Menjadi anak mahasiswa yang merantau dan tertimpa pandemi ternyata membakar semangat Rinaldi Nur Ibrahim, mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan, Program Studi Farmasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengembangkan usaha rintisan Bijak Obat Indonesia. Maklum, pengalaman kesulitan membeli obat, membedakan jenis dan efek samping obat, sampai kesulitan mengakses layanan kesehatan di Sulawesi, membuat Rinaldi termotivasi mengambil jurusan farmasi.
“Saya berpikir bagaimana caranya saya bisa sekolah ataukah itu farmasi, kedokteran, atau apapun yang kesehatan. Saya cek khusus obat-obatan ada farmasi, maka saya kepo, mulai dari pembuatan obat dan distribusi obatnya. Saya merasa masyarakat banyak yang butuh, karena saya saja bingung kemana saya bisa konsultasi,” tutur Rinaldi.
Sempat gagal beberapa kali mendaftar di universitas bergengsi membuat Rinaldi nyaris putus asa. Namun dia tetap berusaha agar api semangat ini tidak padam.
“Saya ini anak pesantren, dan saya diarahkan daftar seleksi beasiswa dari Kementerian Agama. Saya awalnya gak merasa lolos, ternyata saya lolos [beasiswa]. Jadi ini saya diberikan kesempatan oleh Tuhan mewujudkan impian saya memberikan peluang untuk masyarakat mengenali obat-obatan,” terang Rinaldi dalam kegiatan Pulih Kembali beberapa waktu lalu melalui live Youtube Channel CISDI.
Dia pun sadar, dengan menerima beasiswa dari Kemenag untuk kuliah farmasi, Rinaldi pun sadar dia harus mengembalikan manfaat dari biaya tersebut kembali ke masyarakat.
Berjibaku sebagai mahasiswa farmasi, Rinaldi menemukan maraknya misinformasi dan informasi bohong terkait penggunaan obat. Teringat janji untuk berbakti pada masyarakat, dia pun mulai mengupayakan cara-cara untuk menjernihkan informasi di kalangan masyarakat terkait penggunaan obat. Oleh sebab itu, Rinaldi dan kawan-kawannya membuat platform Bijak Obat Indonesia, layanan konsultasi kesehatan dan obat-obatan secara gratis.
KEBIJAKAN KESEHATAN MASIH BELUM SELARAS
Kebijakan pemerintah menurutku masih perlu diperbaiki. Hal ini terlihat dari kurangnya pemerataan akses kesehatan di masyarakat. Rinaldi menyebut Indonesia sudah memiliki inisiatif yang baik dengan jaminan kesehatan nasional. Namun hal ini tidak cukup tanpa perbaikan koordinasi lintas pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan layanan pada masyarakat.
“Maka ini tugas kita sebagai masyarakat juga untuk mengingatkan pemerintah,” tutur Rinaldi.
Berangkat dari kesadaran ini, Rinaldi berupaya untuk menghadirkan informasi yang aktual, faktual, dan inspiratif untuk mendorong kerja sama masyarakat dalam mengingatkan pemerintah. Dia menegaskan kesehatan adalah hak masyarakat yang wajib didapatkan secara cuma-cuma. Hanya dengan masyarakat yang saling peduli maka harmonisasi kebijakan untuk kesehatan masyarakat juga tercapai.
Prohealth.id mencatat, untuk mendorong partisipasi publik, Rinaldi juga aktif beraktivitas sebagai content creator di media sosial. Pria asal Bone, Sulawesi Selatan ini menilai anak muda sebagai bagian dari bonus demografi wajib terlibat menjaga kesehatan publik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi kesehatan di media sosial.
Oleh karena itu, tak hanya serius mengoperasikan Bijak Obat Indonesia, Rinadi terus membangun dan mengembangkan Youth Ranger Indonesia secara konsisten. Rinaldi kini memasang ikhtiar, ingin sebaik-baiknya menjalani visi sebagai promotor kesehatan publik dan secara produktif mendorong peningkatan kualitas kesehatan dan kehidupan masyarakat.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post