Jakarta, Prohealth.id – Gejala sering pusing, susah konsentrasi, hingga lemas mendadak adalah gejala awal dari hipoglikemia.
Dokter Spesialis Saraf Primaya Hospital Bekasi Barat, dr. Fakhrunnisa, Sp.S, mengatakan hipoglikemia adalah istilah medis yang mengacu pada kondisi ketika kadar gula atau glukosa dalam darah terlalu rendah. Padahal glukosa adalah sumber energi utama untuk otak dan tubuh. Kisaran normal kadar glukosa darah 70-140 miligram per desiliter (mg/dL). Kadar pada setiap orang berbeda berdasarkan makanan terakhir dan hal-hal lain, termasuk obat-obatan yang diminum.
“Jika kadar gula darah turun terlalu rendah, diperlukan perawatan segera untuk menghindari risiko seperti kejang, pingsan, hingga kerusakan otak,” ujar dr. Fakhrunnisa, Sp.S melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Jumat (15/10/2021).
Glukosa berperan menyediakan energi yang dibutuhkan untuk kinerja tubuh sehari-hari. Organ yang paling memerlukan glukosa adalah otak. Otak manusia penuh dengan neuron yang terus memanfaatkan glukosa untuk menjalankan fungsi seperti berpikir, belajar, dan mengingat sesuatu. Ketika otak tidak mendapatkan cukup glukosa, neuron tidak memiliki bahan bakar yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan seluruh tubuh dan tak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Menurut dr. Fakhrunnisa, Sp.S, hipoglikemia terjadi antara lain karena penggunaan insulin dan penggunaan obat lain yang tidak sesuai dengan dosis oleh penderita diabetes. Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan karbohidrat yang diproses oleh tubuh menjadi glukosa, menjalankan puasa berlebih atau terlambat makan, melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dalam waktu lama, mengkonsumsi minuman beralkohol berlebih, produksi insulin berlebih oleh tubuh, kekurangan hormon yang bertugas mengatur produksi glukosa, serta mengalami penyakit kritis tertentu seperti hepatitis, sirosis hati, atau tumor pankreas.
PENDERITA DIABETES PALING RENTAN
Adapun penderita diabetes lebih rentan mengalami hipoglikemia karena obat-obatan dan insulin yang digunakan melebihi dosis. Insulin berperan mengendalikan glukosa, termasuk menurunkan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Namun, ada risiko tubuh justru kelebihan insulin jika digunakan secara tidak tepat sehingga kadar gula darah pun tidak sekadar turun, tapi malah melorot di bawah normall.
Kemudian, siapa saja yang bisa terkena hipoglikemia? Menurut dr. Fakhrunnisa, siapa pun bisa terkena hipoglikemia ketika ada faktor risikonya. Misalnya seseorang yang berpuasa atau telat makan sehingga asupan karbohidratnya kurang, atau seseorang yang memforsir tenaganya dalam suatu aktivitas.
“Tapi yang paling sering mengalami hipoglikemia adalah para pengidap diabetes karena faktor penggunaan insulin dan obat yang tidak sesuai dengan dosis,” ujarnya.
Orang yang mengalami hipoglikemia cenderung merasa tidak nyaman, tubuhnya lemas, sulit berkonsentrasi, gemetar, pusing, mengantuk, kelaparan sehingga aktivitasnya sehari-hari terganggu, badan gemetar, berkeringat, merasa kelaparan, kebingungan, pandangan mata ganda atau kabur, hilang keseimbangan, mudah marah, bicara tidak jelas, dan masih merasa lelah saat bangun tidur pada pagi hari.
Jika parah, penderita hipoglikemia bisa tiba-tiba pingsan sehingga berbahaya jika mereka sedang dalam perjalanan, misalnya saat menyetir mobil. Jika tidak ditangani dengan baik, hipoglikemia bisa mengakibatkan komplikasi seperti kejang-kejang, hilang kesadaran, dan kerusakan otak.
MEMBERI EFEK KETIDAKSADARAN
Oleh karena itu, dr. Fakhrunnisa, Sp.S mengingatkan jika seseorang mengabaikan atau tidak menyadari gejala hipoglikemia, maka seseorang dapat mengalami hypoglycemia unawareness atau ketidaksadaran hipoglikemia. Ketika gejala hipoglikemia tak disadari atau diabaikan berulang kali, tubuh menjadi kurang sensitif terhadap gejala tersebut. Akibatnya, otak tak lagi bisa merespons kadar gula darah yang turun hingga berdampak fatal terhadap kondisi pasien.
Ada beberapa cara mendeteksi hipoglikemia melalui tes kadar gula darah. Secara umum, tes gula darah dilakukan sebelum dan setelah makan untuk mengetahui perubahan kadar gula darah berdasarkan konsumsi makanan dan minuman selama rentang waktu itu.
Bagi pengidap diabetes tipe 1, direkomendasikan melakukan tes darah sebelum makan, sebelum dan setelah berolahraga, sebelum tidur, dan saat malam hari. Tes harus lebih sering jika orang tersebut sedang sakit, mengubah rutinitas sehari-hari, atau mengonsumsi obat baru. Sedangkan waktu tes bagi pengidap diabetes tipe 2 tergantung jenis dan jumlah insulin yang digunakan. Biasanya tes dilakukan sebelum makan dan sebelum tidur malam.
Saat ini sudah banyak alat tes gula darah konvensional yang akurat, mudah dibawa ke mana saja, dan gampang digunakan. Cukup masukkan jari ke alat yang dilengkapi jarum kecil untuk mengambil sampel darah dan teteskan darah pada strip pengujian, dalam beberapa detik kemudian sudah bisa diketahui kadar gula darah seseorang.
“Tapi tetap harus dicek apakah alat tersebut sudah punya izin. Cara penggunaan juga harus diperhatikan agar hasilnya akurat,” terang dr. Fakhrunnisa.
Untuk mendiagnosis hipoglikemia, dokter tidak hanya melihat hasil tes kadar gula darah. Dokter juga akan memeriksa gejala yang terjadi dan mengecek apakah kadar gula darah kembali normal setelah gejala hilang. Di rumah sakit, pasien hipoglikemia akan diberi infus berisi larutan glukosa untuk memulihkan kadar gula darah. Ada juga tablet glukosa yang bisa diberikan kepada pasien. Untuk pasien diabetes yang rentan mengalami hipoglikemia, terdapat glucagon kit berupa suntikan glukosa yang bisa diberikan ketika gejala muncul.
Namun, pada dasarknya pasien bisa mengembalikan kadar gula darah sendiri dengan mengkonsumsi makanan dan minuman berglukosa secukupnya; misalnya teh manis, permen, jus buah, dan madu.
“Setelah 15 menit, cek lagi kadar gula darah untuk mengetahui apakah sudah pulih atau belum. Ulangi lagi langkah sebelumnya jika kadar gula darah belum normal,” ujar dr. Fakhrunnisa, Sp.S.
Jika setelah mengonsumsi makanan dan minuman berglukosa kadar gula darah tetap belum kembali normal, sebaiknya segera berobat ke dokter. Begitu juga jika gejala memburuk karena ketidaksadaran hipoglikemia, harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pengobatan.
Jika bukan penderita diabetes maka mencegah hipoglikemia yang tepat menurut dr. Fakhrunnisa, Sp.S, adalah memastikan kebiasaan makan secara teratur dan hindari minuman beralkohol. Apabila melakukan aktivitas yang menguras fisik, jangan lupa beristirahat dan mengonsumsi makanan/minuman yang bisa menambah energi. Dia mengingatkan untuk pengidap diabetes, lakukan terapi insulin dan obat harus dilakukan sesuai dengan dosis. Sediakan alat pengecek gula darah untuk memantau kadar gula darah secara rutin.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post