Jakarta, Prohealth.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan epidemi tembakau adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar saat ini di dunia.
Situasi ini makin mengkhawatirkan untuk Indonesia. Negara ini menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asia Tenggara. Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat ada sekitar 70 juta perokok aktif dengan 7,4 persen di antaranya adalah remaja usia 10 hingga 18 tahun.
“Makin lama makin meningkat dari tahun ke tahun. Angkanya makin meningkat dan sekarang paling muda usia 10 tahun yang terdata di tahun 2023,” ucap dokter Aditya Wirawan dalam presentasinya “Rokok Elektrik: Ancaman Mematikan Bagi Kesehatan Paru” yang berlangsung secara daring di akun Youtube Rumah Sakit Universitas Indonesia.
Produk Makin Apik, Mengurangi Dampak?
Anggota Perhimpunan Dokter Paru ini menyebutkan produsen rokok terus berinovasi. Penampilan produknya yang kemasannya apik bertujuan menarik konsumen. Baik konvensional hingga mutakhir.
Sebagai contohnya rokok elektrik atau vape yang menyajikan beragam rasa dari stroberi hingga brownies. Namun tersembunyi berbagai zat berbahaya di baliknya yang dapat merusak kesehatan.
Rokok konvensional mengandung di antaranya karbon monoksida, arsenik, amonia, nikotin, aseton, hidrogen sianida, dan naftalen. Sedangkan vape meskipun tidak melalui proses pembakaran tetapi mengandung nikotin, propilen glikol, dan gliserol.
Rokok menyerang saluran pernapasan dari mulut hingga paru-paru. Paparan asapnya menyebabkan iritasi dan kerusakan pada jaringan tubuh sehingga memicu sejumlah penyakit.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang menyebabkan kesulitan bernapas. Bronkitis kronik dan asma memicu batuk, sesak, dan mengi. Paparan zat karsinogenik dari rokok menjadi penyebab kanker paru-paru.
Risiko serangan jantung, stroke, dan gangguan irama jantung meningkat. Kerusakan gigi dan jaringan mulut. Juga gangguan reproduksi pada perempuan. Paparan asap rokok juga berbahaya bagi orang di sekitarnya. Termasuk anak-anak.
“Orang di sekitar perokok kalau memang ada yang asma itu harus komplain. Karena khawatir nanti asmanya akan kambuh.”
Asap dan zat dari perokok tidak akan langsung hilang begitu saja. Tetapi akan mengendap. Misalnya merokoknya di rumah, ini akan mengendap di kursi, di meja, di dinding, dan sebagainya.
“Kalau masuk ke suatu ruangan yang memang biasa orang ada merokok di situ walaupun sedang tidak ada yang merokok akan tercium atau terasa baunya. Karena memang ada endapan-endapan tadi,” ungkap Aditya.
Ia melanjutkan, ketika anak-anak atau orang yang dengan daya tahan tubuh rendah masuk ke ruangan tersebut maka dia akan mendapatkan paparan dari zat-zat tadi.
“Karena sifatnya tidak langsung hilang, mengendap di situ.”
Selain itu nikotin menyebabkan kecanduan. Saat masuk ke otak, nikotin memicu pelepasan dopamine sehingga membuat perokok merasa rileks dan nyaman. Ketika kadar dopamin menurun, muncul rasa tidak nyaman sehingga orang ingin merokok lagi, menciptakan siklus adiksi yang sulit diputus.
Bagaimana Menghentikannya?
Berhenti merokok bukan hal mudah. Tetapi itu bukan tidak mungkin. Ada beberapa metode yang bisa dicoba. Berhenti secara langsung tanpa mengurangi jumlah rokok.
Cara lain dengan menunda waktu merokok setiap hari hingga akhirnya berhenti. Atau pengurangan bertahap yakni mengurangi jumlah batang rokok secara perlahan sampai nol.
Kemauan yang kuat untuk berhenti merokok adalah yang terpenting. Tubuh mulai memperbaiki diri setelah berhenti.
Tekanan darah dan aliran darah membaik setelah 20 menit berhenti. Kadar karbon monoksida dalam darah kembali normal dalam 12 jam kemudian. Dalam 48 jam, nikotin dikeluarkan dari tubuh. Risiko infeksi dan masalah pernapasan berkurang setelah 2 hingga 6 pekan.
Efek ini bisa dilihat jangka panjangnya. Tentu akan mengurangi risiko atau penyakit yang akan terjadi di kemudian hari,” pungkas Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Rumah Sakit Universitas Indonesia ini.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post