Jakarta, Prohealth.id – Mahasiswa IPB University Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Ryco Farysca Adi berpartisipasi dalam pertemuan World Health Organization South-East Asia Region (WHO SEARO). Acara berlangsung di Dili, Timor Leste.
Dalam momen itu, ia bersama Dr. Perdinan, dosen dari Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University. Keduanya menghadiri “Working Group Meeting on Accessing Climate Finance for Health in the Southeast Asia Region”.
Pertemuan ini bertujuan memperkuat pemahaman dan kapasitas para pemangku kepentingan di Asia Tenggara berkaitan dengan pendanaan iklim untuk kesehatan.
Sesi pertama menghadirkan paparan Alliance for Action on Climate Change and Health (ATACH) Secretariat. ATACH menyoroti tantangan besar dalam mengakses pendanaan untuk kesehatan berbasis iklim.
“Kami jadi tahu berbagai inisiatif ATACH untuk meningkatkan investasi dalam sektor kesehatan iklim,” ungkap Ryco melalui siaran pers, Jumat (7/3/2025).
Dalam diskusi berikutnya, fokus beralih pada dampak ekonomi perubahan iklim terhadap kesehatan. Lalu ada presentasi dari berbagai mitra ATACH, termasuk World Bank yang memaparkan biaya ketidakbertindakan terhadap kesehatan.
“Diskusi tersebut membuka wawasan baru bagi kami tentang urgensi pendanaan dan strategi kebijakan yang diperlukan untuk mengurangi dampak krisis iklim.”
Setelah sesi makan siang, peserta mendengarkan presentasi dari beberapa mitra ATACH seperti; Rockefeller Foundation, FCDO, ADB, dan Save the Children. Lembaga-lembaga ini membahas berbagai upaya dalam pendanaan dan inisiatif kesehatan berbasis iklim yang sarat kesenjangan.
“Di sini, saya turut serta dalam diskusi mengenai bagaimana memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk mendukung adaptasi komunitas terhadap krisis iklim,” cerita Ryco.
Menurut Dr. Perdinan selaku dosen pendamping, berharap keikutsertaan mahasiswa IPB University dalam acara ini tidak hanya memberikan wawasan baru mengenai tantangan pendanaan iklim. Pemahaman ini bisa mendorong terbentuknya diskusi strategis yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat di Asia Tenggara.
“Melalui pengalaman ini, mahasiswa dapat membawa pengetahuan dan solusi yang lebih aplikatif dalam menghadapi perubahan iklim yang kian mendesak,” ucapnya.
Dalam acara, ia turut memfasilitasi diskusi pengembangan proposal perancangan aksi perubahan iklim sektor kesehatan sesuai dengan WHO Framework on Climate Health.
Sebagai penutup acara, setiap perwakilanmerumuskan rencana tindak lanjut untuk memperkuat respons terhadap dampak perubahan iklim sektor kesehatan.
Turut hadir dalam pertemuan ini Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste. Hadir pula perwakilan dari Indonesia seperti Kemenkes, UNDP Indonesia, dan Hakli Kemenkes. Peserta dari kawasan terdiri atas perwakilan pemerintah atau representatif dari beberapa negara. Sebut saja; India, Srilangka, Bhutan, Thailand, Nepal, Maldives, Bangladesh.
Instansi pendidikan hadir; National University of Singapore, United Nations University, ADB, dan UNDP. Para narasumber adalah pengelola dana iklim global dari Green Climate Funds dan Adaptation Funds.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post