Jakarta, Prohealth.id – Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Yasri Profesor Tjandra Yoga Aditama merasa sedih dengan temuan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta yang mengubah jam pertandingan Arema Malang melawan Persebaya, 1 Oktober 2022 lalu.
Usai laga yang berlangsung pada pukul 22.00 WIB itu pecah kerusuhan yang menewaskan 131 orang. Menurut dia, jika benar bahaya ada intervensi industri rokok maka terdapat hal penting yang perlu diperhatikan.
“Bila dugaan ini benar maka benar-benar menyedihkan, bukan saja karena dengan amat tragis sudah memakan korban jiwa lebih dari 130 orang saudara-saudara kita, tetapi juga karena setidaknya lima hal,” ujar Tjandra melalui keterangan tertulis yang diterima Prohealth.id, Selasa, (11/10/2022).
Catatan pertama yang disampaikan olehnya yakni bahwa kesepakatan bahwa merokok membahayakan kesehatan. Menurut dia, data WHO pada Mei 2022 menyebutkan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi tembakau telah membunuh lebih dari 8 juta orang setahunnya di dunia, dimana 1,2 juta orang diantaranya terjadi para perokok pasif yaitu mereka yang tidak merokok tetapi terpaksa jadi jatuh sakit akibat asap rokok orang disekitarnya.
Kedua, di dunia prevalensi perokok menurun dari 22,7 persen pada tahun 2007 menjadi 17,5 persen pada tahun 2019. Namun Indonesia sebaliknya, berdasarkan data Indonesia Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan menunjukkan di negara Indonesia justru ada peningkatan jumlah perokok, dari 61,4 juta di tahun 2011 menjadi 70,2 juta di tahun 2021.
Ketiga, menurut dia, kesedihan publik Indonesia makin bertambah karena mengetahui sebagian korban di tragedi Kanjuruhan adalah anak-anak, demikian juga cukup banyak anak-anak yang menonton pertandingan ini.
Data Kementerian Kesehatan berdasar beberapa survei nasional (GYTS, Riskesdas, Siskernas) menunjukkan kenaikan perokok anak di negara kita, dari 7,2 persen pada tahun 2013, naik jadi 8,8 persen pada tahun 2016, terus naik jadi 9,1 persen pada 2018, naik lagi jadi 10,7 persen pada tahun 2019. “Kalau dibiarkan begini terus maka angka perokok anak akan dapat mencapai 16 persen di tahun 2030,” sambungnya.
Baca Juga: Mark Zuckerberg dan CEO Media Sosial Lain Diminta Larang Iklan Produk Tembakau
Keempat, peran iklan amat besar dalam hubungan dengan konsumsi rokok yang membahayakan kesehatan. Data GATS yang dipresentasikan Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan paparan pada iklan rokok di papan reklame dari 39,6 persen pada tahun 2011 menjadi 43,6 persen di tahun 2021. Sementara peningkatan paparan iklan di internet jauh lebih tinggi lagi, dari 1,9 persen di tahun 2011 menjadi 21,4 persen pada tahun 2021.
Kelima, masyarakat Indonesia amat berduka dengan wafatnya lebih dari 130 orang pada tragedi Kanjurhan. “Apabila dugaan TGIPF tentang pertimbangan iklan rokok di kejadian tersebut benar adanya maka hal tersebut adalah hal yang ironis, memprihatinkan, menyedihkan dan perlu jadi salah satu rekomendasi untuk “tata ulang” aturan demi melindungi kesehatan anak bangsa di masa depan,” ujar Tjandra yang pernah menerima penghargaan WHO Tobacco Free World Award for Outstanding Contribution to Public Health pada tahun 1999.
Sebelum meletusnya Tragedi Kanjuruhan, Polres Malang sempat meminta pertandingan Arema vs Persebaya dimajukan menjadi sore hari, tapi PT LIB tidak menghiraukan permintaan tersebut dan tetap menggelar di malam hari. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menduga itu disebabkan pertimbangan iklan rokok.
“Kami juga mendengar ada yang mengatakan mungkin itu salah satunya mengakomodir iklan rokok yang baru mulai di jam 21.30 WIB, misal begitu,” ujar anggota TGIF Rhenald Kasali di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin, 10 Oktober 2022.
Rhenald juga menyebut ada sejumlah pihak tertentu yang menyebabkan pertandingan tersebut tetap berjalan pada malam hari. Hal tersebut menjadi pembahasan saat rapat koordinasi dengan Kompolnas.
“Misal kenapa jadinya malam itu juga kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang punya kekuatan untuk mengatur itu tetap malam hari,” kata Rhenald.
“Saya belum bisa, kita belum bisa sebutkan walaupun saudara-saudara sudah bisa menciumnya,” ujar dia menambahkan.
Selanjutnya: Bukti Indonesia Tertinggal di Asia Tenggara untuk Aturan Pengendalian Tembakau
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post