Jakarta, Prohealth.id – Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) melaksanakan survei yang mencakup 59 kabupaten/kota di 15 provinsi di Indonesia dalam rentang Juni-Agustus 2021 yang mengurai beragam persoalan wabah, mulai dari sulitnya mengakses layanan kesehatan, ketakutan terinfeksi Covid-19, keraguan vaksinasi, hingga gangguan layanan kesehatan.
Olivia Herlinda, selaku Direktur Kebijakan CISDI, survei yang didukung WHO Indonesia ini mencakup 59 kabupaten/kota di 15 provinsi pada Juni-Agustus 2021 terselenggara dengan metode telepon kepada 748 responden di 187 desa/kelurahan. Riset ini berupaya memahami persepsi masyarakat mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan, perilaku mencari pertolongan, hingga hambatan mendapatkan perawatan selama pandemi.
Olivia menyatakan survei ini menemukan persepsi masyarakat mengenai akses layanan kesehatan esensial selama Covid-19 tampak menonjol. Dari riset tersebut CISDI berikan empat rekomendasi kepada pemerintah untuk kuatkan penanganan wabah melalui penguatan layanan kesehatan.
Pertama, ada 5-18 persen responden melaporkan adanya layanan yang dibutuhkan namun sulit diakses dalam tiga bulan terakhir untuk layanan kesehatan darurat, operasi yang bersifat pilihan/terencana, pengobatan rutin untuk penyakit kronis, dan kesehatan mental. Mayoritas responden melaporkan alasan tidak dapat diaksesnya layanan tersebut karena tidak tersedianya layanan di faskes terdekat dan kelebihan kapasitas pasien yang dialami faskes.
Temuan kedua, 64 persen responden menyatakan pandemi Covid-19 berdampak pada akses ke layanan kesehatan masyarakat dalam tiga bulan terakhir. Dari angka tersebut, 44 persen menyebut khawatir terinfeksi Covid-19 di faskes dan 32 persen menyebut takut secara sengaja didiagnosis positif Covid-19 atau takut menjalani tes Covid-19. Pasalnya, ketakutan tertular Covid-19 dan ketakutan secara sengaja didiagnosis Covid-19 dapat menyebabkan masyarakat enggan pergi ke fasilitas kesehatan untuk mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Ketiga, 74 persen responden menyatakan mayoritas masyarakat khawatir dengan penyebaran Covid-19. Namun, 28 persen responden menyatakan mayoritas masyarakat enggan mendapatkan vaksin untuk diri sendiri. Sementara itu, 33 persen responden menyatakan mayoritas orang tua enggan memvaksin anaknya. Adapun alasan utama masyarakat menolak vaksinasi adalah khawatir terhadap efek samping vaksin Covid-19 sebanyak 83 persen.
Temuan keempat, terkait dengan layanan kesehatan berbasis masyarakat, 42 persen kegiatan penjangkauan PTM dan 40 persen layanan imunisasi di posyandu dilaporkan berkurang atau ditangguhkan dalam tiga bulan terakhir. Mayoritas kader menyatakan terganggunya layanan tersebut dikarenakan upaya meminimalisir penyebaran Covid-19 dan realokasi sumber daya untuk penanganan Covid-19.
Olivia menjelaskan, survei ini memberikan gambaran bagaimana disrupsi layanan kesehatan esensial berdampak signifikan pada masyarakat sebagai pengguna. Pemerintah harus bertindak cepat memperkuat dan membangun kesiapan serta ketangguhan masyarakat dan fasilitas kesehatan sebelum gelombang ketiga menyerang.
“Terutama di tingkat komunitas adalah peran serta dan dukungan untuk pelibatan kader sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam upaya penjangkauan dan penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat,” jelasnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post