Penggunaan rokok elektrik atau vape yang populer di kalangan remaja, mendorong Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kegiatan. Harapannya, kegiatan ini mampu meningkatkan kesadaran kelompok remaja.
Acara ini mengusung tema “Peningkatan Kewaspadaan Bahaya Vape pada Remaja Usia Sekolah”. Kegiatan ini bertempat di SMA Negeri 14 Jakarta, pada 25 September 2024.
Melalui siaran pers, FIK Universitas Indonesia bertujuan meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan akibat vape. Khususnya terkait masalah paru-paru, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan e-cigarette atau Vaping Associated Lung Injury (EVALI).
Menurut Ns. Ai Aminah, S.Kep., M.Kep., mahasiswa Program Residen Ners Spesialis Keperawatan Onkologi FIK UI sekaligus pemateri utama, remaja kerap tergiur karena salah kaprah. Kuatnya anggapan vape lebih aman daripada rokok konvensional. Padahal, data menunjukkan vape juga membawa dampak serius.
“Penggunaan vape dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Selain itu meningkatkan risiko penyakit jantung, kecanduan nikotin. Yang paling mengkhawatirkan, meningkatkan risiko terkena penyakit pneumonia yang bisa merusak paru-paru secara permanen,” katanya, Kamis (24/10/2024).
Ai Aminah juga memaparkan data terbaru dari National Young Tobacco Survey (2020) yang mengungkapkan peningkatan prevalensi penggunaan vape pada remaja usia 13-15 tahun. Prevalensi awalnya dari 18 persen pada 2016 menjadi 19,2 persen pada 2019. Selain itu, penelitian dari Johns Hopkins Medicine (2021) menyebutkan adanya bahan kimia berbahaya seperti diacetyl dalam vape. Zat ini bisa menyebabkan penyakit paru-paru serius. Ada pula nikotin yang mengganggu perkembangan otak remaja.
Dalam upaya mendorong pemahaman yang lebih baik, acara ini juga melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas interaktif. Salah satunya termasuk permainan dan sesi diskusi yang membahas dampak kesehatan vape. Para siswa juga berkesempatan menjadi “Duta Berhenti Merokok Vape”. Caranya dengan menunjukkan komitmen untuk berhenti menggunakan vape atau membantu teman-teman mereka melakukannya.
“Salah satu inisiatif yang paling menarik dari kegiatan ini adalah pemilihan duta berhenti merokok vape. Para siswa yang berhasil menunjukkan komitmen kuat untuk berhenti menggunakan vape atau membantu teman-temannya untuk berhenti, akan dinobatkan sebagai duta, menjadi contoh positif bagi lingkungan sekolah mereka,” ujar Ai Aminah.
Kampanye edukasi ini mendapatkan dukungan dari Puskesmas Kramat Jati, yang turut mengapresiasi relevansi program ini dengan kondisi kesehatan remaja saat ini.
Julita Sibarani, S.Kep., koordinator program dari Puskesmas Kramat Jati, menegaskan bahwa vape dan rokok adalah ancaman nyata bagi generasi muda.
“Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap semakin banyak remaja yang memahami pentingnya berhenti menggunakan vape dan memilih gaya hidup sehat,” ujarnya.
Acara ini juga memperkenalkan jargon CERDIK dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. CERDIK adalah panduan perilaku sehat yang meliputi cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
Dekan FIK UI, Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N., menyampaikan harapannya agar generasi muda terhindar dari dampak buruk penggunaan vape. Agus menegaskan generasi muda adalah pilar bangsa di masa depan. Jika segenap elemen masyarakat tidak segera bertindak memberikan edukasi mengenai bahaya vape, Indonesia akan menghadapi krisis kesehatan. Krisis ini berpotensi lebih besar pada tahun-tahun mendatang.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap para siswa bisa memahami dan menyadari risiko kesehatan yang sangat nyata dari penggunaan vape, sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang lebih bijaksana untuk masa depan mereka,” ujarnya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program mata kuliah Promosi Kesehatan Keperawatan Onkologi di bawah bimbingan Dosen Koordinator Mata Kuliah, Prof. Dr. Yati Afiyanti, Skp., M.N., dan pembimbing klinik Dr. Tuti Nuraini, S.Kp., M.Biomed., serta Dr. Allenidekania, S.Kp., M.Sc.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post