Jangan sepelekan trauma masa kecil. Pengalaman dan trauma pada masa kecil ini jika dibiarkan begitu saja bisa jadi membawa petaka baru. Bahkan, bisa memicu keinginan untuk bunuh diri.
Belakangan tren kasus bunuh diri terus meningkat. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 720.000 orang di seluruh dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. WHO menyebut kelompok usia 15-29 tahun adalah kelompok yang paling rentan.
Generasi muda banyak yang menghadapi tantangan kesehatan mental. Mulai dari tekanan akademis, tekanan kerja, hingga ketidakpastian dalam menjalani hidup. Kasus-kasus bunuh diri di kalangan pelajar dan pekerja muda juga semakin marak. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang kesulitan mencari jalan keluar dari permasalahan mentalnya.
Di Indonesia sendiri, pada tahun 2023, terdapat 1.350 kematian akibat bunuh diri. Ini mengacu pada data POLRI dan Kementerian Kesehatan RI.
Kasus bunuh diri tidak terjadi pada kelompok dengan latar belakang tertentu saja. Akademisi dengan label orang yang ‘melek’ juga sebagian terjebak dengan masalah dan akhirnya bunuh diri.
Founder HappySelf by Stress Management Indonesia, Coach Pris menilai salah satu faktor utama pemicu bunuh diri adalah inner child yang belum terselesaikan. Inner Child ini mengacu pada bagian diri seseorang yang masih membawa luka atau trauma dari masa kecil.
“Ketika luka-luka ini tidak selesai, mereka dapat memicu reaksi berlebihan terhadap berbagai tantangan atau hal-hal kecil yang bertentangan dengan harapan atau keinginan kita,” kata Pris.
Pris menyebut generasi muda lebih rentan terhadap pemicu ini karena belum menemukan cara untuk menghadapi konflik internal tersebut. Imbasnya, generasi muda sering kali berada di persimpangan hidup dan menghadapi tekanan besar.
“Misalnya, seseorang yang memiliki inner child terluka karena kurangnya penerimaan di masa kecil bisa menjadi sangat sensitif terhadap kritik atau penolakan di masa dewasa,” ujarnya.
Ada juga yang mungkin merasa kewalahan oleh tekanan akademis atau kerja. Lalu respons emosional justru bisa berujung pada perasaan putus asa, hingga memicu keinginan untuk bunuh diri.
Oleh sebab itu, penting melakukan deteksi dini dan mencegah bunuh diri dengan menyembuhkan inner child. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga, rekan kerja, dan lingkungan sekitar untuk mendeteksi tanda-tanda dan membantu seseorang yang mungkin berisiko melakukan bunuh diri.
- Berbicara dan Dengarkan dengan Empati
Pris menyarankan jika ada seseorang berisiko bunuh diri, mulailah dengan berbicara kepada mereka. Mendengarkan mereka dengan penuh perhatian tanpa menghakimi atau memaksakan solusi.
Untuk membuka pembicaraan bisa dengan bertanya, “Aku perhatikan kamu sedang tidak baik-baik saja, apakah ada yang kamu pikirkan?” Pertanyaan seperti ini bisa menunjukkan bahwa kamu peduli dan orang yang berisiko bunuh diri juga tidak merasa sendirian.
- Perhatikan Perubahan Pola Tidur dan Makan
Seseorang yang berisiko tinggi melakukan bunuh diri mungkin mengalami kesulitan tidur atau justru tidur berlebihan. Perubahan drastis pada pola makan, baik kehilangan nafsu makan maupun makan berlebihan, juga bisa menjadi tanda-tanda. Jika ada seseorang sekitar yang demikian maka harus mendapatkan perhatian khusus.
- Bantu Mendapatkan Bantuan Profesional
Seseorang yang sudah memperlihatkan tanda-tanda depresi hingga berisiko bunuh diri harus dibantu untuk dihubungkan dengan tenaga profesional seperi seperti layanan konseling atau self–healing.
Pris mengatakan salah satu cara self-healing yang dapat kamu coba adalah buku Self Love Journaling oleh Stress Management Indonesia. Dengan Self Love Journaling, kamu bisa menuliskan perasaan dan pikiran tanpa takut diketahui orang lain.
- Temani untuk Tidak Sendirian
Jangan biarkan orang yang sedang depresi sendirian. Sebisa mungkin harus punya teman, apalagi pada saat-saat mereka tampak paling rentan. Kamu bisa mengajak mereka beraktivitas ringan. Bisa juga mengajak mereka berada di sekitar orang lain untuk mengurangi perasaan isolasi.
Penulis: Ningsih
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post