Jakarta, Prohealth.id – Demam berdarah adalah penyakit akibat penularan virus dari nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue (DBD) memberikan dampak pada kesehatan anak-anak.
Pakar Spesialis Anak dari Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Dwiyanti Puspitasari, memberikan penjelasan tentang meningkatnya kasus demam berdarah yang menimbulkan kecemasan, terutama di kalangan orang tua yang memiliki anak-anak.
Dalam acara “Waspada Demam Berdarah Dengue pada Anak, Cegah Komplikasi Sebelum Terlambat” oleh Dokter UNAIR TV, dr. Dwiyanti menyatakan DBD merupakan ancaman serius. Sehingga penanganan pasien harus cepat dan tepat.
Menurut Dwiyanti, gejala demam berdarah mulai dengan kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba dan drastis selama 3-5 hari.
“Meskipun pada hari ke-6 suhu tubuh dapat turun, fase ini tidak menandakan kesembuhan. Penurunan suhu tubuh adalah fase kritis yang memerlukan perhatian khusus, terutama dalam kasus-kasus yang parah,” kata Dwiyanti, pada Jumat (26/4/2024).
Selain itu, oasien biasanya mengalami sensasi dingin, pendarahan, dan dalam kasus ekstrem, risiko kematian. Namun, pada fase ini, kata Dwiyanti, pasien dengan demam berdarah ringan dapat mulai membaik dalam rentang waktu 3-7 hari dan memasuki tahap penyembuhan.
“Memahami fase-fase ini adalah kunci untuk mengatasi penyakit dengan efektif,” ucap dia.
Dwiyanti menekankan pentingnya mengenali tanda-tanda demam berdarah pada anak-anak. Demam yang tinggi dan persisten harus menjadi perhatian khusus, terutama jika tidak merespons penurun demam.
“Gejala lain termasuk kelemahan umum, penurunan nafsu makan, mual, nyeri tubuh, dan radang tenggorokan. Semua ini memerlukan penanganan medis yang segera,” bebernya.
Dwiyanti juga memberikan tips pencegahan demam berdarah. Langkah-langkah umum misalnya 3M (menguras, mengubur, menutup) bisa menghambat perkembangan nyamuk dan jentik-jentiknya.
“Sangat pentingmemperhatikan genangan air di sekitar rumah, yang sering diabaikan oleh Masyarakat,” tandasnya.
Fogging, kata Dwiyanti sebagai metode pencegahan kurang efektif karena hanya mengeliminasi nyamuk dewasa tanpa mengatasi jentik-jentik. Dia menegaskan pentingnya penelitian mengenai nyamuk wolbachia yang telah terbukti efektif dalam mengurangi kasus demam berdarah di Yogyakarta.
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan per 25 April 2024 jumlah kasus DBD tercatat 76.132 kasus. Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 540 kematian.
Pada periode yang sama di minggu 16 tahun 2023 jumlah kasus DBD sebanyak 25.050 kasus dengan kematian sebanyak 180 kematian.
Ada 5 kabupaten/kota kasus tertinggi tahun 2024. Pertama, Kabupaten Tangerang sebanyak 2540 kasus; Kota Bandung 1741 kasus; disusul Kota Bogor 1547 kasus; lalu Kabupaten Bandung Barat 1422 kasus; dan Kabupaten Lebak sebanyak1326 kasus.
Sementara 5 kabupaten/kota dengan kasus kematian DBD tertinggi pada tahun 2024 adalah Kabupaten Bandung sebanyak 25 kematian. Selanjutnya, Kabupaten Jepara sebanyak 21 kematian; lalu Kabupaten Subang 18 kematian; Kabupaten Kendal 16 kematian; dan Kota Bekasi sebanyak 15 kematian.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post