Jakarta, Prohealth.id – Direktur Eksekutif TGF, Peter Sands mengunjungi Kantor Jaringan Indonesia Positif (JIP) di Jalan Kudus, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu, 22 Juni 2022 sebagai salah satu rangkaian kunjungan kerja Direktur Eksekutif The Global Fund (TGF) ke Indonesia.
Kunjungan Peter Sands pun disambut hangat oleh JIP sebagai salah satu organisasi yang bekerja untuk menyikapi isu dan pemenuhan hak-hak orang dengan HIV. Dalam kesempatan tersebut, diskusi yang berlangsung dinamis antara komunitas bersama TGF membahas terkait program penanggulangan HIV serta tuberkulosis sebagaimana kedua penyakit tersebut beririsan satu sama lain.
Ketua Sekretariat Nasional JIP, Meirinda Sebayang menyampaikan ucapan terima kasih kepada TGF atas kontribusinya dalam memberdayakan komunitas orang dengan HIV dan populasi kunci yang terdampak melalui program yang didukung oleh organisasi tersebut.
Implementasi program di Indonesia terkait HIV, TBC, dan malaria yang saat ini berjalan masih menghadapi banyak tantangan. Salah satu permasalahan yang disampaikan oleh Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) mengenai prosedur pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) yang dilakukan oleh layanan kesehatan belum maksimal.
“Layanan PPIA yang belum merata di setiap layanan kesehatan, ketersedian ARV anak masih terbatas hingga diskriminasi kesehatan bagi anak dengan HIV,” ujar Chintya melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Jumat (24/6/2022).
Tidak hanya HIV, penanggulangan TBC masih menjadi tugas berat pemerintah, apalagi penerima manfaat TBC. Desentralisasi layanan TBC belum merata di berbagai daerah dan berdampak ekonomi bagi orang dengan TBC.
“Banyak orang dengan TBC yang merupakan tulang punggung keluarga dan jni terpaksa berhenti bekerja,” ungkap Fiqa yang merupakan perwakilan dari penyintas TBC.
Ketua Country Coordination Mechanism (CCM), dr. Kirana yang berkesempatan hadir menyatakan bahwa berbagai isu yang disampaikan sudah menjadi catatan bagi CCM dan pemerintah (Red. Kemenkes RI).
“Memang, saat ini ketersediaan logistik seperti obat, kondom dan lain-lain masih belum tersedia. (CCM) tidak hanya mendorong kebijakan pusat, tetapi juga perlu mendorong kebijakan daerah. Jadi, mari kita bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi profesi untuk mencari solusi bersama.”
Peter Sands mengungkapkan bahwa diperlukan keterlibatan berbagai pihak dalam menyelesaikan PR besar ini. “Tidak ada jalan pintas untuk menjawab permasalahan yang kompleks ini. Oleh karena itu, berbagai strategi perlu diimplementasikan, termasuk dalam pendekatan politis. Kita perlu bersama dengan politisi yang berpihak terhadap penanggulangan HIV, TBC, dan malaria di Indonesia,” tuturnya.
Seperti diketahui, kunjungan Peter Sands menjadi momentum penting sebagaimana terlibatnya TGF dalam upaya penanggulangan HIV, tuberkulosis (TBC), dan malaria di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Berdasarkan keterangan dari situs https://www.theglobalfund.org/en/fight-for-what-counts/, dijelaskan bahwa TGF telah berkontribusi di berbagai negara di dunia selama kurang lebih 20 tahun. Dalam perjalanannya, TGF berhasil menghimpun dukungan dana dari berbagai mitra sebesar US$53 miliar yang kemudian digunakan untuk merespon isu HIV, TBC, dan malaria. Melalui respon yang diberikan oleh TGF, sebanyak 44 juta jiwa di berbagai negara dapat diselamatkan dari ketiga penyakit mematikan tersebut.
Untuk The 7th replenishment atau “Penambahan Ketujuh”, TGF membutuhkan dukungan dana setidaknya US$18 miliar. Ketentuan Ini merupakan jumlah minimum yang diperlukan untuk mengupayakan berbagai negara dalam menanggulangi HIV, TBC dan malaria.
Dukungan dana tersebut akan diturunkan untuk berbagai program sebagai upaya dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan dan memperkuat kesiapsiagaan merespon isu HIV, TBC, dan malaria dalam kondisi pandemi COVID-19 serta mampu membuat dunia lebih adil dan aman dari ancaman di masa depan secara berkelanjutan.
Asal tahu saja, Jaringan Indonesia Positif berdiri sejak tahun 2014 dan telah memberikan berbagai sikap sebagai upaya untuk menanggulangi serta mengadvokasi hak-hak orang dengan HIV di Indonesia. Lembaga ini awalnya dibentuk sebagai respon atas pentingnya pelibatan orang dengan HIV secara bermakna dalam penanggulangan HIV di Indonesia.
Oleh karena itu, sikap JIP berlandaskan kerangka Hak Asasi Manusia. Dalam mewujudkan sikapnya, JIP tidak bergerak sendiri, melainkan telah menjalankan berbagai kemitraan bersama berbagai lembaga baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional.
Sementara TGF merupakan kemitraan yang dibangun untuk mengakselerasi eliminasi AIDS, TBC, dan malaria sebagai epidemi. TGF menyalurkan dan menginvestasikan US$4 miliar per tahun untuk mendukung program yang dijalankan oleh lebih dari 100 negara.
TGF juga telah berkolaborasi bersama pemerintah, masyarakat sipil, lembaga teknis, sektor swasta, hingga orang-orang yang terdampak dari ketiga penyakit tersebut untuk bersama mengatasi hambatan serta berinovasi dalam upaya eliminasi AIDS, TBC, dan malaria.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post