Jakarta, Prohealth.id –Yolonda Richardson selaku Executive Vice President of the Campaign for Tobacco-Free Kids menerangkan temuan strategi baru perusahaan rokok membidik promosi, iklan, dan penjualan rokok di dekat sekolah terjadi lebih dari 40 negara di dunia.
Yolonda menjelaskan, studi ini dikerjakan oleh para pakar dari Institute for Global Tobacco Control di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health bersama dengan Campaign for Tobacco-Free Kids (CTFK) menganalisis strategi periklanan produk rokok di negara pendapatan rendah dan pendapatan menengah.
Studi ini menemukan sepanjang 2015-2021, rata-rata penjualan produk tembakau bisa ditemukan dengan berjalan kaki saja dari sekitar sekolah. fenomena ini terjadi di 42 negara pendapatan rendah dan pendapatan menengah. Strategi yang identik juga ditemukan di beberapa negara lain yang disurvei. Rata-rata produk rokok yang dijual seperti itu adalah produk dari perusahaan multinasional yang ingin membidik anak dan remaja sebagai target market mereka.
Rokok produksi British American Tobacco (BAT) dan Philip Morris International banyak ditemukan promosi dan iklannya di sekitar sekolah bahkan playground. Dua perusahaan multinasional ini mengklaim bahwa mereka tidak melakukan promosi dan penjualan rokok kepada anak dan bahkan mengajak perokok untuk berhenti merokok. Meski demikian, ada banyak bukti yang mengafirmasi hal sebaliknya bahwa BAT dan Philip Morris International membidik negara-negara menengah ke bawah agar populasi anak mudanya menjadi konsumen tetap rokok.
Selain memasnag iklan dekat sekolah, beberapa taktik lain yang teridentifikasi dalam studi ini adalah pemasangan produk rokok yang dekat dengan cemilan manis, makanan ringan untuk anak-anak. Dengan demikian, mata anak dan remaja pun akan terjebak dengan display dari produk rokok. Dalam hal ini, perusahaan rokok bekerja sama dengan pengusaha ritel melalui pembagian insentif untuk mendapatkan ruang display yang cocok.
Pada 2021, BAT dan Philip Morris tercatat menjual lebih dari 1,3 triliun produk tembakau dari berbagai jenis. Artinya, produk tembakau ini memiliki kenaikan konsumen khususnya pada negara kelas bawah dan menengah.
Para perusahaan tembakau juga sudah menyadari bahwa penggunaan rokok sejak dini atau remaja akan memicu efek kecanduan seumur hidup. Oleh karena itu, perusahaan rokok membidik anak dan remaja sebagai strategi jangka panjang untuk menjual produk mereka tanpa harus bergantung pada konsumen baru.
Oleh karena itu, Yolonda menegaskan bahwa studi ini mengafirmasi pentingnya pemerintah negara untuk secara tegas merumuskan aturan yang komprehensif terkait dengan periklanan produk tembakau, promosi, dan sponsorship. Tanpa adanya intervensi untuk promosi dan iklan rokok, maka perusahaan rokok multinasional akan terus menggandakan keuntungan akibat lemahnya regulasi yang tidak melindungi anak dan remaja.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post