Perut buncit, pasti makin makmur nih! Pernahkah Anda mendengar ucapan atau komentar seperti ini? Ucapan yang bermakna buncit sebagai tanda makin kaya sangat sering dijadikan candaan. Namun jika ditinjau dari sisi kesehatan, perut buncit dapat menjadi pertanda masalah kesehatan. Hal ini menjadi tema webinar mengenai serba-serbi perut buncit yang diselenggarakan secara daring beberapa waktu lalu.
Menurut dr. Juwalita Surapsari, SpGK, narasumber webinar mengatakan perut buncit tidak baikK krena perut buncit merupakan faktor mayor (utama) untuk penyakit diabetes dan penyakit jantung serta pembuluh darah. Sayangnya, 1 dari 4 orang dewasa di Indonesia mempunyai perut buncit atau disebut juga obesitas sentral atau obesitas abdominal. Kemudian perut buncit menandakan banyaknya lemak yang menumpuk di daerah perut.
Juwalita menjelaskan, ada dua jenis lemak yang berkaitan dengan dengan kondisi perut buncit.
Pertama adalah lemak subkutan, lemak ini berada di bawah dinding perut. Dikutip dari Healthline.com, lemak subkutan ini menyimpan energi. Jumlah lemak subkutan yang ada pada setiap orang, berbeda-beda, bergantung pada genetika serta faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik dan diet.
Kedua adalah lemak visceral. Lemak ini bisa melingkupi (menempel) di organ-organ penting tubuh. Dibandingkan dengan lemak subkutan, lemak visceral ini lebih berbahaya.
“Karena lemaknya yang bisa menempel pada organ-organ penting seperti liver, jantung, dan lain-lain, bisa menyebabkan peradangan. Poses peradangan ini mengganggu metabolisme tubuh dan kemudian dapat memicu penyakit seperti diabetes, jantung, pembuluh darah,” terangnya.
Kembali kepada obesitas sentral, Juwalita mengatakan bahwa orang yang mengalami obesitas sentral juga kebugarannya kurang baik. Juwalita lantas membeberkan cara sederhana untuk mengecek apakah seseorang mengalami obesitas sentral atau tidak. Caranya bisa dicek melalui olahraga seperti sit up atau lari.
“Orang yang mengalami obesitas sentral, setelah melakukan olahraga maka denyut jantungnya akan tinggi atau berdebar-debar. Kondisi jantung yang demikian juga dialami oleh orang yang tidak terbiasa berolah raga,” paparnya.
Meski begitu ia mengungkapkan fakta menarik bahwa orang yang mengalami obesitas sentral tidak selalu atau identik (berpenampilan) gemuk. “Bisa saja kurus tetapi buncit,” katanya.
Untuk ini, bisa dicek dengan mengukur lingkar pinggang. Kalau untuk laki-laki lingkar pinggangnya di atas 90 cm dan untuk perempuan jika lingkar pinggangnya di atas 80 cm, maka tergolong obesitas sentral.
“Butuh bantuan profesional untuk mengukur (lingkar) pinggang ini supaya tepat,” sarannya.
Mencari penyebab dan mengatasi obesitas sentral
Apakah Anda sering mager alias malas bergerak? Sering makan makanan yang kurang berserat, minim sayuran dan buah? Kurang atau bahkan tidak berolah raga sama sekali? Hal-hal biasa atau umum seperti ini, nyatanya bila didiamkan terus menerus dapat racun yang mengembangkan kemungkinan obesitas sentral.
Lebih spesifik, dr Juwalita menyebutkan bahwa obesitas sentral disebabkan karena pola makan yang tidak baik, kurang aktivitas fisik dan berolahraga. Terkait dengan pola makan yang baik, ia menaruh perhatian kepada nutrisi yang masuk dan dibutuhkan oleh tubuh. Ia mencontohkan semisal (salah satunya) karbohidrat, sebaiknya pilihlah karbohidrat komplek bukan simplex. Pilih karbohidrat yang seratnya banyak (whole grain).
Sedangkan untuk protein, ia menyarankan untuk memilih yang minim olahan. “Ini lebih bagus daripada yang diproses (processed food),” infonya. Dia juga mengingatkan jangan lupa untuk mengonsumsi sayur dan buah yang cukup. Menemukan diet yang tepat juga menjadi salah satu hal yang signifikan untuk mengurangi obesitas.
Lebih lanjut, dr. Juwalita menegaskan bahwa tidak semua orang punya respon yang sama dalam hal diet. Contohnya pada diet tinggi protein, ada (orang) yang lemaknya bisa turun dan ada yang tidak atau tetap. Begitupun sebaliknya. Bagaimana menemukan diet yang cocok untuk seseorang? Kondisi ini ternyata bisa dipengaruhi oleh faktor genetik.
Terakhir, ia menekankan pentingnya aktivitas fisik dan olahraga. Olahraga mampu membakar lemak wajib dilakukan minimal 150 menit dalam seminggu.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post