Mendidik anak-anak Indonesia tanggap bencana sangat penting sebab bencana tidak bisa dihindari, namun dapat diminimalkan tingkat kerusakan hingga korban jiwanya melalui mitigasi bencana. Pendidikan mitigasi bencana sudah seharusnya mulai dikenalkan sejak dari anak masih berusia dini.
Ketua Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Kurniawan Taufiq Khadafi, M.Biomed, SpA(K) menegaskan Indonesia negara yang rentan bencana, anak lebih rentan dari orang dewasa.
“Bencana di Indonesia, merupakan hal yang kerap terjadi, secara topografi dan gelologi rentan. Indonesia memiliki 500 gunung berapi yang aktif, Negara kita berisiko terjadi bencana, isu perubahan iklim dimana dampak pada anak empat, secara psiologi, psikologi dan anatomi yang lebih rentan dari orang dewasa,” jelasnya dalam media briefing ‘Mempersiapkan Anak Menghadapi Bencana Alam’ yang diadakan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Rabu (20/9/2023) lalu.
Tak hanya itu, dr. Kurniawan juga mengungkap mengapa anak sangat terdampak jika terjadi bencana. “Secara langsung cuaca ekstrim, dampak ekologi termasuk polusi udara, dampak jangka panjang seperti stunting, dan dampak bencana berhubungan langsung dengan perubahan iklim, anak menjadi rentan saat terjadi bencana,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengungkap fakta bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia tidak siaga bencana.
“Kesiapan masyarakat Indonesia hanya 30 persen, artinya orang tidak senang membayangkan yang mengerikan, mereka biasanya melarikan diri dari bayangan terkena bencana, padah sebagai mitigasi situasi tidak menyenangkan perlu dilakukan sebagai pencegahan,” ungkapnya.
IDAI sebagai organisasi profesi, menurut dr. Piprim yang peduli pada masa depan anak perlu mengedukasi masyarakat untuk tanggap bencana.
“IDAI merasa memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyakat agar bisa ikut meminilkan dampak yang tidak mengenakan yang terjadi di masyarakat,” tutur dia.
Bencana Gempa dan Kebakaran
Satgas Bencana IDAI dr. I Nyoman Arie Purwana, MSc, SpA(K) mengungkapkan rekomendasi IDAI mengenai Kesehatan Anak Akibat Bencana Kabut Asap.
“Pengaruh asap yang paling umum pada anak yaitu iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya (contohnya asma),” ungkapnya.
Kemudian dr. Arie menyampaikan pentingnya mengenali wilayah risiko bencana di tempat tinggal. “Lakukan mitigasi pencegahan risiko dan mempersiapkan diri, sangat penting dilakukan untuk anak-anak dengan melakukan latihan di sekolah,” jelas dia.
“Masyarakat jika berada di kawasan hutan perhatikan apabila melihat tanda risiko kebakaran, harus bisa melihat tanda lokasi wisata di tempat yang mereka kunjungi,” lanjut dr. Arie.
Ia juga meminta masyarakat agar hati-hati dalam membakar sampah atau membuang puntung rokok.
“Jangan sembarangan melakukan pembakaran sampah dan membuang puntung rokok sembarangan, seperti kasus yang viral belakangan, pasangan calon pengantin yang hamper membakar gunung Bromo, seharusnya pahami kondisi daerah sangat rawan kebakaran,” ungkapnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat agar melindungi diri dan keluarga dari bencana kebakaran. Misalnya, saat bencana, apabila tidak memilki kepentingan, jangan keluar rumah, tinggal di dalam rumah, tutup akses udara berasap yang bisa masuk kedalam rumah juga dalam ruangan sebersih mungkin, nyalakan AC atau filtrasi udara. Jika tidak memiliki AC dan terlalu pengap untuk tinggal di dalam rumah, carilah perlindungan di pusat.
“Segera periksa ke dokter bila memiliki gangguan jantung atau paru-paru,” imbau dr. Arie.
Selain itu, dr. Arie juga mengimbau masyarakat untuk melengkapi diri dengan pengetahuan tanggap bencana jika terjadi kebakaran. Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk melindungi diri yakni; merunduk, berlindung, berpegang, jangan lari keluar ruangan kecuali di dalam jika membahayakan, jangan berdiri di pintu atau jalan keluar lainnya, dan yang paling berbahaya adalah asap.
Catatan penting dari dr.Arie yaitu pentingnya mengenali potensi bencana di masing-masih wilayah tempat tinggal.
“Lakukan mitigasi Bencana Pencegahan risiko, mempersiapkan diri Pengurangan risiko bencana ,edukasi dan latihan menghadapi bencana,” ujar dia.
Untuk mengurangi paparan asap dalam ruangan, masyarakat bisa melakukan beberapa hal. Pertama, tetap dalam ruangan. Kedua, jika kepanasan cari tempat yang lebih aman. Ketiga, jangan memperburuk keadaan dengan menyalakan peralatan atau bahan-bahan yang menghasilkan asap.
Keempat, gunakan pembersih udara portable. Kelima, ciptakan ruang aman dari asap. Keenam, ediakan masker N95 respirator.
Bencana Tsunami dan Banjir
Satgas Bencana IDAI dr. Muhammad Reza, M.Biomed l, SpA (K) mengungkap gempa dan tsunami tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, baik dari skala kecil hingga skala besar yang merusak.
“Selama ini bila terjadi bencana pemerintah kerap disalahkan, padahal yang paling tahu tentang daerah kita adalah kita sendiri, sehingga UU 24 tahun 2007 penanggung jawab penanggulan bencana adalah pemerintah melalui BMKG, BNPB dan jajarannya memang betul,” ungkapnya.
Meski demikian ia mengingatkan agar warga harus punya semangat gotong royong. “Semua dalam kondisi bencana selalu panik karena tidak paham dan tidak bernah berlatih,” ungkapnya.
Pemerintah, dikatakan oleh dr. Reza, yakni BMKG dan BPNP hanya bisa memberikan informasi perkiraan saja. Artinya, masyarakat perlu memahami dan bisa memperkirakan secara mandiri. Sebagai contoh, jika tinggal di sekitar pantai, sudah memahami kondisi daerah, bisa memitigasi. Sayangnya tahapan selanjutnya yang paling sulit adalah mengajak masyarakat ikut belajar dan terlibat.
Apalagi, tanda-tanda tsunami, sudah seharusnya dipahami oleh masyarakat wilayah pesisi. Misalnya beberapa contoh tanda akan terjadi tsunami yaitu; gempa bumi dan susut laut, jeda waktu antara gempa bumi dengan tsunami (+/- 40 menit), gelombang air laut menguat mendadak dan berulang, memantau informasi dari media resmi, segera berlari ke trempat yang tinggi dan menjauhi Pantai.
“Itulah pentingnya memahami daerah tempat tinggal potensi tsunami,” jelasnya.
Saat terjadi bencana, dr.Reza meminta masyarakat untuk waspada gempa susulan, bimbing keluarga menyelamatkan diri, pertanda bahaya tsunami jauhi pantai, bertahan di dataran tinggi sampai ada himbauan, waspada tsunami berulang, hindari jalan melewati jembatan, evakuasi berjalan kaki diutamakan, tetap berlayar dan hindari pelabuhan.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan pasca bencana tsunami.
Pertama, tetap utamakan keselamatan keluarga dan anak-anak. Kedua, kembali ke rumah setelah dinyatakan aman. Ketiga, jauhi area tergenang dan rusak.
Keempat, hindari area air dengan aliran arus yang masih bergejolak, hindari kubangan, dan indari reruntuhan. Kelima, bersihkan sarang nyamuk dan serangga. Keenam, segera cari akses air bersih, fasilitas kesehatan dan akses berita. Ketujuh, jangan lupa membuang makanan atau minuman terkontaminasi.
Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada daerah rawan banjir. Pertama, memahami berbagai macam kode siaga, mengetahui zona rawan banjir, mengerti cara untuk melindungi rumah dari banjir.
Kedua, paham saluran air dengan debit besar di sekitar kita dan lakukan persiapan rencana evakuasi. Ketiga, informasikan dan membantu masyarakat sekitar. Keempat, mematikan akses listrik dan gas serta air.
Kelima, siaga tas bencana termasuk dokumen harta benda, serta siapkan asuransi banjir.
Untuk mengantisipasi masa pra bencana ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, Anda bisa menghindari membangun rumah rawan banjir.
Kedua, Anda bisa belajar membangun tenda pengungsian dan dapur umum. Ketiga, ikut distribusi bantuan, dan terapkan perilaku Hidup Bersih.
Sementara saat bencana ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, pantau terus informasi banjir. Secara perlahan, bergeraklah ke tempat yang tinggi.
Kedua, waspadai arus bawah dan risiko banjir bandang. Ketiga, siapkan barang barang yang perlu dievakuasi. Keempat, mematikan akses listrik dan gas. Kelima, jangan gunakan mobil untuk bepergian.
Keenam, bersihkan area akses air bersih. Ketujuh, gunakan tongkat atau alat bantu lain, dan yang terakhir waspada jalur arus banjir debit besar.
Ketika banjir terjadi dan sudah surut ada sejumlah hal yang tetap harus diperhatikan warga. Pertama, tetap waspada di sekitar area instalasi listrik. Kedua, jauhi air yang bergerak dan kembali ke rumah jika sudah ada imbauan.
Ketiga, tetaplah berada di luar gedung, masuki gedung yang tidak berdampak berat. Keempat, buang makanan kontaminan dan bersihkan area tempat tinggal dan pembuangan. Kelima, jangan lupa lakukan pemberantasan nyamuk serta perbaikan jamban dan saluran pembuangan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post