Jakarta, Prohealth.id – Untuk mengatasi gangguan pasca melalui infeksi Covid-19, diperlukan sebuah metode dan manajemen kesehatan yang mumpuni mengatasi gejala fisik long Covid-19, maupun gejala psikosomatik. Artinya, dibutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih siaga, antisipatif, responsif dan tangguh dalam menghadapi ancaman masalah kesehatan yang terjadi saat ini maupun di masa yang akan datang.
“Berdasarkan data penelitian di Indonesia bahwa lebih dari 60 persen pasien yang pernah terpapar Covid-19 akan mengalami kondisi Long Covid-19, atau sindrom pasca Covid-19. Hal ini, bila tidak dikelola dengan baik akan memengaruhi kualitas hidup pasien,” kata dr. Rudi Putranto, Sp.PD, K-Psi, MPH, dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Mengutip dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus Covid-19 di Indonesia per tanggal 3 Agustus 2022, tercatat sebanyak 6.222.788 orang dan sembuh 6.014.885 orang.
Berangkat dari oleh kondisi ini, tim pengabdian masyarakat (pengmas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) turun ke masyarakat memberikan kontribusi nyata melalui kegiatan pengmas lewat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Desa Pantai Bakti, Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat.
Dalam pelaksanaan pengmas ini, kegiatan penyuluhan dilakukan secara daring. Sebagai salah seorang narasumber, dr. Rudi yang menjadi Ketua Tim Pengmas FKUI, memberikan penyuluhan dengan judul materi “Manajemen Gangguan Psikosomatik pada Sindrom Pasca Covid-19”.
Untuk pengecekan kesehatan, dilakukan pemeriksaan gejala gangguan psikosomatik dengan melakukan wawancara, perangkat kuesioner, dan stress analyzer (Heart Rate Variability).
Ketua Divisi Psikosomatik dan Paliatif, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM Dr. dr. Hamzah Shatri, Sp.PD, K-Psi, M.Epid., mengatakan, bahwa selama pandemi, pengelolaan kesehatan gangguan psikosomatik pada pasien yang pernah terpapar Covid-19 perlu mendapat perhatian, karena berbagai gangguan tersebut dapat terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Untuk itu, melalui penyuluhan ini, dr. Rudi dan tim berupaya memberikan pelatihan tentang pengelolaan kesehatan psikosomatik dan pemeriksaan kesehatan di masyarakat.
“Dengan pemeriksaan ini diharapkan masalah kesehatan gangguan psikosomatik di masyarakat dapat dideteksi secara dini dan dilakukan pengelolaan dengan tepat,” katanya.
Divisi Psikosomatik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM berdiri sejak tahun 1955. Divisi Psikosomatik melayani pasien yang mengalamai berbagai keluhan tanpa ada kelainan organik atau disebut kelainan fungsional, atau yang kemudian dikenal sebagai gangguan Psikosomatik antara lain; dispepsia fungsional, Irritable Bowel Syndrome, fibromyalgia, nyeri dada non-kardiak, kecemasan, depresi, dan lainnya.
Saat ini, pelayanan bidang psikosomatik meliputi layanan poliklinik untuk konsultasi gangguan psikosomatik, pemeriksaan fungsi otonom dengan HRV analyzer, dan pelayanan unggulan berupa pelayanan paliatif yang terintegrasi.
Selain melakukan pelayanan, Divisi Psikosomatik juga mengembangkan pendidikan dan melakukan penelitian sesuai dengan misi Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Beberapa studi dan penelitan dilakukan mencakup bidang psiko-neuro-immuno-endokrinologi.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post