Jakarta, Prohealth.id – Makanan yang telah dimasak sebaiknya tidak berada di suhu ruang selama lebih dari dua jam.
Menurut Reisi Nurdiani, SP, MS, dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University, makanan matang yang disimpan di suhu ruang 25–30°C hanya aman dikonsumsi dalam waktu 2–4 jam. Jika suhu ruangan lebih dari 32°C, batas waktu aman tersebut bahkan turun menjadi hanya 1 jam.
“Setelah melewati waktu tersebut, risiko pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan Salmonella meningkat drastis,” jelasnya mengacu pada pedoman dari United States Department of Agriculture (USDA) dan World Health Organization (WHO).
Untuk menjaga keamanan pangan, Reisi menyarankan agar makanan sesegera mungkin didinginkan setelah dimasak. Lalu makanan disimpan dalam lemari es bersuhu maksimal 5°C jika tidak langsung dikonsumsi.
Ia juga menjelaskan pentingnya memperhatikan holding time atau batas waktu makanan berada pada suhu tertentu sebelum dikonsumsi kembali. Ia juga menyebut mikroorganisme penyebab penyakit tumbuh cepat pada suhu antara 5°C hingga 60°C.
“Oleh karena itu, makanan yang akan disimpan semalaman harus segera didinginkan dan dipanaskan kembali ke suhu internal minimal 74°C sebelum dimakan,” tambahnya.
Reisi menekankan bahwa menyimpan makanan di suhu ruang semalaman sangat berisiko, meskipun dipanaskan kembali. “Beberapa bakteri, seperti Staphylococcus aureus, dapat menghasilkan toksin tahan panas yang tidak bisa dimatikan hanya dengan pemanasan,” ujarnya.
Ia juga mengimbau agar pemanasan ulang makanan tidak dilakukan lebih dari satu kali. Pemanasan yang tidak tepat dapat menurunkan kualitas gizi makanan serta meningkatkan risiko kontaminasi.
Dalam hal bumbu, Reisi menyebutkan bahwa beberapa jenis rempah seperti kunyit, bawang, dan cabai mengandung senyawa antimikroba alami yang dapat memperpanjang umur simpan makanan. Namun, bahan makanan segar seperti sayuran dan daging tetap rentan rusak/basi jika dibiarkan di suhu ruang.
Untuk wanita pekerja yang membawa bekal, Reisi merekomendasikan menu praktis dan tahan lama. Misalnya; ayam goreng, tempe orek, ayam kecap, serta nasi dengan lauk kering. Ia menyarankan agar sayur berkuah disimpan terpisah, dan bekal dibawa dalam wadah kedap udara yang food grade, atau menggunakan cooling bag jika memungkinkan.
Ia pun berpesan, makanan bekal sebaiknya terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani/nabati, sayur dan buah. Makanan bekal yang bergizi seimbang adalah makanan yang berasal dari bahan pangan yang beragam. Selain itu jumlahnya sesuai dengan kebutuhan gizinya.
“Pastikan juga wadah penyimpanan bersih dan aman agar gizi tetap terjaga hingga waktu makan siang,” pungkasnya.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post