kembali tertarik kepada sekor pertanian. “Ini salah satu cara untuk menciptakan regenerasi petani,” ungkapnya.

Secara umum, fenomena degenerasi pertanian di Indonesia diakibatkan oleh persoalan yang sangat mendasar. Mulai dari terbatasnya lahan, faktor kebudayaan (pola warisan), faktor kepemilikan lahan hingga ledakan penduduk.

Di Indonesia, menurut Rayndra tipikalnya sangat berbeda dengan banyak negara. Kemunduran pertanian sengaja dilakukan dan memang dijauhkan dari generasi muda. “Kebanyakan orang tua tidak ingin jika anaknya menjadi petani. Sektor pertanian dianggap jauh dari layak, khususnya terkait kesejahteraan,” terangnya.

Itu sebabnya banyak orang tua yang menyarankan anaknya memilih profesi yang lebih menjanjikan, seperti pilot, pramugari, tentara, dan sebagainya. Namun ketika Rayndra mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari sektor pertanian, dia berhasil menampik stigma-stigma negatif yang berkembang.

“Karena itu, saya ingin agar anak muda merasakan manfaat langsung di sektor pertanian. Saya berupaya mengajak anak muda yang lain untuk menjadi seorang petani,” kata Rayndra.

Di kabupaten Magelang, tercatat ada 202 petani milenial dan semuanya sudah terjamin keberlangsungan usahanya. Mereka adalah pemuda berusia 17-35 tahun. “Tahun ini yang menjadi duta petani milenial dari Kementan ada 15 orang,” katanya.

Senada dengan itu, Kepala Dusun Tledok, Desa Sidoreja, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang Nur Rokhmat Sholeh mengamini jika pemuda petani harus digalakkan. Dia kemudian mengajak orang-orang muda di kampungnya untuk beralih dari tanaman tembaku ke tanaman kopi.

“Kami mendorong potensi yang ada di dusun kami bisa dikembangkan lebih baik lagi. Salah satunya menghasilkan kopo Tledok,” ungkapnya.

Melalui sejumlah upaya, warga desa akhirnya mengikuti langkah Rokhmat. Warga akhirnya terlibat dalam penanaman hingga pengolahan kopi. Semua dilakukan melalui wadah kelompok tani.

Saat ini, warga melalukan sendiri pengolahan paska panen, dimana pemetikan buah kopi dilakukan saat masih merah segar.

Setelah panen, petani melakukan sortasi buah panen, berlanjut pada pengupasan kulit buah kopi merah. Untuk membersihan biji kopi, petani melaukan fermentasi, kemudian pencucian dan pengeringan.

Baru kemudian dilakukan pengupasan kulit tanduk dan kulit ari, sortasi ulang biji kopi, sebelum melalui proses roasting. Tahapan akhirnya adalah pengemasan dan penjualan.

“Kopi ditempat kami berjenis Robusta yang ditanam diatas 700 – 800 mdpl. Ditempat kami dulu kebanyakan tanaman tembakau. Kakek nenek saya itu dulu tanamannya di sekitar kampung adalah tembakau,” papar Rokhmat.

Namun berhubung harga tembakau tidak stabil dan petani lebih banyak kalah bersaing di sisi harga, akhirnya mereka merombak pola pertaniannya.

“Kami mencoba menanam kopi dan hasilnya ternyata bagus,” ungkapnya.

Menurut Rokhmat, penanaman kopi juga erat hubungannya dengan konservasi lahan. Saat bertanam tembakau, mata air di kampungya banyak yang kering. Namun seiring penanaman kopi, sejumlah mata air yang dulunya kering, kini mulai berair.

“Mata air yang dulunya kecil, saat ditanam tembakau, sekarang airnya menjadi besar. Saat ini, mata air muncul kembali,” katanya.

 

BONUS DEMOGRAFI

Fakta bahwa sampai saat ini kesejahteraan petani tembakau berada di pihak yang dirugikan, menjadi motivasi MTCC Unimma untuk terus mengembangkan Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah.

Untuk topik ke 3 kali ini, MTCC Unimma memfokuskan pada pengembangan potensi SDM pertanian – khususnya generasi millenialnya. Ini ada kaitannya dengan Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa.

Ketua MTCC UNIMMA Retno Rusdjijati mengatakan, jika dianalisis dari piramida penduduknya, Indonesia berkesempatan untuk menikmati bonus demografi. Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar 70,72 persen (SP 2020).

“Lebih lanjut, jika dilihat dari komposisi penduduk, penduduk Indonesia yang masuk Generasi Milenial (perkiraan usia 24-39 tahun) sebanyak 69,38 juta jiwa (25,87 persen),” katanya.

Besarnya jumlah generasi millennial tersebut, disertai tumbuhnya minat generasi muda untuk menjadi petani serta kesempatan bonus demografi, yang diperkirakan 64 persen komposisi usia produktif, diharapkan bisa mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia di tahun 2045.

“Ditambah lagi, penduduk dengan mata pencaharian utamanya pertanian, kehutanan, dan perikanan sebanyak 38,23 juta orang atau 29,7 persen berdasarkan data Sakernas Agustus 2020,” terangnya.

Seyogyanya potensi generasi milenial menjadi kekuatan utama Indonesia untuk bisa meningkatkan pendapatan dan kedaulatan pangan. “Jangan sampai bonus demografi ini tersia-siakan,” kata Retno.

Generasi muda dapat memberi andil luar biasa jika dilibatkan dalam usaha di sektor pertanian. Oleh karenanya, perlu dilakukan langkah-langkah untuk menumbuhkan minat, pengetahuan, dan kepedulian generasi muda terhadap dunia pertanian sehingga regenerasi dan keberlanjutan usaha pertanian dapat terjaga.

“Dalam webinar Sekolah Tani Mandiri ke 3 kali ini, MTCC mengangkat role model petani-petani muda yang sukses sehingga menginspirasi generasi muda untuk ikut terjun ke dunia pertanian,” ungkapya.

Generasi milenial yang diidentikkan kedekatannya dengan teknologi informasi dan platform digital diharapkan menjadi salah satu modal dasar dalam meningkatkan potensinya.

“Selanjutnya, sekolah tani ini akan memunculkan lebih banyak lagi millennial pertanian – menuju pertanian yang berdaulat serta berkontribusi pada ketahanan pangan nasional,” tutupnya.

 

 

Penulis: Jekson Simanjuntak

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Tags: Kementerian PertanianMTCC UNIMMAmuhammadiyahPetani Tembakauuniversitas muhammadyah magelang

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.