Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

Rokok Jadi ‘Pembunuh’ Polisi yang Paling Banyak

Masalah kesehatan yang umumnya dialami polisi ternyata adalah penyakit akibat rokok.

by Admin
Thursday, 12 June 2025
A A
Rokok Jadi ‘Pembunuh’ Polisi yang Paling Banyak

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian di Grand Capitol Ballroom, Manhattan Hotel Jakarta. (Sumber: Youtube Komnas PT/2025)

Jakarta, Prohealth.id – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyatakan bahwa polisi di Indonesia rentan dengan masalah kesehatan akibat kebiasaan merokok.

Dalam kegiatan Rapat Koordinasi Naisonal Kewenangan Pemda dalam Kawasan Tanpa Rokok (KTR), mantan Kapolri ini menyatakan ada sebuah riset bertajuk ‘The Real Cops Killer’ yang berisikan temuan masalah kematian pada polisi. Ia membeberkan, temuan riset itu menyebutkan bahwa jumlah polisi yang meninggal karena ditembak penjahat atau risiko pekerjaan jauh lebih sedikit dibandingkan faktor kematian akibat stroke dan jantung.

BacaJuga

PERDA KTR: Anggaran Akan Disiapkan Melalui RAPBD

KEMENKES: Perlu Perda KTR Atasi Penyakit Paru

“Pembunuh polisi sebenarnya jantung dan stroke. Itu karena obesitas, kurang gerak, dan kebiasaan smoking [merokok],” ujarnya Kamis (12/6/2025) di Grand Capitol Ballroom, Manhattan Hotel Jakarta.

Untuk itu, penting memetakan faktor dari tiga kebiasan buruk yang berdampak negatif pada kesehatan. Pertama, pentingnya menjaga kualitas makanan harus sehat dan bergizi. Kedua, penting untuk mendorong aktivitas gerak bagi aparatur kepolisian.

“Jadi harus gerak, rajin olah raga mencegah overweight,” tuturnya.

Masalah ketiga yaitu kebiasaan merokok, menurut Tito memerlukan gebrakan. Salah satunya adalah berhenti merokok. Oleh karnea itu, harus ada intervensi yang kua dari pemerintah.

Tito membeberkan di beberapa negara sudah banyak melakukan intervensi untuk menekan konsumsi rokok ataupun bahan lain yang berdampak buruk bagi tubuh. Makanan misalnya, di beberapa sekolah di luar negeri ada keterlibatan Kementerian Kesehatan menjaga kualitas gizi makanan di kantin sekolah. Sehingga anak-anak tidak mudah mengonsumsi makanan yang mengandung soda, ataupun tinggi kandungan gula, garam, dan lemak (GGL).

Hal serupa menurut Tito sangat penting dilakukan juga untuk pembatasan rokok. Ia pun mendorong agar pemerintah di level pusat sampai daerah patuh untuk mendorong kesehatan masyarakat melalui kebijakan, regulasi, dan pembangunan. Secara khusus untuk mewujudkan regulasi yang spesifik terhadap pengendalian konsumsi rokok.

 

 

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Bagikan:
Source: kawasan tanpa rokok
Tags: Kawasan Tanpa RokokkemendagriKTRMenteri Dalam NegeriPantau KTRPerda KTRTito Karnavian

Discussion about this post

https://www.youtube.com/watch?v=ZF-vfVos47A
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Lingkungan
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2024 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.