Prohealth – Yayasan Lentera Anak menyoroti maraknya perilaku pengendara merokok di jalan raya. Mereka mengingatkan perilaku merokok dapat dikenai sanksi pidana dan denda sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam pasal 283 disebutkan ‘merokok termasuk aktivitas yang mengganggu konsentrasi dihukum kurungan tiga bulan atau denda 750.000 ratus ribu.
Tantra Solikin Rama, Project Officer Lentera Anak, menjelaskan berkendara sambil merokok amat merugikan orang lain dan membahayakan keselamatan di jalan.
“Asap dan abu rokok dapat masuk ke mata pengendara lain, mengganggu jarak pandang, meningkatkan risiko kecelakaan-terutama saat berhenti di lampu lalu lintas bahkan jika macet abu rokok bisa berpotensi mata rusak,” katanya pada (26/11).
Rama menambahkan kebiasaan merokok saat berkendara tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga berpengaruh secara sosial. Pengendara lain yang tidak merokok dapat turut terpapar asap rokok di jalan.
Temuan Prohealth 9 dari 10 pengendara yang merokok di jalan raya di dominasi bapak-bapak. Tak jarang bapak-bapak merokok berboncengan dengan anak dan istrinya, asap rokok pun tak terhindari, anak dan istrinya kerap mengibaskan tangan arah asap rokok.
Perilaku bapak-bapak, kata Rama, sering jadi panutan atau role model bagi anak-anak, dengan kebiasan merokok di jalan raya, akan dicontoh anak atau orang lain.
“Perilaku merokok mereka bisa mempengaruhi persepsi anak dan meningkatkan risiko anak mencoba merokok. Terlebih kelompok anak dilindungi dari paparan perilaku merokok yang dimandati Peraturan Presiden (PP) 28 tahun 2024 tentang kesehatan,” ujarnya.
Menurut Rama, secara psikologis, merokok menyebabkan ketergantungan fisik dan mental. Kandungan Nikotin dalam rokok mudah membuat seseorang mengalami adiksi, sehingga ketika tidak merokok, ia bisa merasakan stres atau kecemasan.
Dani Mukarom, 26, perantau di Jakarta kerap resah dengan pengendara yang merokok di jalan. Menurut dia pengendara seharusnya memahami bahwa tindakan tersebut membahayakan orang lain dan lingkungan sekitar.
“Apa salahnya berhenti cari tempat kalo emang bener pengen merokok banget,. Kan bisa merokok di area yang telah ditentukan supaya lebih aman dan tidak ganggu orang lain seperti di jalan raya,” ujarnya kepada Prohealth (27/11).
Rama menekankan bahwa lembaga yang bertanggung jawab menertibkan pengendara yang merokok harus bisa lebih tegas lagi, seperti: Kementerian Perhubungan, Pemerintah daerah, dan Kementerian Kesehatan.
“Kementerian Perhubungan menegakan UU 22 tahun 2009 dan Permenhub 12 tahun 2019, terkait keselamatan berkendara dan larangan aktivitas yang mengganggu termasuk merokok.
Sedangkan pemerintah daerah, dan Kementerian Kesehatan wajib menegakan Kawasan Tanpa Rokok di sarana transportasi umum atau area publik,” katanya.
Editor : Fidelis Satriastanti
Discussion about this post