Jakarta, Prohealth.id – HTP dipasarkan sebagai produk yang diklaim “risiko lebih rendah” karena produk ini tidak melibatkan pembakaran atau pembakaran penuh. Produk ini pun dipasarkan kepada perokok yang sudah ada.
Namun, industri tembakau memiliki sejarah panjang dalam membuat klaim palsu tentang risiko kesehatan produk-produk mereka. Paling terkenal adalah pemasaran sigaret “light” dan “mild” yang ternyata tidak lebih aman dari rokok lainnya.
HTP ini juga dipasarkan di seluruh dunia dengan cara yang menarik perhatian orang muda dengan mengklaim HTP tidak melibatkan pembakaran atau menghasilkan asap.
Perusahaan-perusahaan ini berusaha menyesatkan konsumen dan pembuat kebijakan tentang bahaya penggunaan produk tersebut. Sebab HTP terbukti menghasilkan emisi beracun meskipun diklaim “risiko lebih rendah”. Demikian dikutip dari situs The Campaign for Tobacco-Free Kids.
Terkait hal tersebut maka semua produk tembakau harus diatur ketat untuk meminimalkan konsumsi dan paparan terhadap emisinya seperti yang disepakati dalam Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC, Framework Convention on Tobacco Control) WHO. Pemerintah pun harus menahan diri dari lobi industri tembakau untuk mengatur HTP lebih longgar daripada produk tembakau lainnya.
Apa Itu HTP?
HTP adalah produk tembakau yang memerlukan penggunaan perangkat elektronik untuk memanaskan stik atau pod tembakau yang dipadatkan. Stik secara definisi adalah rokok atau pod tembakau dipanaskan hingga suhu yang cukup tinggi untuk menghasilkan aerosol yang dapat dihirup. Tetapi suhu tersebut lebih rendah daripada yang dibutuhkan untuk pembakaran penuh.
Setiap sistem pabrikan HTP sepenuhnya terhubung. Perangkat pemanas dan sigaret yang dipanaskan atau pod untuk setiap sistem harus digunakan bersama-sama.
Sigaret yang dipanaskan dan pod dalam setiap sistem tersedia dalam berbagai rasa termasuk menthol dan buah. Perangkat HTP dapat sangat berbeda satu sama lain. Misalnya, beberapa perangkat memungkinkan pengguna untuk mengontrol suhu pemanasan tembakau serta aerosol dan rasa yang dihasilkan.
HTP bukanlah rokok elektrik. HTP menghasilkan aerosol yang mengandung nikotin dengan memanaskan tembakau. Sedangkan rokok elektrik tidak mengandung tembakau tetapi menggunakan cairan yang mengandung nikotin untuk menghasilkan aerosol.
Pasar Global HTP
HTP diluncurkan pertama kali pada 2014. “IQOS“ diproduksi Philip Morris International (PMI), menjadi pemimpin pasar dan dijual di lebih banyak negara dibandingkan HTP lainnya.
Kemudian ada “glo” dari British American Tobacco (BAT), dan “Ploom” keluaran Japan Tobacco International (JTI) meskipun keduanya masih jauh tertinggal dari IQOS.
HTP lainnya yang tersedia termasuk “lil” oleh KT&G, “Mok” oleh China Tobacco, dan “Pulze” keluaran Imperial Brands.
Pemasaran HTP
Perusahaan tembakau melakukan kampanye pemasaran yang agresif untuk memperkenalkan HTP kepada konsumen. Perangkat pemanas dipasarkan sebagai produk mutakhir dan berteknologi tinggi yang menawarkan pengguna cara menikmati produk tembakau dengan “risiko lebih rendah” dan “bebas asap”.
Meskipun menekankan perangkatnya dalam hal pemasaran tetapi sigaret yang dipanaskan dan pod sering kali membawa merek rokok populer serta mengaitkan produk baru ini dengan nama yang sudah dikenal. Misalnya, produk dari BAT diberi merek “Kent Neostiks” dan dari PMI diberi merek “Marlboro HEETS”.
Merek dan pemasaran perangkat yang terpisah dari sigaret yang dipanaskan dan pod dapat memungkinkan perusahaan tembakau untuk menghindari larangan iklan tembakau di negara-negara yang tidak mendefinisikan perangkat pemanas sebagai “produk tembakau”.
Pemasaran HTP melalui media sosial menjadi elemen kunci dalam beriklan. Studi 2020 tentang pemasaran IQOS mendokumentasikan PMI menginvestasikan dana dalam toko IQOS bermerk dan acara sosial publik yang menyasar orang muda. Influencer, ambassador, dan coach dipekerjakan dalam mempromosikan dan menjelaskan cara menggunakan IQOS serta memasarkan produk ini melalui berbagai platform media sosial.
Investigasi yang dipublikasikan Reuters dan The Times mengungkapkan perusahaan tembakau seperti PMI dan BAT menggunakan influencer media sosial untuk mempromosikan HTP dan produk tembakau lainnya di Facebook dan Instagram.
Strategi Bisnis dan Klaim Industri
Dokumen internal PMI menunjukkan motivasi perusahaan dalam menciptakan “IQOS” dan produk “risiko lebih rendah” lainnya guna mempertahankan profitabilitas di tengah lingkungan yang semakin tidak bersahabat bagi bisnis tembakau.
PMI berupaya menormalisasi kembali tembakau, mendapatkan kembali kredibilitas dalam diskusi tentang regulasi produk tembakau, dan membentuk kembali persepsi publik tentang industri tembakau.
Perusahaan tembakau multinasional telah memperbarui platform bisnis strategis mereka kepada investor, publik, dan regulator dengan menawarkan berbagai produk yang didasarkan pada klaim mereka yang mengurangi risiko bagi pengguna.
PMI telah mengadopsi konsep ini dengan paling bersemangat lewat klaim mereka menginginkan “Masa Depan Bebas Asap”. Sementara BAT menyatakan, bertujuan membangun ‘Hari Esok yang Lebih Baik’ dengan mengurangi dampak kesehatan dari bisnis melalui penawaran produk yang lebih beragam dan lebih sedikit berisiko untuk konsumen.
JTI melakukan klasifikasi lini produk risiko lebih rendah mereka sebagai salah satu kunci “Prioritas Keberlanjutan”. Imperial Brands mengklaim ingin perokok beralih ke produk dengan risiko kesehatan yang lebih rendah dengan slogan “Sesuatu Lebih Baik”.
Perusahaan tembakau tetap mendapatkan sebagian besar keuntungan mereka dari penjualan rokok konvensional meskipun ada klaim tentang pergeseran cara mereka berbisnis.

Risiko Kesehatan Terkait
HTP menghasilkan banyak bahan kimia yang sama dengan yang ada dalam asap tembakau. Mengandung nikotin yang sangat adiktif dengan dampak buruk serius terhadap perkembangan otak remaja dan kesehatan ibu serta janin selama kehamilan.
Paparan nikotin juga menurunkan respons kekebalan tubuh dan kemungkinan meningkatkan risiko penyakit jantung. Emisi HTP juga mengandung nitrosamin spesifik tembakau dan aldehida yang diketahui memicu kanker serta karbon monoksida dan akrolin yang beracun.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post