Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

[Q&A] Kementerian Kesehatan Ungkap Realita TBC di Indonesia

by Ahmad Khudori
Friday, 30 May 2025
A A
[Q&A] Kementerian Kesehatan Ungkap Realita TBC di Indonesia

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini (dok pribadi)

Jakarta, Prohealth.id- Bila dilihat secara data Indonesia saat ini menempati posisi kedua dunia dalam jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) terbanyak setelah India. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024, jumlah kasus TBC di Indonesia diperkirakan mencapai 1.090.000 per tahun. Di tengah rencana Vaksin TBC Bill Gates yang direncanakan akan dilakukan di indonesia. Rencana tersebut banyak memicu pro-kontra dari masyarakat.

Masalah TBC di indonesia jadi hal urgent dibicarakan. Apalagi penanganan soal TBC mempunyai Peraturan Presiden (PP) tersendiri. PP Nomor 67 Tahun 2021 “TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS” memuat rencana strategi nasional percepatan TBC yang mendukung upaya target eliminasi pada 2030. Dalam PP tersebut, tim percepatan penanggulangan TBC disebutkan terdiri dari lima belas lembaga yang terlibat dengan dikomandoi Kemenkes sebagai ketua pelaksana. Prohealth berkesempatan untuk melihat kasus TBC dengan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini.

BacaJuga

Sambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Anak Muda Ingatkan Bahaya Manipulasi Iklan Rokok

[Q & A] Pendamping Hukum Ungkap Tantangan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual di Dunia Digital

Prohealth : Gimana awal mula cara pencegahan TBC yang dilakukan Kemenkes?
Ina Agustina Isturini (IAI) : Ada empat besar bagaimana kita menemukan kasus atau pencegahan. Pertama tentu memperbaiki sistem informasi dulu. Saat ini sedang proses integrasi berbagai data untuk masuk ‘SATU SEHAT’ termasuk informasi TBC. Agar melangkah lebih evidence based langkah-langkah dengan data yang jauh lebih baik

Kemudian selain itu kita juga mengembangkan dan berkontribusi dalam mengembangkan vaksin TBC di dunia. Mudah-mudahan tahun 2027 ini sudah ada vaksin.Tidak cuma itu paling penting tentu adalah tindakan kuratif preventif. Bagaimana kita terus melakukan promosi kesehatan dari berbagai kanal kepada masyarakat, pada advokasi, juga pada lintas sektor untuk bagaimana kita melakukan upaya pencegahan TB.Dari faskes-faskes di Indonesia saat ini sudah ada sekitar 20.000 ribu faskes atau 19 ribu Faskes sekian yang sudah terdaftar ETB dengan mereka ketika ada kasus TB langsung real time melakukan yang bisa langsung kita dapatkan langsung datanya, karena ini berbasis website

Ketiga melibatkan semua sektor lembaga atau instansi. Kenapa, karena kalau ada hasil penelitian juga alur pasien itu ketika awal gejala itu sering ke klinik swasta, cuma sering tidak terdiagnosis, sehingga di situ kami melakukan penguatan dan hasilnya sekarang ada sekitar hampir 6000 ribu klinik swasta maupun rumah sakit swasta yang sudah terintegrasi juga dalam program TB atau ETB yah pelibatan mereka.
Kemudian penemuan kasus yang masif tempat-tempat resiko tinggi penularan TB, seperti lapas, pondok pesantren, shelter penampungan, dan perusahan-perusahaan, lalu kita juga ada namanya investigasi kontak melibatkan kader-kader sebenarnya standarnya itu kan satu banding 8 Jadi kalau ada satu kasus kita berusaha mendapatkan minimal 8 kontak

Terakhir penguatan komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk terus mendukung, mendukung pencapaian penemuan kasus. Jadi kita sudah ada target. Kita bisa lihat mana daerah-daerah yang pencapaianya masih belum optimal gitu kan, targetnya kan sebenarnya pencapaian kasus 90-95% untuk bisa menemukan sesuai estimasinya. Kita sudah ada estimasi berapa kasus masing-masing daerah jadi itu tiap bulan itu kami evaluasi.

Prohealth : Bagaimana Kondisi di Lapangan soal TBC? Apa hambatanya?
IAI : Yang pertama adalah ini penemuan kasusnya karena yaitu investigasi kontak masih belum optimal. Kita satu banding 8 itu belum tercapai targetnya. Ini ada kaitannya pada stigma yang mana mempengaruhi penemuan kasus, mempengaruhi keberhasilan pengobatan di samping ada keterbatasan sumber daya juga.
Kemudian yang kedua untuk keberhasilan pengobatan juga masih menjadi tantangan besar, jadi keterlibatan rumah sakit dan klinik swasta belum optimal. Keterlibatan kontribusi sektor non kesehatannya juga masih belum optimal. Kita akselerasinya sebenarnya sudah on the track, tantangannya adalah bagaimana untuk lebih cepat lagi karena kita kita lihat target eliminasi 2030 ini yang kami upayakan.

Prohealth : Berarti benar stigma masih jadi penghalang?
IAI : Memang kalau di lapangan orang masih terstigma, dan diskriminatif. Orang mau di tracing kasus nggak mau gitu kan. Terus kayak pas lagi minum obat juga enggak mau malu gitu.

Prohealth : Untuk mengikis stigma TBC, apa yang perlu kita lakukan?
IAI : Kita benar-benar melihat bagaimana orang-orang kerja dengan sungguh-sungguh. Jadi dari sisi kader banyak yang bagus-bagus dalam memberikan edukasi. Cuma mereka kapasitasnya kalau untuk menyadari satu-satu akan makan waktu banyak. Makanya perlu masyarakat dan yang kadernya bagus-bagus itu juga perlu didukung didukung oleh Kadesnya atau RWnya, Kebanyakan yang berhasil karena didukung sama atas.
Makanya dibutuhkan monitoring, seberapa penting akhirnya monitoring bagi orang TBC?
Monitor tuh penting banget, TB ini rutin bahkan ngasih surat kita bersurat ke daerah untuk ngasih tahu membuat evaluasi. Kemarin kita di Batam kita bahkan memberi penghargaan buat daerah-daerah yang notifikasi maupun penanganan. Monitor itu memang dengan monitor yang tepat dan data yang bisa Real Time mungkin walaupun delay report ada aja gitu. Kita langsung bisa mengidentifikasi masalah kenapa di daerah ini kok pencapaianya rendah kenapa ini ya?. Ternyata masalahnya petugasnya tidak paham. Ternyata masalahnya faskes-faskesnya tidak melakukan pencatatan gitu. Kita bisa intervensi terus kita juga rutin melakukan beberapa wilayah untuk memantau faskes-faskesnya. Bagaimana pelayanannya, bagaimana kualitasnya itu selalu dipantau, jadi data dan informasi pemantau yang terus menerus. Itu pertama akan membantu kita mengidentifikasi masalah untuk sedini mungkin dan mengintervensi.

Prohealth : Pasien TBC apakah perokok masih jadi mendominasi?
IAI : Antara tuberkulosis juga terlepas dari ada kontak rentan yang memang dua kali lipat lebih mungkin terkena. Kayak tadi ya disebutkan kelompok ekonomi rendah gitu terus mungkin apa namanya pasien tapi sebenarnya merokok itu kan paling banyak juga tuh yang jadi pasien ini proses integrasinya gimana mengingat kelompok dan penyakit yang kardiovaskuler itu kan di tempatnya di penyakit tidak menularkan atau

Prohealth : PTM ini proses komunikasi dan harmonisasinya gimana?
IAI : TB masih banyak laki-laki tetap tapi nggak terlalu jauh ya mungkin 50 sekian 40. tapi kita nggak rutin berapa merokoknya. Tapi kalau di The Global Fund report kelihatan Indonesia tuh berapa. Faktor resiko bukan karena kurang gizi, tapi rokok. Rokok dan kurang gizi gitu ini juga perhatian khusus karena paling tinggi rokok, sama kaya kasus TB laten yang engga minum tapi aktif jadi TB aktif.

Prohealth : Sekarang jadi perhatian khusus Kementerian Kesehatan itu wilayah mana di Indonesia ini yang untuk TBC?
IAI : Kita ada 8 posisi prioritas Banten, Jakarta, Jawa timur, Jawa barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, satu lagi NTT, ada 8.

Prohealth : Berarti mungkin harapannya memang untuk program quick-win yang berkaitan pelayanan publik terutama kesehatan TB 8 Triliun sebaiknya tidak di otak-atik yah dok?
IAI : Saya sebagai pelaksana program TB tentu mengharapkan yang terbaik untuk seluruh bangsa. Jadi nanti kita tunggu kajiannya nanti seperti apa dan kami akan siap. Kalau misal nanti dengan arahan dan intinya tugas kami adalah menjalankan mensukseskan program TB ini

Bagikan:

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.