Jakarta, Prohealth.id – Aliansi Dunia untuk Kedokteran Gigi Bebas Merkuri menyambut baik pemberhentian penggunaan amalgam gigi karena menggunakan material merkuri yang tinggi.
Dilansir dari siaran pers yang diterima Prohealth.id, Sabtu (4/12/2012), Konvensi Minamata yang diselenggaran awal November lalu diyakini menjadi bagian pertama dari Konferensi keempat Para Pihak pada Konvensi Minamata tentang Merkuri (COP4).
Adapun dalam Konvensi Minamata mewajibkan para pihak untuk secara bertahap mengurangi penggunaan amalgam gigi, bahan pengisi yang mengandung 50 persen merkuri. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan penghapusan global, dan ada gerakan untuk menghapus produk beracun dan polusi ini secara bertahap pada sesi tatap muka kedua COP4 di Bali pada 21-25 Maret 2022 mendatang.
Pada COP4, kawasan Afrika mengusulkan amandemen Konvensi Minamata yang secara umum akan menghapus penggunaan amalgam dalam empat langkah.
Sementara itu, Uni Eropa (UE) mengusulkan amandemen untuk mengakhiri penggunaan amalgam pada anak-anak, wanita hamil dan ibu menyusui dan menyelaraskan dengan peraturan UE saat ini. Dua wilayah ini hanyalah segelintir dari banyak negara yang telah berkomitmen menghapus penggunaan amalgam, setidaknya untuk anak-anak dan populasi rentan lainnya.
Terbukti dalam survei yang dilakukan oleh WHO, 14 persen negara melaporkan bahwa mereka telah sepenuhnya menghapus penggunaan amalgam gigi, dan di wilayah Eropa dan Amerika, sebanyak dua pertiga negara telah menghapus penggunaan amalgam gigi secara bertahap. atau diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025.
Dalam persiapan pembahasan amalgam gigi pada bagian kedua COP4, baik Sekretariat Konvensi Minamata maupun WHO telah menerbitkan dokumen tentang masalah tersebut.
Berdasarkan masukan dari para pihak dan pemangku kepentingan lainnya, Sekretariat Minamata telah menyiapkan catatan dengan informasi terkini tentang alternatif bebas merkuri untuk amalgam gigi. Kini tambalan gigi bebas merkuri “memiliki sifat mekanik yang memuaskan dan membutuhkan preparasi kavitas yang lebih sedikit daripada komposit”, “sudah banyak digunakan”, dan “perbedaan harga dalam merestorasi gigi dengan alternatif relatif kecil”.
Badan Kesehatan PBB (WHO), dalam laporannya, menyajikan Report of the Informal Global WHO Consultation with Policymakers in Dental Public Health (2021), yang menyimpulkan bahwa “Hasil konsultasi dengan para pengambil kebijakan di kesehatan gigi menyoroti bahwa pengurangan dan bahkan penghapusan penggunaan tambal gigi amalgam dapat direalisasikan, terutama karena alternatif bebas merkuri yang efektif, hemat biaya dan mudah digunakan semakin tersedia”.
Guna mempersiapkan penghapusan amalgam secara umum, WHO menambahkan semen ionomer kaca, alternatif bebas merkuri untuk amalgam, ke dalam Daftar Obat Esensial pada Oktober tahun ini.
Charles G. Brown, presiden Aliansi Dunia untuk Kedokteran Gigi Bebas Merkuri, mengumumkan bahwa Aliansi Dunia untuk Kedokteran Gigi Bebas Merkuri berharap dapat terlibat langsung dengan Para Pihak dan pemangku kepentingan lainnya pada COP 4.2 mendatang di Indonesia.
Menurut Dr Graeme Munro-Hall, Chief Dental Officer dari Aliansi Dunia untuk Kedokteran Gigi Bebas Merkuri, pihaknya mendesak semua pihak untuk mempertimbangkan informasi baru ini yang menegaskan bahwa alternatif tambal gigi bebas merkuri yang efektif, tersedia dengan harga terjangkau.
“Kita harus mengikuti panduan sains dan menghapus amalgam,” ujarnya.
Asal tahu saja, Kedokteran Gigi Bebas Merkuri sebuah koalisi dari lebih dari 50 organisasi dari seluruh wilayah bekerja untuk mengakhiri penggunaan amalgam.
Yuyun Ismawati, Penasihat Senior dari Nexus3 Foundation, Indonesia menjelaskan, penghapusan penggunaan amalgam secara bertahap sangat penting bagi negara berkembang yang tidak memiliki infrastruktur untuk mengumpulkan, mengangkut, dan menyimpan limbah merkuri tambal gigi amalgam.
“Pencemaran merkuri di lingkungan kita akan berkurang dan sumber daya kita akan digunakan untuk beralih ke tambal gigi alternatif bebas merkuri yang paling efektif”.
Siddika Sultana selaku Direktur, Pusat Kesehatan Lingkungan Asia mengatakan, penggunaan tambalan gigi bebas merkuri sangat penting untuk kesehatan wanita dan anak-anak yang sangat rentan terhadap efek neurotoksik merkuri dari amalgam, baik yang ditanamkan di gigi atau mencemari lingkungan mereka.
“Para pihak harus maju untuk memutuskan untuk menghilangkan merkuri dari amalgam gigi dan produk lain yang disepakati dalam Konvensi Minamata,” kata Siddika.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post