Berbicara soal penyandang disabilitas di Indonesia, tidak bisa mengabaikan kehadiran ThisAble Enterprise, sebuah terobosan pemberdayaan kelompok disabilitas di Indonesia yang telah berdiri selama hampir 10 tahun. Dialah Angkie Yudistia, perempuan disabilitas di balik berdirinya ThisAble Enterprise. Angkie merupakan ‘otak’ yang berniat mendobrak stigma negatif dan keterbatasan yang membaluti semua penyandang disabilitas di seluruh pelosok tanah air ketika ingin mencapai kemandirian ekonomi.
Terlahir sebagai tuna rungu saat berusia 10 tahun, Angkie Yudistia memiliki semangat belajar yang tinggi. Perempuan yang lahir di Medan, Sumatra Utara ini akhirnya yakin untuk mendirikan ThisAble Enterprise agar kelompok disabilitas mendapat pelatihan dan pendidikan yang ideal untuk memasuki bursa kerja. Berkat komitmen dan kontribusi Angkie, pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua, ia pun diboyong ke istana menjadi salah satu staf khusus milenial Presiden Joko Widodo.
Kini, hampir purna tugas Angkie Yudistia menjadi staf khusus presiden dengan label ‘stafsus milenial’ tersebut. Tim Prohealth.id pun mencoba mewawancarai Angkie Yudistia untuk mengetahui apa saja permasalahan yang masih menghantui penyandang disabilitas di Indonesia berkaitan dengan akses pekerjaan dan kemajuan ekonomi mereka. Berikut cuplikan wawancara eksklusif kami bersama Angkie Yudistia.
Bagaimana awalnya mbak Angkie mengenal dan terjun ke sebagai ThisAble enterprise?
Saya membangun ThisAble Enterprise, sebuah yayasan yang memberdayakan penyandang disabilitas yang kemudian menjadi wadah profesional di bawah naungan PT berkarya menembus batas di tahun 2015. Dibangunnya ThisAble dengan tujuan agar penyandang disabilitas, terutama yang masih dalam usia produktif mampu mandiri dan berjuang serta berdaya secara ekonomi.
Tim Prohealth juga mendata, Mba Angkie aktif menulis. Apa saja karya yang Mbak Angkie sudah lahirkan?
Pada tahun 2011 saya menulis buku “Perempuan Tunarungu Menembus Batas”, dan pada tahun 2019 saya menerbitkan buku ke 3 yang berjudul “Become Rich as a Sociopreneur”.
Apa saja pengalaman dan pengamatan mbak Angkie tentang peluang disabilitas pada bidang bisnis dan ekonomi?
Saya sebagai penyandang disabilitas tuna rungu memahami betul betapa sulitnya penyandang disabilitas bisa mendapatan kesempatan yang sama seperti masyarakat non-disabilitas, kesulitan mendapatkan sekolah yang inklusif dan kesulitan mendapatkan pekerjaan menjadi kendala bagi kami untuk bisa mengembangkan diri kami.
Apakah itu yang mendorong Mbak Angkie mau terlibat sebagai staf khusus Presiden RI?
Dengan posisi saya saat ini sebagai staf khusus presiden bidang sosial menjadi kesempatan bagi saya untuk bisa berkontribusi kepada negara dalam upaya mengembangkan potensi diri penyandang disabilitas dengan berbagai program yang inklusif, saya menginginkan penyandang disabilitas dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional dalam berbagai aspek. Salah satu motivasi terbesar saya untuk mengembangkan potensi penyandang disabilitas, Alhamdulillah, Indonesia sudah memiliki sebuah lembaga yang menaungi hak-hak penyandang disabilitas yaitu Komisi Nasional Disabilitas (KND) dan juga penyandang disabilitas di indonesia dapat memiliki nomor induk kependudukan, sebagai hak dasar warga negara untuk dapat menikmati berbagai program pemerintah.
Menurut Mbak Angkie, apa saja sih tantangan sebagai seorang disabilitas ketika akan memulai dan menjalankan bisnis?
Biasanya tantangan yang dihadapi teman-teman penyandang disabilitas yang akan memulai bisnis adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, akses pelatihan, dan akses pemasarannya. Karena itu perlunya dibuka akses permodalan dan pemasaran agar teman-teman penyandang disabilitas bisa mengembangkan bisnisnya.
Apakah ada hambatan dari teman-teman disabilitas yang memulai dan menjalankan bisnis dalam mengakses layanan kredit perbankan?
Menurut saya pendampingan keterampilan maupun pemanfaatan digital dari awal dan hingga benar-benar bisa dilepas serta tampil sebagai wirausaha bisa menjadi bentuk dukungan yang bisa kita lakukan bersama-sama. Hal itu sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo, untuk terus beradaptasi menghadapi tren ekonomi global yang mengarah pada pemanfaatan digital sebagai aktifitas ekonomi baru. Untuk mewujudkan ini, perlu membangun kolaborasi dengan berbagai kelompok usaha, agar bisa mendukung penyandang disabilitas yang bisa berdaya secara ekonomi.
Bagaimana cara Mbak Angkie melalui dan menghadapi tantangan itu, ada tips dan trik khusus?
Teruslah belajar dan tingkatkan kemampuan diri, agar kalian terus bisa berkontribusi untuk bangsa dan berdiri di atas kaki sendiri. Janganlah jadikan kekurangan yang ada di dalam diri kita sebagai alasan untuk tidak meraih mimpi dan cita-cita kita. Tetapi jadikan kekurangan itu sebagai semangat kita untuk membuktikan bahwa penyandang disabilitas bisa setara dengan masyarakat non-disabilitas.
Bidang apa saja yang menurut pengamatan Mbak Angkie bisa menjadi potensi dan peluang ekonomi bagi teman-teman disabilitas untuk memulai bisnis?
Menurut saya, setiap peluang atau kesempatan yang ada bisa menjadi potensi ekonomi untuk teman-teman penyandang disabilitas menjalankan sebuah bisnis, asalkan didukung dengan kemampuan yang dimiliki penyandang disabilitas.
Saat ini peluang terbesar yang bisa dimanfaatkan teman-teman penyandang disabilitas untuk memulai bisnis terdapat di bidang administrasi, call center, tata busana dan tata boga atau kuliner. Terlebih sekarang sudah hadir pusat pelatihan voaksi disabilitas yang diharapkan bisa menjadi jembatan antara lulusan pusat vokasi disabilitas dengan pasar kerja.
Oh ya, bisa diceritakan bagaimana awalnya tawaran dari pihak Presiden Jokowi datang ke Mbak Angkie ingin menjadikan Mbak Angkie sebagai stafsus?
Pada saat itu saya dihubungi pihak istana, dalam hal ini Menteri Sekretaris Megara menghubungi saya dan meminta saya untuk berkunjung ke istana dan dilakukan fit and proper test. Pada akhirnya saya dipilih pak presiden untuk menjadi staf khusus presiden “milenial” bersama dengan teman-teman lainnya yang dipilih Pak Presiden untuk membantu tugas-tugas.
Bagaimana pembagian tugas untuk stafsus presiden?
Sebagai Staf Khusus Presiden, tidak ada yang berbeda karena sama-sama berjuang untuk negara dengan fungsinya masing-masing. Dalam fungsinya, Staf Khusus Presiden merupakan mitra diskusi presiden sesuai dengan tugas yang diamanahkan. Presiden memberi kepercayaan kepada saya untuk memberi masukan terkait isu-isu sosial, khususnya mengenai penyandang disabilitas.
Seperti apa pola kerja tim stafsus yang Mbak Angkie terapkan?
Saya bersama tim selalu menyiapkan berbagai kegiatan untuk mendorong penyandang disabilitas Indonesia bisa setara dan berdaya di berbagai bidang. Tentunya dalam menjalankan tugas, saya selalu berkolaborasi dengan lembaga dan kementerian yang ada. Dan kami pun mendukung penuh kebijakan-kebijakan pemerintah yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Seluruh kegiatan yang saya sebagai Staf Khusus Presiden, saya pertanggungjawabkan kepada presiden sebagai wujud pengabdian dan kecintaan saya kepada teman-teman penyandang disabilitas.
Pernahkah Mbak Angkie mengalami stigmanisasi negatif sebagai disabilitas? Bagaimana menyikapi dan menghadapinya?
Saya sebagai penyandang disabilitas sudah pasti pernah mengalami stigma negatif dari lingkungan di mana saya berada. Awalnya memang sulit menghadapi kenyataan seperti itu, namun seiring berjalannya waktu dan dukungan dari keluraga menguatkan diri saya untuk berdamai dengan diri sendiri.
Terlepas dari kondisi saya yang berkebutuhan khusus, saya berkeyakinan kalau Allah pasti memberikan kelebihan untuk diri saya. Kepastian itulah yang menguatkan diri saya untuk bisa bangkit dan menunjukkan kepada masyarakat kalau saya bisa meraih mimpi-mimpi saya.
Stigma negatif terhadap penyandang disabilitas sampai saat ini memang masih menjadi tugas kita bersama, karena itu pentingnya pemahaman mengenai hak penyandang disabiitas bagi masyarakat umum.
Setelah keterlibatan dan kehadiran KND, apa harapan Mbak Angkie selanjutnya untuk kesetaraan hak disabilitas?
Saya juga berharap kedepannya akan banyak berdiri lembaga pendidikan vokasi untuk disabilitas yang bisa menjadi wadah bagi orang berkebutuhan khusus meningkatkan kemampuan diri dalam upaya menjawab kebutuhan pasar tenaga kerja, serta adanya peningkatan umkm yang terus bergerak guna membantu sistem ekonomi Indonesia.
Discussion about this post