Jakarta, Prohealth.id – Sejumlah dokter anak di media sosial sedang berbondong-bondong mengingatkan bahaya polusi udara bagi bayi dan anak-anak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Prohealth.id, per 31 Maret 2023 lalu, DKI Jakarta menjadi kota besar berpolusi terburuk di dunia. Kondisi ini dibarengi dengan sejumlah temuan warga net tentang pekatnya langit Jakarta.
Menurut Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, langit berkabut bisa disebabkan oleh banyak hal, dari mulai cuaca mendung sampai dengan polusi udara. Jeany Sirait, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Jakarta menambahkan, kualitas udara di DKI Jakarta yang buruk banyak disebabkan oleh sumbangan polusi dari 21 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Banten. “Dengan kondisi ini, anehnya, pemerintah masih menambah 9-10 PLTU tambahan [di Banten],” ujar Jeany melalui siaran pers.
Tak heran jika sekitar 67 persen dari pekatnya langit Jakarta memang disebabkan oleh polusi udara dari kendaraan bermotor. Polusi udara adalah ancaman terbesar bagi anak-anak karena memicu beberapa penyakit seperti misalnya; asma, penyakit paru kronis, bayi lahir premature, menghambat pertumbuhan paru-paru, meningkatkan risiko alergi dan penyakit pernapasan lain. Terbukti, sejumlah riset menemukan lebih dari 10.000 kematian, 5.000 pasien rawat inap, bahkan 7.000 anak yang mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara di Jakarta.
Studi dalam jurnal The Lancet Planetary Health bahkan menyatakan, kematian karena polusi udara lebih tinggi dibandingkan Covid-19. Studi tersebut menyatakan, urbanisasi dan industrialisasi menyebabkan 7 persen kematian global sejak 2015-2019. Kematian global diperkirakan mencapai 9 juta per tahun sejak 2015, sementara Covid-19 hanya 6,7 juta secara global sejak pandemi dimulai.
Alhasil, untuk mencegah paparan polusi udara masuk ke paru-paru sejumlah anjuran diberikan salah satunya adalah mengurangi kegiatan di luar rumah. Misalnya, segala aktivitas dianjurkan untuk tidak dilakukan dalam rumah atau ruangan yang aman.
Kenali gejala penyakit paru pada anak
Dikutip dari situs Dinas Kesehatan Kota Semarang kondisi sesak napas pada anak jangan sampai diremehkan oleh para orang tua, sebab, sesak napas adalah gejala awal adanya gangguan paru-paru.
“Apabila tidak segera ditangani, akan berakibat infeksi yang bisa mengganggu pertumbuhan buah hati. Kesehatan paru-paru pada usia balita harus lebih diperhatikan, karena gangguan pada paru dapat menyebabkan gangguan perkembangan si anak.”
Penyakit paru-paru yang biasa menyerang anak-anak dan balita biasanya penyakit pneumonia alias infeksi paru-paru, asma, batuk dan bronchitis. Adapun gejala umum yang tampak dari penyakit paru-paru pada bayi adalah bayi adalah terlihat lesu dan tidak aktif bergerak. Kulit dan kuku tampak membiru karena ini merupakan indikasi adanya masalah paru-paru, mengalami kesulitan bernafas, hidung mengeluarkan ingus yang tidak berhenti, demam dan tenggorokan kering.
“Semua jenis penyakit paru-paru bisa membahayakan jiwa anak, apalagi paru-paru merupakan organ penting penunjang kehidupan manusia,” sambungnya.
Adapun penanganan penyakit paru-paru pada bayi adalah dengan tetap memberikan makanan sehat yang bergizi agar daya tahan tubuhnya tidak menurun. Biasanya, bayi akan menolak makanan karena kondisi tubuh yang tidak sehat. Jika tubuh kurang sehat, bakteri atau virus penyebab terjadinya paru-paru akan semakin berkembang biak dan menggerogoti kesehatan bayi.
Selain memberikan makanan yang sehat, penanganan penyakit paru-paru pada bayi juga terletak pada terjaganya kebersihan lingkungan. Jika bayi masih menyusu dengan Air Susu Ibu (ASI), maka ibu perlu memberikan ASI sesering mungkin. Jika sudah berusia di atas 6 bulan, orang tua bisa menambahkan air jeruk manis kepada bayi. Jeruk manis mengandung vitamin C yang sangat bagus untuk penyembuhan penyakit paru-paru.
“Jangan biarkan orang merokok di dekat bayi Anda, jauhkan bayi Anda dari polusi udara seperti asap pembakaran sampah dan asap obat nyamuk bakar. Usahakan agar bayi Anda beristirahat dengan cukup dan berikan obat sesuai dengan dosis yang diberikan dokter,” tegasnya.
Penyakit paru-paru bisa dicegah diberikan vaksin Hib dan Pneumokokus (PCV) yang diberikan saat bayi. Vaksin ini memang tidak diwajibkan oleh pemerintah Indonesia, tetapi vaksin PCV adalah vaksin yang dianjurkan karena bisa mencegah penyakit paru-paru dan radang otak.
Vaksin mulai diberikan saat bayi Anda berusia 2 bulan dengan interval dua bulan berikutnya sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib juga diulang pada saat anak berusia 15 sampai 18 bulan, sedangkan PCV hanya diulang saat anak berusia 12 hingga 15 tahun.
Discussion about this post