Kalau orang tua sering marah-marah, biasanya rentan mengalami masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Namun hipertensi dapat terjadi juga pada anak walaupun mekanismenya berbeda dengan orang dewasa.
Barangkali hal ini masih asing sekali bahwa anak bisa mengalami darah tinggi. Namun kejadian hipertensi pada anak ini trennya meningkat dan tidak karena akibat kebiasaan marah-marah seperti orang dewasa.
American Academy of Pediatrics (AAP) menyebutkan tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan. Sebanyak 39 persen orang dewasa mengalaminya.
“Kejadian hipertensi yang dialami orang dewasa bisa dimulai ketika masih kanak-kanak. Pada anak laki-laki itu 15 persen dan perempuan 10 persen. Jadi laki-laki lebih banyak dan populasinya semakin meningkat,” ucap dokter Heru Muryawan dalam webinar “Hipertensi Pada Anak” pada Selasa, 6 Februari 2024 lalu.
Dia menyebutkan angka kejadian hipertensi pada anak-anak secara global di Indonesia itu berkisar 3,11 sampai 4,6 persen dan hal ini harus mendapatkan perhatian.
Bila masih kanak-kanak sudah mengalami maka pada masa dewasanya akan memicu kerusakan organ. Oleh karena itu deteksi dini hipertensi sudah harus mulai kepada anak-anak di usia tiga tahun.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini menyampaikan hipertensi pada orang dewasa sebagian besar penyebab oleh banyak faktor. Sedangkan pada anak-anak akibat dari faktor lain alias sebagai hipertensi sekunder. Sebagian besar akibat masalah ginjal. Sementara hal lain akibat penyakit jantung, pembuluh darah, saraf, hormon, psikologis, atau faktor resiko keturunan. Di samping kurang beraktivitas dan pola konsumsi dapat mengakibatkan hipertensi.
“Pembuluh darah itu membutuhkan kelenturan. Kalau kurang beraktivitas maka lama-lama menyebabkan hipertensi. Juga konsumsi garam, lemak, dan gula yang berlebihan dapat memicu,” kata dia.
Pada anak-anak dengan kegemukan cenderung terkena hipertensi atau anak dengan berat lahir rendah. Berat badan normal pada anak itu berkisar 2,5 sampai 4 kilo.
“Hal ini terjadi karena orang tua ingin anaknya cepat gemuk sehingga memberikan konsumsi berlebihan yang berakibat kelebihan berat badan pada anak,” ungkap dokter Heru sambil mengutip hasil penelitian Profesor Adrian Umboh di Manado. Bahkan, pada 7 tahun saja anak sudah mengalami hipertensi.
“Nah ini tadi kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah ini hati-hati. Kalau bayi dengan berat lahir rendah, kenaikan berat badannya biasa-biasa saja, jangan dipaksa untuk menjadi lebih gemuk.”
Kesulitan Diagnosis Pada Anak
Dokter Heru Muryawan menggambarkan sulitnya mendiagnosis tekanan darah tinggi pada anak daripada pada orang dewasa. Kalau tekanan darah tinggi pada dewasa itu 120 per 80 itu masuk kategori normal. Sementara hipertensi itu kira-kira 140 per 90 ke atas.
American Academy of Pediatrics (AAP) membaginya menjadi dua. Yaitu anak yang 1 sampai 13 tahun dan 13 tahun ke atas. Peringkatnya ada normal dan ada meningkat sebelum menjadi hipertensi.
“Normalnya anak sampai usia 13 tahun 98 per 52. Kalau di atas itu ya berarti ada tanda-tanda hipertensi untuk diperiksa lebih lanjut.”
Hipertensi pada anak diakui spesialis nefrologi ini bisa gawat. Karena krisis hipertensi kadang-kadang menyebabkan gangguan saraf, menimbulkan kejang, dan bisa tidak sadarkan diri.
Penanganan
Untuk penanganan hipertensi pada anak itu tata laksananya mencakup non farmakologi, farmakologi, serta pencegahan dan pengobatan. Hal tersebut bertujuan untuk tumbuh kembang anak menjadi baik.
“Anak itu berbeda dengan orang dewasa karena anak masih mengalami tumbuh dan berkembang. Karena itu pengobatannya bertujuan mengobati penyakit utamanya, penyakit penyertanya, juga faktor resikonya.”
Selain itu perlunya modifikasi gaya hidup. Kalau obesitas maka berat badan harus turun, caranya dengan diet rendah lemak, dan garam.
Pada bayi yang mendapatkan asi eksklusif atau ASI saja setidaknya enam bulan hingga dua tahun. Pemberian asi eksklusif 6 bulan menyebabkan kelenturan pembuluh darah yang sangat baik. Ini membuatnya tahan terhadap tekanan yang tinggi sehingga tidak mudah mengalami hipertensi. Di samping asupan makanan bergizi dan olahraga teratur.
Pengobatan hipertensi pada anak mulai pada tahap satu. Kalau tekanan darah meningkat bisa dengan cara non farmakologi saja seperti perbaikan gaya hidup. Tanpa obat dan evaluasinya per enam bulan.
Kalau sudah hipertensi tahap satu selanjutnya akan mendapatkan obat. Kalau tahap dua dengan obat melebihi dari satu dan akan terkombinasikan dengan non farmakologi.
“Secara umum screening dilakukan sekali pada usia tiga tahun. Kalau aman maka tenang saja. Tetapi kalau tiga tahun dengan faktor resiko dianjurkan setiap tahun sekali periksa. Kalau di usia tiga tahun tanpa faktor resiko maka tidak dianjurkan,” kata dr. Heru.
Ia mengingatkan agar pasien dan keluarga tetap waspada apabila ada risiko obesitas dan riwayat keluarga dengan berat lahir rendah. Waspada juga jikalau ada tanda-tanda penyakit ginjal karena biasanya hipertensi pada anak itu menyebabkan penyakit ginjal.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post