Upaya berhenti merokok memang bukan upaya yang mudah seperti membalik telapak tangan.
Menurut ujar Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH dari Komnas Pengendalian Tembakau dalam webinar ‘Keren Tanpa Rokok, Jaga Bumi Kita dengan Berhenti Merokok’ pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2022, pengendalian zat adiktif di Indonesia khususnya rokok tidaklah mudah. Hal ini terjadi karena rendahnya kesadaran masyarakat bahwa rokok adalah barang haram. Artinya, masih banyak masyarakat yang menilai rokok sebagai barang konsumsi normal selayaknya beras dan susu.
Oleh karena itu untuk melawan efek adiksi akibat merokok, pemerintah sudah menerapkan fasilitas kesehatan tingkat dasar harus bisa memberikan layanan pasien untuk berhenti merokok. Pemerintah juga memiliki hotline khusus untuk pengaduan dan bantuan berhenti merokok.
Selain bisa mengakses layanan di tingkat fasilitas kesehatan primer, ada beberapa contoh layanan kesehatan yang bisa membantu seorang perokok terbebas dari candu zat adiktif tersebut.
“Untuk bisa berhenti merokok sebenarnya sulit bagi perokok, karena mereka akan mengalami nicotine withdrawal syndrome,” ujar dr. Sri Wahdini, M. Biomed, Sp.Ak, Dokter Spesialis Akupunktur Media RS Universitas Indonesia (RSUI).
Apa itu nicotine withdrawal syndrome? Menurut dr. Sri, sindrom ini muncul sebagai respon atas tubuh yang kecanduan pada nikotin. Sindrom ini merupakan respon ketika seseorang menghentikan asupan nikotin dan racun lainnya ke dalam tubuh, yang mana tubuh akan berusaha menyesuaikan kembali seperti saat tidak merokok.
Pada tahap awal ada beberapa gejala tidak nyaman yang bisa dideteksi oleh pasien akibat putus nikotin. Pada 30 menit sampai 4 jam, biasanya efek nikotin hilang akan akan mendorong keinginan untuk merokok lagi.
Pada rentang waktu 10 jam tanpa rokok, biasanya perokok mulai sangat gelisah, bingung, sedih, bahkan putus asa. Memasuki 24 jam tanpa nikotin, pasien akan cenderung mudah marah, dan nafsu makan mulai meningkat.
Jika pasien bertahan 2 hari tanpa tembakau atau rokok, ada gejala sakit kepala, dan juga beberapa gejala lain mulai muncul bersamaan dengan nikotin yang meninggalkan sistem tubuh.
Memasuki 3 hari, nikotin dalam tubuh benar-benar hilang, keinginan merokok cenderung menurun, tetapi ada kondisi kecemasan yang justru meningkat.
Dalam kurun 2-4 minggu, seorang pecandu rokok tanpa asupan nikotin masih tidak punya energi dan nafsu makan bahkan menurun. Beberapa gejala lain seperti batuk, depresi, dan kecemasan yang sempat menguat secara perlahan akan berkurang.
“Untuk menangani kecanduan atau adiksi setelah putus nikotin, perlu pendampingan atau konseling diikuti pemberian obat. Ada juga beberapa terapi pendukung seperti; hipnoterapi, psikoterapi, terapi psikiater, terapi akupunktur, terapi rehabilitas medik, dan konsultasi gizi,” kata dr. Sri.
Sebagai ahli dalam akupunktur medik, dr. Sri menerangkan, terapi akupunktur untuk berhenti merokok memang terbukti efektif setelah pertama kali dilakukan di Hongkong pada tahun 1973.
“Awalnya belajar dari pasien adiksi heroin di Hongkong. Awalnya harus anestesi, padahal itu ada kandungan heroin juga (dengan anestesi) jadi tidak memungkinkan diberikan obat anestesi maka diberikan dengan terapi akupunktur,” tutur dr. Sri.
Terbukti dari uji coba tersebut, pasien terlepas dari candu heroin. Metode ini juga akhirnya bisa membantu pasien adiksi lain, termasuk nikotin untuk berhenti merokok. Salah satu efek yang ditimbulkan, terapi akupunktur bisa mengurangi efek cemas dan depresi ketika tidak mendapat suplai nikotin.
“Dengan metode akupunktur pun bisa menangani keluhan-keluhan akibat merokok misalnya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), keluhan sesak, dan keluhan lambung,” sambungnya.
Bagaimana cara kerja terapi akupunktur?
Pertama, untuk membantu pasien lepas dari adiksi rokok, terapi akupunktur melakukan perangsangan titik saraf untuk meningkatkan kadar molekul kimia dalam tubuh misalnya; endorphine, enkephalin, epinefrin, norepinefrin, serotonin, dan dopamine. Tujuan membidik area sekitar telinga untuk terapi akupunktur ini agar saraf dan otak memperbaiki gejala fisik dan psikologis.

Sebelum memulai terapi, dr. Sri mengingatkan agar pasien harus melakukan konsultasi medis terlebih dahulu untuk menegakkan permasalahan fisik psikologis pasien yakni dasar jenis dan tata laksana akupunktur.
Setelah itu, terapi akan dimulai dengan titik tunggal akupunktur telinga atau kombinasi menggunakan titik akupunktur tubuh. “Ini bisa dengan penusukan jarum, bisa juga dengan sinar laser, penempelan jarum halus, atau penempelan biji-bijian yang diikuti dengan penekanan atau pemijatan,” ungkap dr. Sri.
Selanjutnya, pasien perlu teratur melakukan terapi dengan rentang waktu 4-8 minggu. Setiap pasien memiliki frekuensi terapi yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing. Frekuensi kunjungan terapi rata-rata 1-3 kali dalam seminggu, dengan waktu kunjungan berkisar 30 sampai 45 menit.
Metode akupresure juga bisa membantu menekan adiksi terhadap rokok yaitu dengan pemasangan jarum tipis atau biji-bijian. Pasien menekan selama 10 hitungan dengan penekanan tiga kali sehari sampai dengan setiap 1-2 jam, serta setiap kali pasien merasakan keinginan untuk merokok.
“Kontrol setiap 1 atau 2 minggu, untuk dilakukan evaluasi dan penggantian jarum maupun biji,” katanya.

Kelebihan dan kekurangan akupunktur
Sebagai metode alternatif untuk berhenti merokok, dr. Sri menegaskan akupunktur adalah terapi yang tidak instan. Artinya, pasien memerlukan tekad kuat dan dukungan dari orang terdekat untuk bisa lepas dari candu rokok.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pasien ketika memilih terapi akupunktur adalah memahami bahwa metode ini menggunakan jarum yang mana bagi beberapa pasien bisa menimbulkan efek sakit yang berbeda-beda, tergantung dengan sensitivitas pasien.
Terapi akupunktur, lanjut dr. Sri, memang punya manfaat untuk menekan ketagihan ketika putus nikotin, sementara dengan akupresure, pasien juga bisa melakukan terapi ini secara mandiri dan tetap harus dalam pengawasan tenaga medis. Keuntungan lain terapi akupunktur tidak memiliki efek samping jika dikombinasikan dengan terapi lain.
Meski demikian perlu diingat karena terapi ini memakan waktu yang cukup lama dan tidak instan, pasien membutuhkan support system yang juga disiplin terhadap kebutuhan dan perkembangan pasien. Selain itu, akupresure yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien harus dilakukan dengan disiplin dan sesuai ketentuan. Salah satunya adalah memperhatikan dan menjamin kebersihan biji-bijian untuk mencegah timbulnya infeksi.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Catatan: Bagi pembaca yang mengalami adiksi terhadap rokok Anda bisa menggunakan Quit Line Berhenti Merokok yang dapat diakses melalui nomor telepon 0-800-177-6565 pada hari Senin-Sabtu pukul 08.00 s.d 16.00 WIB.
Discussion about this post