Warga dalam memperjuangkan keadilan tidak sendirian. Karena ada Puspa (diperankan Della Dartyan), pengacara muda yang selalu mendampingi mereka yang termarjinalkan.
Tum menjadi tersangka. Ada tuduhan mencuri dan ia mendapat hukuman satu tahun penjara. Dia pun dipaksa melakukan tindakan yang tidak dilakukan dalam adegan reka ulang.
Dinginnya dinding penjara tak perlu ia rasakan seandainya Tum dulu mau melepaskan tanah itu sejak awal. Serta tidak perlu merepotkan pendamping hukumnya.
Situasi warga yang Puspa dampingi berimbas. Puspa pun ikut tertekan.
“Aku kehilangan jagung yang kutanam sendiri. Itu keringatku. Itu nyawaku,” ucap Kirman. Penangkapan massal petani gara-gara menanam jagung benih lokal di atas tanah sendiri dan ogah memakai benih impor. Kemudian Kirman mogok makan ketika menjalani hukuman sehingga membuat istrinya gundah.
Kepahitan yang Puspa terima bukan sekadar soal kekalahan dalam pendampingan. Direktur firma hukum yang menaunginya juga naik pitam. ”Uang tidak dapat. Pamor pun tak ada.”
Saudaranya Puspa, Krisna (diperankan Alex Suhendra), bekerja di NGO dan menerima teror dari preman atas perintah perusahaan besar. Kasus penghinaan membayang-bayanginya akibat berkomentar otak udang di media sosial. Akhirnya dia pun dijerat UU ITE.
Sementara ayah Puspa pernah mendekam dalam penjara Orde Baru. Ibunya biasa membawakan makanan dalam rantang ketika ayahnya di penjara. Demikian pula Puspa. Senantiasa membawakan makanan dalam rantang untuk warga yang dia dampingi. “Temani mereka yang mencari keadilan,” demikian pesan Krisna kepada Puspa.
Kisah itu tertuang dalam film “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” persembahan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK). Film dari karya sutradara kawakan Indonesia, Garin Nugroho. Karya itu terinspirasi dari sejumlah kasus hukum di Indonesia sehingga menghadirkan refleksi tajam atas peristiwa ketidakadilan.
“Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” siap mencuri perhatian di International Film Festival Rotterdam (IFFR) ke-54 yang berlangsung pada 30 Januari hingga 9 Februari 2025, dari akun Instagram Garin Workshop.
![](https://prohealth.id/wp-content/uploads/2025/02/Nyanyi-Sunyi-Dalam-Rantang-1.jpg)
Koordinator Harian Stranas PK Niken Ariati menuturkan pada akhirnya cita-cita Stranas PK untuk mendokumentasikan sepak terjang perjuangan mereka yang mencari keadilan dapat terwujud.
“Di KPK baru kali ini nampaknya mengizinkan kami untuk membiayai film panjang. Biasanya kalau di KPK itu filmnya film pendek,” ucapnya pada special screening dalam rangka Hari Anti Korupsi Sedunia lalu.
“Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” berangkat dari permasalahan konflik yang nyata. “Menggambarkan realita kehidupan yang ada di masyarakat. Bagaimana masyarakat begitu tidak berdaya ketika menghadapi kekuasaan,” tegas Direktur Antikorupsi Badan Usaha KPK Aminudin.
Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya mengiyakan film itu sesuai dengan realita. Ia mengakui, cerita di film betul terkait dengan kondisi yang ada. Film ini sukses menggambarkan bahwa korupsi, gratifikasi di tingkat elit itu dampaknya begitu besar buat warga pada umumnya.
“Persekongkolannya elit tetapi dampaknya itu ke bawah.”
Film itu menjadi sindiran bagi elit dan para pejabat harus menyaksikannya.
Di samping itu kisah nyata yang naik ke layar lebar merupakan hal yang menarik dan bisa mendorong investigasi. Seperti film “Vina: Sebelum 7 Hari” yang berdasarkan kasus pembunuhan Muhamad Rizky Rudiana dan Vina Dewi Arsita.
“Kita ‘kan ingat ada film Vina dari cerita nyata kemudian mendorong proses investigasi. Rasanya kalau itu terjadi juga dalam dimensi pemberantasan korupsi ‘kan menarik,” kata eks Wali Kota Bogor itu.
Dia merefleksi seperti kasus Vina itu yang mengakibatkan publik terus menginvestigasi, masuk ke infotainmen, dan lain-lain. “Itu kan luar biasa. Jadi target dari film ini bukan hanya edukasi. Tetapi juga penegakan hukum.”
“Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” membedah persoalan bangsa. Jika hal tersebut tidak dibedah maka tidak diketahui masalahnya.
Garin Nugroho mengatakan, bangsa ini ibarat dalam perjalanan dengan panduan suatu peta. Kalau tidak mengetahui ada jembatan rusak, ada banjir, berbagai halangan di jalan maka pasti tidak tercapai tujuan perjalanannya.
![](https://prohealth.id/wp-content/uploads/2025/02/Garin-Nugroho.jpg)
“Menurut saya, belum pernah dalam sejarah negeri ini institusi publik pemerintahan yang justru mengajak masyarakat untuk membuka masalah. Kalau ini terjadi maka bangsa akan maju ke depannya,” pungkasnya. ***
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post