Kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) telah berlangsung pada 27 November 2024 lalu. Ada pemilihan terhadap lebih dari 37 pemilhan Gubernur-Wakil Gubernur, 508 pemilihan Bupati-Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota.
Anak muda jadi sasaran lumbung suara dalam pilkada. Menurut ketua KPU Muhammad Afifudin ada 52.318.841 jiwa gen Z atau sekitar 25,69 persen dari 203 juta pemilih. Retno Dwi Rahayu 21 tahun salah satu pemilih asal Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat .
“Suara anak muda sangat amat berpengaruh dalam Pilkada. Karena di Indonesia saat ini didominasi oleh generasi muda, khususnya Gen Z,” ujarnya pada Sabtu, 30 November 2024 lalu kepada Prohealth.id.
Dengan jumlah yang besar, suara anak muda dapat menentukan hasil pilkada. Tak hanya itu, anak muda juga lebih aktif dalam memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan opini politik, meningkatkan kesadaran publik, dan mendukung kandidat yang sesuai dengan visi mereka. Melalui partisipasi yang kritis dan aktif ini anak muda berpeluang menjadi penggerak demokrasi yang lebih baik.
Retno enilaai bagian yang terpenting dari Pilkada bagi masyarakat Indonesia ialah untuk menentukan pemimpin daerah yang memiliki peran langsung. Utamanya, dalam membawa perubahan dan pembangunan di wilayahnya. Ia menyebut Pilkada merupakan wadah bagi masyarakat untuk menentukan suara dan menyalurkan aspirasinya secara demokratis. Khususnya memilih pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
Senada dengan Retno, Desita, 23 tahun, pemilih asal Kabupaten Serang, Banten menekankan pentingnya Pilkada. Sebelum Pilkada ia menyeleksi pilihannya dengan meninjau rekam jejak partai pendukung, melihat cara kandidat mengenalkan diri dan pengalaman para calon.
“Sepengathuan saya ya malah sekarang keliatan para calon ingin terlihat lebih easy going, humble, dari cara penyampaian sama kampanyenya “ katanya.
Desita melihat isu perempuan juga menjadi substansi kampanye para calon di daerahnya. Ia menilai saat ini berbicara kesetaraan gender telah menjadi isu penting bagi para calon.
Berbeda dengan anak muda lainnya, Andrianti Nita, 22 tahun, salah satu anak muda penggerak Gusdurian Kota Serang, Banten, melihat pesimisme dalam Pilkada. Ia menggarisbawahi suara perempuan hanya dimanfaatkan untuk kampanye, tetapi kosong implementasi.
Nita meninjau dari visi-misi dari kedua calon gubernur Banten. Kedua pasangan mencantumkan misi, bahkan program yamg mendukung peran dan kesejahteraan perempuan. Artinya, para calon mendengar dan menyadari bawah suara perempuan selama ini masih menjadi anak tiri di kalangan masyarakat dalam proses pembangunan.
“Tapi kan itu baru janji, entah bagaimana nanti dalam implementasinya,” ngkapnya.
Ia juga menyoroti situasi Pilkada di daerahnya yang masih sarat dinasti dari ‘Jawara Banten’ keluarga Ratu Atut. Fenomena itu mencuri perhatian Nita karena dinasti politik kuat sejak lama dan sangat sulit untuk dihentikan, khususnya di kota Serang-Banten.
“Terbukti dengan adanya keterlibatan dinasti Atut yang ikut mencalonkan diri sebagai Walikota Serang, yakni Ratu Ria dan calon Gubernur yaitu Airin,” tuturnya.
Penulis: Khudori
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post