Magelang, Prohealth.id – Salah satu upaya mendorong kesejahteraan petani adalah dengan melakukan diversifikasi tanaman pangan, salah satunya dari yang hanya menanam tembakau beralih ke singkong.
Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Centre Universitas Muhammadiyah Magelang (MTCC UNIMMA), Retno Rusdjijati mengatakan demi mendorong kesejahteraan petani, MTCC UNIMMA telah menggelar Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah mulai 31 Maret 2021 lalu
Dengan kehadiran Sekolah Tani tersebut MTCC UNIMMA terus menjalankan pendampingan kepada petani, khususnya yang tergabung dalam Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI).
“Fakta bahwa petani tembakau selalu ada dalam pihak yang dirugikan, menjadi motivasi MTCC UNIMMA untuk terus mengembangkan diversifikasi produk pertanian,” kata Retno Rusdjijati saat menghadiri Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI), Kamis (26/8/2021).
Melalui diversifikasi, Retno yakin, petani dapat melakukan budidaya berbagai komoditas terutama bahan pangan yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Ini merupakan langkah menuju peningkatan kesejahteraan petani yang maksimal.
“Melalui tepung mocaf ini, diharapkan potensi produksi singkong di Jawa Tengah (Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purwerejo, Boyolali, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Pati, Jepara) terus berkembang dan menjadi solusi usaha pertanian dalam menghadapi ancaman resesi akibat Covid-19,” katanya.
Sebelumnya, Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS pada bulan Februari 2020 menyebutkan, sekitar 26,06 persen penduduk Jawa Tengah yang bekerja di sektor pertanian mampu melakukan terobosan, jika mampu memilih komoditas yang tepat.
“Pilihan jatuh pada tanaman singkong didasarkan pada kebutuhan yang terus meningkat, dan disaat yang bersamaan, singkong tumbuh secara alami pada lahan marjinal,” terang Retno.
Pertimbangan lainnya, sebanyak 98 persen jumlah petani singkong masih hidup di bawah garis kemiskinan (BPS). Padahal, produksi tepung mocaf berpotensi mengurangi ketergantungan akan tepung terigu, dimana Indonesia sebagai pengimpor terbesar di dunia.
Selain mocaf, singkong merupakan komoditas strategis nasional yang dapat diolah menjadi gula cair. Produk alternatif ini, menurut Retno, bisa menjadi solusi terhadap kebutuhan gula nasional ketimbang melakukan impor.
“Gula impor di Indonesia naik drastis dari 4,09 juta ton tahun 2019 menjadi 5,54 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah,” ujar Retno.
Lebih jauh, Retno mengatakan, gula cair dari olahan singkong memiliki tingkat kemanisan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan gula tebu. “Keunggulan lainnya, gula singkong dinyatakan lebih sehat karena tidak mengandung gluten, rendah karbohidrat, dan kalori”.
Hasil olahan singkong sebagai produk unggulan yang dikembangkan di Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah UNIMMA, diharapkan akan diikuti oleh para petani tembakau dan para pemuda sebagai calon pelaku pertanian. Ini perlu diimplementasikan, dalam rangka menuju pertanian yang berdaulat dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Sekolah Tani Mandiri Muhammadiyah UNIMMA memiliki sejumlah tujuan, seperti meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pemuda untuk bekerja di bidang pertanian, meningkatkan dan menguatkan modal intelektual, modal institusional, dan modal material petani muda.
“Serta memfasilitasi petani tembakau dalam mengembangkan pertanian yang sudah digeluti untuk mewujudkan kedaulatan pertanian,” kata Retno.
PENGOLAHAN SINGKONG
Keluarga umbi-umbian, khususnya singkong yang sebelumnya diabaikan kini menjadi primadona. Melalui beberapa tahapan pengolahan, singkong bukan hanya memberikan nilai tambah ekonomi, namun juga berkontribusi terhadap dua bidang strategis sekaligus, yakni; ketahanan pangan nasional dan energi.
Di bidang ketahanan pangan, singkong bisa diolah sehingga konsumsi pangan tidak hanya bergantung pada beras. Ketika harga beras tinggi, masyarakat bisa mencari komoditi lain sebagai sumber karbohidrat alternatif, selain beras. Singkong pun tampil sebagai kandidat potensial
Masyarakat mengenal singkong karena. bisa diolah menjadi tiwul. Nilai gizi tiwul sebagai sumber karbohidrat, ternyata lebih tinggi dibandingkan beras.
“Sayangnya, nilai protein dan lemaknya lebih rendah hanya 0,6 gram dan 31 mg. Oleh karena itu perlu diolah menjadi makanan pelengkap dengan cara mengkombinasikan dengan pangan lain yang memiliki nilai gizi lebih tinggi,” mengutip Emil Salim dari bukunya Mengolah Singkog Menjadi Tepung Mokaf Bisnis Produk Alternatif Pengganti Terigu.
Menurut Emil Salim, tepung mocaf dihasilkan dari singkong yang telah difermentasi. Hasilnya mirip dengan karakteristik tepung terigu. Mocaf bisa digunakan sebagai bahan pengganti terigu atau campuran terigu 30 persen – 100 persen, dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu sebesar 20 persen – 30 persen.
“Dibandingkan dengan tepung singkong biasa dan tepung gaplek, Mocaf memiliki performansi yang lebih baik yaitu lebih putih, lembut dan tidak bau apek,” tulis Emil Salim dalam buku yang diterbitkan oleh Andi Offset Yogyakarta.
Penulis: Jekson Simanjuntak
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post