Depok, Prohealth.id – Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, mengukuhkan Prof. dr. Fera Ibrahim, M.Sc, Ph.D, Sp.MK(K) sebagai Guru Besar dalam Bidang Virologi, Fakultas Kedokteran UI.
Dalam pengukuhan pada Sabtu (9/11/2024) di Aula IMERI FKUI Salemba, Prof. Fera menyampaikan orasi ilmiah. Judulnya; “Potensi Virus RNA sebagai Ancaman Penyakit Emerging dan Reemerging: Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi”.
Virus RNA adalah virus yang mengandung materi genetik RNA atau asam ribonukleat. Jenis virus ini menjadi penyebab utama berbagai penyakit menular yang baru serta berbahaya. Virus RNA dapat berubah atau bermutasi. Sehingga mudah berkembang, beradaptasi, dan menyebar ke manusia.
Penyakit menular akibat virus RNA, memerlukan perhatian global. Perkiraan setiap tahun muncul dua virus RNA baru yang berpotensi menjadi ancaman. Perubahan atau mutasi pada virus RNA dapat menyebabkan munculnya penyakit baru yang belum pernah ada sebelumnya (penyakit emerging). Contohnya; Covid-19 karena virus SARS-CoV-2; atau penyakit yang muncul kembali (penyakit reemerging) seperti tuberkulosis dan campak. Mutasi ini sering terjadi selama proses replikasi virus karena adanya kesalahan saat menggandakan materi genetiknya.
Mutasi pada virus RNA memiliki banyak dampak. Pertama, perubahan sifat virus. Mutasi menyebabkan perubahan pada protein virus, sehingga virus lebih menular atau lebih berbahaya bagi manusia. Kedua, resistensi terhadap obat. Virus menjadi kebal terhadap obat-obatan tertentu yang sebelumnya efektif untuk pengobatan. Akibatnya, mengurangi efektivitas pengobatan yang tersedia. Ketiga, mutasi membantu virus menghindari deteksi sistem kekebalan tubuh manusia yang melawannya menjadi lebih sulit.
Untuk menangani ancaman tersebut, Prof. Fera membagikan langkah pencegahan dan pengendalian. Pemerintah dan organisasi kesehatan dapat menkalankan strategi tersebut. Para ahli dapat mendeteksi mutasi baru pada virus yang berpotensi berbahaya dengan melakukan pengawasan rutin terhadap genom virus. Pendekatan One Health juga penting karena beberapa penyakit pada manusia berawal dari hewan, misalnya flu burung dan Ebola.
Selain itu, urgensi kolaborasi riset internasional untuk mempercepat respons penyebaran penyakit serta pengembangan vaksin dan peralatan medis. Langkah ini perlu mengingat vaksin dan sistem deteksi memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran penyakit menular karena virus RNA.
Pengembangan vaksin secara cepat selama pandemi membantu mengurangi angka infeksi Covid-19. Selain itu, sistem deteksi yang cepat dan akurat memudahkan dalam mengidentifikasi dan mengisolasi kasus positif, sehingga mencegah penyebaran lebih lanjut. Upaya tersebut diperlukan untuk meningkatkan efektivitas vaksin dan alat deteksi yang mampu mendeteksi berbagai jenis virus.
Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya persiapan dalam menghadapi penyakit menular. Dengan adanya pengawasan genetik, kerja sama internasional, dan inovasi dalam produksi vaksin sertaalat deteksi, Indonesa lebih siap menghadapi ancaman penyakit menular baru.
“Masyarakat juga diharapkan terus menjaga kesehatan dan kebersihan, serta mendukung program kesehatan yang disediakan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran penyakit menular,” ujar Prof. Fera.
Penelitian Prof. Fera terkait upaya pencegahan dan pengendalian penyakit akibat mutasi virus RNA menunjukkan kepakarannya dalam bidang virologi. Sebelumnya, ia juga meneliti beberapa topik lain, seperti Genetic and Phenotypic of Pseudomonas Aeruginosa Sensitive to Meropenem Antibiotics after Exposure to Meropenem (2024). Riset lain; Hearing Instability and Abnormal Auditory Pathways in Infants with Congenital Cytomegalovirus Infection: An Audiological and Radiological Single-Centre Prospective Cohort Analysis (2024). Lalu juga riset Dry Eye Symptoms are Prevalent in Moderate-Severe Covid-19, while Sars-Cov-2 Presence is Higher in Mild Covid-19: Possible Ocular Transmission Risk of Covid-19 (2024).
Prof. Fera menamatkan pendidikan Dokter Umum di FKUI pada 1986. Berikutnya, ia menempuh pendidikan di University of Lyon I, France, untuk Maitrise de Sciences Biologiques et Medicales (MSBM) General and Systematic Virology dan MSBM Immunology and Immunopathology pada 1990. Ia meraih Master of Science tahun 1991; serta pendidikan doktornya pada 1995.
Perempuan ini lalu menyelesaikan pendidikan Spesialis Mikrobiologi Klinik (2001) dan Spesialis Mikrobiologi Klinik, Konsultan Virologi (2009) di Kolegium Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia.
Turut hadir dalam acara pengukuhan’ Direktur Utama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, dr. Supriyanto Sp.B, FINACS, M.Kes.; Team Leader for Health System Strengthening of WHO Representative of Indonesia, Roderick L. Salenga, RPh, MPH.
Tampak hadir juga; Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO; Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh. Imron Suandy, MVPH. Sejumlah birokrat yang hadir; Asisten Deputi Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dr. Nancy Dian Anggraeni, M.Epid; dan Team Leader FAO ECTAD Indonesia, Dr. Luuk Schoonman.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post