Jakarta, Prohealth.id – Anggi Maisarah bercerita nyaris menjadi bagian dari perusahaan rokok pada tahun 2016.
Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini ketika itu memilih pulang ke Medan untuk meniti karir. Ia pun mendaftar melalui jalur Officer Development Program (ODP) dengan harapan mencapai karir terbaik di industri yang memasarkan zat adiktif tersebut. “Semua aku ikutin dari tes tertulis, berkas, sampai wawancara terakhir,” ujar Anggi mengenang kisahnya ketika mendaftar pekerjaan sebagai karyawan.
Dalam wawancara terakhir, Anggi sempat mendapat pertanyaan terkait pekerjaan dan aktivitasnya. Ia menjawab banyak terlibat dalam upaya perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan. “Mungkin mereka pikir aku salah tempat, tapi aku tetap lulus. Mungkin mereka tidak terlalu menjadikan patokan latar belakang saya itu,” ungkapnya.
Setelah lulus, ia pun menyampaikan informasi penerimaan kerja tersebut kepada kedua orang tuanya. Anggi tidak menyangka respon sang ayah yang memberi saran untuk memikirkan ulang sebelum mengambil keputusan untuk bekerja di industri hasil tembakau.
“Pas aku ceritain, ayah bilang kalau boleh kasih saran Anggi itu pintar, Anggi komunikatif, bisa nggak kalau kerja tidak di perusahaan yang membunuh orang? Padahal ayahku merokok kan, aku bingung bagaimana ceritanya nih,” tutur Anggi.
Setelah merenung beberapa waktu. Anggi pun memutuskan untuk tidak mengambil kesempatan berkarir di perusaahan rokok. Menurut dia, pesan ayahnya sangat berkesan bahwa masih banyak kegiatan dan pekerjaan positif yang bisa dilakukan.
“Aku merasa benar juga, kenapa aku menampikkan itu dan lebih mengejar karir,” kata Anggi yang menjadi salah satu Top 10 World Muslimah tahun 2013.
Selang setahun pasca menolak tawaran bekerja di perusahan rokok, Anggi pun bergabung dengan Yayasan Pusaka Indonesia. Awalnya, ia bergabung untuk fokus ke pendampingan hukum bagi anak dengan perempuan. Kemudian Anggi mendapat tawaran untuk mengawal isu pengendalian tembakau yang bertujuan menjauhkan anak-anak dari bahaya rokok.
“Dari situ aku aktif terlibat dan ikut mengkampanyekan isu TC (tobacco control) ini,” kenangnya.
Anggi merasa prihatin dengan nasib anak-anak Indonesia yang tidak bisa menikmati hidupnya dengan baik. Menurutnya pemerintah telah gagal mengendalikan dampak rokok sehingga gagal juga menyelamat generasi di masa mendatang.
“Kita bisa lihat perokok di Indonesia yang bebas merokok di mana saja. Padahal kita punya perda KTR yang seharusnya tempat-tempat kawasan tanpa rokok, tidak boleh ada orang yang merokok, tidak boleh menjual rokok, tidak boleh ada iklan rokok, bahkan asbak rokok juga tidak boleh ada,” ujar Anggi yang pernah menerima beasiswa Goodwill Internasional dari Australia and New Zealand Association (ANZA).
Anggi mencoba membandingkan dengan negara maju tempat asal rokok dipopulerkan pertama kali, justru kontrol terhadap tembakau begitu ketat. Artinya, sulit menemukan atau melihat orang merokok di ruang publik.
“Indonesia surganya para perokok, itu yang sangat mengecewakan kita. Kita punya aturan tetapi aturan tidak ditegakkan. Yang lebih memprihatinkan, pejabat kita justru melanggar perda. Miris kan?” ujar Anggi
Sejak 2021, Anggi sedang getol menggerakkan semangat anak muda untuk ikut peduli memperoleh hak anak. Anggi bersama Yayasan Pusaka Indonesia membentuk Sahabat Pantau KTR. Ia mengajak anak muda untuk menggunakan Aplikasi Pantau KTR.
Aplikasi ini adalah perangkat di android untuk melaporkan orang yang merokok di kawasan tanpa rokok. Untuk mendaftar, bisa langsung unduh aplikasi melalui play store di android.
“Ini upaya kita untuk mengendalikan dampak rokok. Melarang orang merokok di KTR yang ada kita berantem, dimusuhi, dibilang sok, belagu dan lainnya. Melalui aplikasi pantau KTR, laporan tadi akan ditindak oleh dinas terkait, dan pengelola KTR yang akan dikenakan sanksi,” ujar Anggi menjelaskan aplikasi tersebut.
Saat ini jumlah sahabat pantau KTR yang mengunduh aplikasi ‘Pantau KTR’ sudah sekitar 600 sahabat. Sahabat Pantau KTR tersebar di seluruh Indonesia dan 3 wilayah yakni; Medan, Solo dan Sawahlunto menjadi daerah percontohan.
“Jadi 3 daerah ini nanti akan kita lihat implementasi penegakan kawasan tanpa rokok,” terang Anggi.
Semangat Anggi untuk mengajak anak muda peduli begitu konsisten dan teguh. Ia juga tak sungkan menggandeng influencer bekerjasama agar semakin banyak anak-anak muda yang peduli kesehatan masyarakat.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post