Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
Home Perempuan dan Anak

Benarkah Susu Formula Berpotensi Menyebabkan Kanker pada Anak?

Oleh Gloria Fransisca Katharina
Senin, 14 Maret 2022
A A
Benarkah Susu Formula Berpotensi Menyebabkan Kanker pada Anak?

Ilustrasi ibu menyusui bayinya (Shutterstock)

Jakarta, Prohealth.id – Pedoman makan anak dan bayi telah dirancang untuk memastikan anak memenuhi kebutuhan gizi karena pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.

Sejumlah penelitian tingkat global menunjukkan bahwa asupan makanan balita belum memenuhi gizi nabati, total gula, dan rekomendasi makanan sehat. Menurut dr. Risya Nuria Ikhsania selaku konselor menyusui, penggiat pemberianan makanan bayi dan anak; sekaligus relawan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), banyak anak kecil terpapar pada lingkungan makanan yang buruk yang ditandai dengan banyaknya pemasaran makanan yang rendah kualitas gizinya. Hal ini tentu saja akan memperburuk kondisi stunting di Indonesia. Apalagi di Indonesia cukup banyak praktik pemberian ultra process food (UPF) yang dilakukan orang tua pada masa keemasan anak termasuk susu formula.

BacaJuga

Hari Kanker Sedunia: WHO Luncurkan Peta Jalan Tuntaskan Kanker

Kekambuhan Merokok pada Anak Ancam Target RPJMN Tak Tercapai

Padahal hampir 80 persen susu pertumbuhan mengandung tambahan sukrosa dan/atau fruktosa yang tidak sesuai dengan rekomendasi bahwa susu pertumbuhan tidak boleh mengandung keduanya. “Komposisi dan kandungan mono dan disakarida, tidak termasuk laktosa, saat ini membuat susu pertumbuhan tidak sesuai untuk dimasukkan kedalam asupan makanan anak-anak,” tuturnya.

Lebih lanjut, dr. Risya sebagai salah satu dokter di RS PMI Bogor menyebut bahwa sejumlah penelitian telah melaporkan bahwa makanan UPF dikaitkan dengan peningkatan asupan energi secara keseluruhan yang mengakibatkan penambahan berat badan, risiko obesitas, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke, dan bahkan kematian pada orang dewasa.

Nia Umar, MKM, IBCLC selaku Konsultan Laktasi yang bersertifikasi International Board Certified Lactation Consultant dan Pendiri dan Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menekankan pentingnya makanan yang beraneka ragam yang mudah didapatkan di sekitar dan menghindari UPF. “Hal ini mengingat bahaya untuk konsumsi jangka panjang, serta munculnya banyak penyakit degeneratif dan tidak menular, seperti kanker,” terangnya.

Adapun dr. Oetami Roesli, SpA selaku penggiat ASI senior menambahkan terkait penyebab kanker pada UPF, maka salah satu upaya mencegah kanker adalah menghindari UPF sejak bayi dengan menyusui karena, ASI mengandung anti kanker khusus reproduksi HAMLET yang akan melindungi ibu dan bayi. “Sebab saat ini banyak sekali klaim misleading iklan UPF termasuk makanan pengganti ASI termasuk didalamnya susu formula,” tegas dr. Oetami.

Dosen Kebidanan URINDO, Kusmayra Ambarwati menambahkan, bahwa menurut penelitian ibu Dian Hadijono dari Helen Keler Indonesia kondisi ini diperparah dengan peraturan di Indonesia mengizinkan produk untuk anak usia 1-3 tahun membuat klaim kandungan gizi dengan syarat memenuhi kriteria tertentu.

Dia menyebut, hampir semua susu pertumbuhan membuat klaim kandungan zat gizi. Namun, studi ini menemukan bahwa sepertiga dari produk (yang menyediakan informasi yang cukup untuk ditinjau) ternyata tidak memenuhi persyaratan sehat ketika menjalani analisis profil zat gizi.

Selain itu, hampir tiga perempat produk yang memberikan informasi kandungan gula diklasifikasikan memiliki kandungan gula yang tinggi (kategori merah) ketika dinilai menggunakan algoritma sisi muka kemasan produk oleh Food Standards Agency Inggris.

“Jelas bahwa tanpa adanya model nutrient profiling yang wajib digunakan di Indonesia, banyak susu pertumbuhan dijual sebagai produk yang cocok untuk anak usia 12-36 bulan, dan membuat klaim kandungan zat gizi yang menyoroti satu manfaat kesehatan ketika komposisi kandungan gizinya secara keseluruhan tidak memenuhi persyaratan sehat. Informasi ini menyesatkan konsumen,” tuturnya.

 

 

Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Tags: Air Susu IbuAsosiasi Ibu Menyusui Indonesiaibu dan anakibu menyusuiKankerstrokesusu beruang
ShareTweetSend

Komentar

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Selasa, 5 April 2022
RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

Selasa, 8 November 2022
Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Jumat, 16 Juli 2021
Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Jumat, 25 Maret 2022
Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Kiat-kiat Kawasan Tanpa Rokok PT KAI

Kiat-kiat PT Kereta Api Terapkan Kawasan Bebas Rokok

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Senin, 6 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia: WHO Luncurkan Peta Jalan Tuntaskan Kanker

Hari Kanker Sedunia: WHO Luncurkan Peta Jalan Tuntaskan Kanker

Senin, 6 Februari 2023
Larangan Penjualan Rokok Batangan: Jangan Sekadar Angan!

Larangan Penjualan Rokok Batangan: Jangan Sekadar Angan!

Senin, 6 Februari 2023
Hari Kusta Sedunia: Komisi Nasional Disabilitas Gelar Lokakarya Nasional Zero Leprosy

Hari Kusta Sedunia: Komisi Nasional Disabilitas Gelar Lokakarya Nasional Zero Leprosy

Senin, 6 Februari 2023

Recent News

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Energi Terbarukan Bantu Transpuan di NTT Rasakan Hidup Layak, Apa Kabar Kondisi di Ibu Kota?

Senin, 6 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia: WHO Luncurkan Peta Jalan Tuntaskan Kanker

Hari Kanker Sedunia: WHO Luncurkan Peta Jalan Tuntaskan Kanker

Senin, 6 Februari 2023
Larangan Penjualan Rokok Batangan: Jangan Sekadar Angan!

Larangan Penjualan Rokok Batangan: Jangan Sekadar Angan!

Senin, 6 Februari 2023
Hari Kusta Sedunia: Komisi Nasional Disabilitas Gelar Lokakarya Nasional Zero Leprosy

Hari Kusta Sedunia: Komisi Nasional Disabilitas Gelar Lokakarya Nasional Zero Leprosy

Senin, 6 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Panduan Media Siber
Prohealth

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.