Jakarta, Prohealth.id – Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI) berkolaborasi dengan organisasi Fatayat Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dalam mendorong kebijakan pengendalian tembakau, terutama untuk melindungi anak dan perempuan dari bahaya rokok melalui Buku Bunga Rampai “Investasi Generasi Emas: Kumpulan Kajian Upaya Pengendalian Tembakau untuk Mencapai Generasi Unggul di Indonesia”.
Ketua dan Tim Peneliti PKJS-UI, Aryana Satrya menyampaikan peluncuran buku ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi, evaluasi, dan rekomendasi kepada pemerintah untuk dapat lebih mempertegas dan menguatkan regulasi pengendalian tembakau. Terutama sebagai Upaya mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dalam rangka mencapai generasi emas yang unggul dan berkualitas di Indonesia.
Tak hanya itu, buku ini juga dijamin bermanfaat bagi pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah memiliki target penurunan prevalensi perokok pada anak usia 10-18 tahun menjadi 8,7 persen pada tahun 2024.
Padahal, Indonesia masih dihadapkan dengan tingginya prevalensi perokok di Indonesia, khususnya perilaku konsumsi rokok pada kelompok anak. Keadaan ini memberikan gambaran kondisi yang mengkhawatirkan karena anak-anak adalah kelompok rentan yang mudah dijadikan target potensi pengguna rokok hingga waktu yang cukup panjang.
Aryana mengingatkan ada faktor pendorong yang menyebabkan anak terjerat oleh adiksi rokok yakni dari faktor harga maupun faktor non harga, baik dari harga rokok yang masih dijual murah, penjualan rokok secara batangan, semakin merebaknya rokok elektronik, efek teman sebaya (peer effect), keterpaparan dari iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam segala bentuk media, dan kepadatan warung atau toko penyedia rokok di sekitar lokasi sekolah. Hal ini berseberangan dengan harapan untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045.
Salah satu pionir kuat untuk mendongkrak visi tersebut adalah dengan lahirnya generasi emas melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, unggul, maju, cerdas, dan sehat.
“Untuk mencapai hal tersebut, PKJS-UI telah mengumpulkan kajian serta kegiatan kampanye pengendalian produk tembakau bersama dengan organisasi mitra sebagai salah satu upaya mendorong kebijakan demi perlindungan generasi muda dari ancaman adiksi rokok,” ujar Aryana, pada Rabu (12/7/2023).
Ia juga menjelaskan bahwa untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, perlindungan terhadap generasi penerus bangsa agar dapat bertumbuh kembang dengan baik sejak dini harus diperjuangkan, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi, serta kesejahteraan sosial.
Asal tahu saja, PKJS-UI telah melakukan berbagai studi atau kajian mulai tahun 2018-2021, di antaranya mengenai perilaku merokok dan stunting, dampak dana bantuan sosial yang digunakan untuk membeli rokok, temuan mengenai faktor-faktor yang mendorong perilaku merokok pada anak, dan sebagainya. Untuk itu, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan refleksi dan evaluasi pemerintah terhadap kebijakan, baik secara fiskal maupun non-fiskal dalam pengendalian produk tembakau di Indonesia.
“Serta dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta melindungi generasi bangsa Indonesia dari zat adiktif”, ujar Aryana.
Suci Puspita Ratih, Peneliti PKJS-UI, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa konsumsi rokok di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan terjadi peningkatan perokok pada kelompok anak dan remaja. Suci juga mengulas kembali secara singkat hasil temuan dari 12 penelitian/kajian PKJS-UI.
Beberapa kajian itu antara lain; kajian tentang dampak negatif perilaku merokok terhadap stunting dan tumbuh kembang anak, serta kesejahteraan keluarga; kajian tentang akses masyarakat dan remaja terhadap rokok; kajian tentang dukungan masyarakat terhadap kenaikan harga rokok; kajian tentang kehidupan petani tembakau dan peluang penggunaan dana DBH CHT untuk program alih tanam; kajian tentang dampak negatif penggunaan rokok elektronik dan dual user; kajian tentang konsumsi rokok selama masa pandemi COVID-19; dan kajian tentang kaitan upaya pengendalian tembakau dengan pencapaian SDGs.
Selain kajian, PKJS-UI berkolaborasi dengan Fatayat Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) telah melakukan berbagai kegiatan advokasi dan kampanye dalam mendorong pengendalian konsumsi rokok untuk melindungi anak dan perempuan dari dampak bahaya rokok, seperti penyusunan rekomendasi kebijakan, sosialisasi kepada masyarakat, kampanye digital di berbagai platform media sosial, dan sebagainya.
Dari adanya kumpulan kajian yang telah dirangkum menjadi sebuah buku ini, PKJS-UI merekomendasikan kebijakan.
Pertama, Kementerian Keuangan secara konsisten terus menaikkan cukai rokok serta melanjutkan simplifikasi strata tarif cukai menjadi lebih sederhana.
Kedua, peningkatan perhatian lebih banyak lagi pihak keterkaitan antara perilaku merokok dan stunting serta dampaknya terhadap kemiskinan.
Ketiga, Pemerintah perlu merevisi Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 agar lebih sesuai dengan perkembangan saat ini.
Keempat, buku ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan pengendalian tembakau pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
Kelima, regulasi dana bantuan sosial tidak boleh digunakan untuk rokok dapat diimplementasikan secara lebih teknis.
Keenam, masih diperlukan peningkatan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani tembakau.
Ketujuh, masih diperlukan peran organisasi massa untuk meningkatkan implementasi pengendalian konsumsi rokok termasuk kepada generasi muda.
Discussion about this post