Bogor, Prohealth.id – Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Koalisi Gen G Indonesia menggelar acara “Showcasing Akhir Program Generation Gender (Gen G) 2025”.
Program Generation Gender (Gen-G) adalah program lima tahun (2021–2025) yang diimplementasikan oleh Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI). Tujuannya menciptakan masyarakat adil gender dan bebas kekerasan, khususnya melalui pemberdayaan serta pemberian ruang aman bagi orang muda. Program ini menerapkan pendekatan multidimensi. Mulai dari; penjangkauan, advokasi kebijakan, dan penguatan organisasi masyarakat sipil, terutama di Jakarta, Bandung, dan Palu, untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas kaum muda mendorong transformasi sosial.
Acara tersebut berlangsung pada 26–28 Agustus 2025 di Hotel Bigland, Bogor. Kegiatan tersebut menandai penutupan program global Gen G di Indonesia setelah berjalan lima tahun, sekaligus menampilkan capaian, praktik baik, dan transformasi nyata yang dipimpin orang muda menuju Indonesia adil gender dan bebas kekerasan berbasis gender serta seksual (KBGS).
Hadir pada kegiatan ini antara lain perwakilan dari DPR RI Debi Agusfriansa; perwakilan dari KemenPPPA Priyadi Santoso. Ada juga perwakilan dari KemenPPN/Bappenas Indah Erniawati dan Direktur PD. Pontren Kemenag Basnang Said
Tak lupa Ketua Komnas Perempuan Maria Ulfah Anshor, hadir juga Majlis Musyawarah KUPI Masruchah. Pemerintah daerah diwakili Staf Ahli Gubernur DKI Jakarta Eka Sudjana. Ada pula Dirtipid PPA-PPO Bareskrim Polri David Manurung. Sementara dari perwakilan global adalah Kedutaan Besar Kerajaan Belanda Sinta Suryani; serta para mitra kerja strategis program Gen G.
Dalam sambutannya, Direktur YGSI, Ely Sawitri menyampaikan bahwa acara ini merupakan momentum refleksi sekaligus perayaan gerakan perubahan orang muda. Ia menyebut kgiatan ini bukan sekadar penutupan program, tetapi perayaan atas keberanian orang muda yang selama lima tahun terakhir mengubah wacana menjadi aksi nyata.
“Mereka membuktikan orang muda bukan hanya bersuara, tapi benar-benar mengubah arah kebijakan dan membuka ruang aman bagi semua.” ujarnya.
Salah satu sorotan utama kegiatan ini adalah Talkshow “Suara dan Aksi Orang Muda: Bergerak Bersama untuk Indonesia yang Adil Gender dan Bebas Kekerasan”. Acara ini mempertemukan suara generasi muda dengan pengambil kebijakan. Sesi ini terutama menyuarakan aspirasi orang muda yang berisikan beberapa hal.
Pertama, menghapus kekerasan berbasis gender, seksual, dan diskriminasi usia yang membatasi kesempatan anak muda, termasuk di dunia kerja. Kedua, menjamin akses adil dan aman bagi perempuan, anak muda, kelompok rentan, dan disabilitas terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, keadilan, dan partisipasi publik.
Ketiga, melibatkan anak muda secara penuh dalam kebijakan, dari perencanaan hingga evaluasi, agar suara mereka benar-benar terakomodasi.
Keempat, menegakkan hak asasi manusia tanpa diskriminasi, apapun gender, usia, orientasi seksual, identitas, agama, disabilitas, atau latar belakang sosial-ekonomi.
Lima, mendorong kepemimpinan publik yang inklusif dan bebas diskriminasi, dengan pejabat menjadi teladan yang menghormati semua kelompok.
Enam, menempatkan kepemimpinan anak muda di garis depan serta membuka kolaborasi lintas sektor untuk keberlanjutan generasi.
Aspirasi ini mendapat tanggapan positif dari para pembuat kebijakan. Perwakilan KemenPPPA Priyadi Santoso menegaskan, pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak membutuhkan kerja bersama.
“KemenPPPA berkomitmen berkolaborasi dengan generasi muda, karena pekerjaan besar ini tidak akan pernah berhasil jika dilakukan sendiri.”
Tenaga Ahli DPR RI, Debi Agusfriansa pun menambahkan pentingnya pelibatan anak muda secara bermakna, khususnya dalam implementasi kebijakan. Ia menjelaskan Komisi VIII DPR RI membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya untuk penanganan kasus kekerasan seksual. Secara khusus dengan generasi muda, bersama-sama memperkuat implementasi kebijakan di lapangan.
“Bukan hanya wacana di balik meja, melainkan eksekusi langsung di tengah masyarakat agar persoalan benar-benar terselesaikan.” tegasnya.
Selain talkshow tersebut, kegiatan ini juga ada sesi diskusi “Praktik-Praktik Baik Penghapusan KBGS dalam Kerangka Bantuan Hukum Gender Struktural”. Sesi ini menyoroti pengalaman mitra Gen G dalam memberikan pendampingan hukum bagi penyintas. Selain itu juga memperjuangkan perubahan regulasi agar sistem hukum lebih berpihak pada korban.
Seminar Nasional “Peran Ulama Perempuan dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Keagamaan” turut dmemaparkan pengalaman menyusun SOP perlindungan dan mendorong perspektif keadilan gender di pesantren. Acara yang sama juga meluncurkan buku “Kumpulan Ayat dan Hadis untuk Keluarga Maslahah”.
Direktur PD.Pontren Kemenag, Basnang Said, menyampaikan apresiasinya kepada Rahima dan para ulama perempuan muda atas peran penting mereka dalam pencegahan kekerasan di pesantren.
“Kementerian Agama berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan Rahima agar kerja-kerja perlindungan dapat berjalan efektif. Sehingga pesantren benar-benar menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang anak sekaligus masa depan bangsa.” tegas Basnang.
Sejak 2021, Gen G berjalan oleh YGSI bersama mitra kerja Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), LBH APIK Jakarta, Rahima, serta Organisasi Orang Muda Gen G (OMG). Mereka terdiri dari LBH APIK Sulteng, Celebes Bergerak, JAJ Youth, dan Lingkar Studi Feminis. Program ini berfokus pada pemberdayaan orang muda berusia 18–30 tahun di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Palu.
Selama empat tahun terakhir, Gen G telah berkontribusi signifikan dalam memperkuat fondasi kebijakan, memobilisasi perubahan sosial melalui figur kunci. Selain itu juga memperluas ruang partisipasi publik, serta meningkatkan kapasitas organisasi dan orang muda. Program ini berhasil mendorong terciptanya ruang aman dan inklusif bagi orang muda, perempuan, dan kelompok rentan untuk terlibat aktif dalam agenda keadilan gender dan penghapusan kekerasan.
Gen G berperan penting dalam mendorong lahirnya kebijakan perlindungan perempuan dan anak. Misalnya; pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) dan dukungan terhadap revisi UU ITE. Di tingkat daerah. Tercatat Gen G terlibat dalam lahirnya Perda Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan di Jawa Barat (Perda No. 3 Tahun 2023), serta Peraturan Wali Kota Palu tentang pencegahan dan penanganan perkawinan anak. Selain itu juga advokasi untuk mendorong pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta mengenai bantuan hukum. Semua upaya ini memperlihatkan komitmen kolaboratif mitra Gen G dalam memajukan kebijakan yang responsif gender dan berorientasi pada perlindungan korban.
Program Manager Gen G, Nani Vindanita, menyampaikan kebanggaannya atas capaian bersama. Sebagai pengelola dana hibah sekaligus pelaksana program Generation G, pihaknya bangga melihat hasil kerja mitra dan orang muda di Indonesia.
“Selama lima tahun, program ini berhasil mendorong kebijakan, memperkuat ribuan orang muda, dan menjangkau jutaan orang melalui kampanye dan dialog. Meski program ini berakhir, kami yakin, semangat dan gerakan menuju keadilan gender akan terus hidup dan berkembang.” katanya..
Menutup kegiatan, Ely Sawitri menegaskan bahwa akhir program tidak berarti akhir perjuangan. Artinya berakhirnya program ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari gerakan yang lebih luas.
“Kolaborasi lintas sektor yang telah terbangun adalah kekuatan nyata untuk memastikan agenda keadilan gender terus mendapat tempat dalam kebijakan publik,” pungkasnya.
Asal tahu saja, Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Melalui pendidikan, advokasi, dan pelibatan masyarakat, YGSI berkomitmen menciptakan masyarakat yang setara, aman, dan menghormati hak-hak semua individu, terutama orang muda.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post