Penyakit pikun yang biasa dialami lanjut usia (lansia) adalah penyakit jenis Demensia Alzheimer. Penyakit ini merupakan gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat, dan pengambil keputusan.
Kepikunan seringkali dianggap umum pada lansia sehingga Alzheimer sering tidak terdeteksi. Padahal, gejala demensia dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia) dan deteksi dini membantu Orang Dengan Demensia (ODD) dan keluarganya untuk dapat menghadapi pengaruh psikososial dan penyakit ini dengan lebih baik.
Deteksi dini demensia penting dilakukan sedini mungkin supaya mendapat penanganan yang cepat, berkelanjutan dan persisten, hal ini berguna untuk kualitas hidup pasien. Metode deteksi dini demensia yang digunakan RSUI pada peserta kali ini yaitu dengan metode Motreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MOCA-Ina).
MoCA-Ina merupakan parameter yang digunakan untuk menilai gangguan fungsi kognitif seseorang. Adapun penilaian ini meliputi fungsi atensi, penamaan suatu objek, penilaian memori, kemampuan bahasa, abstraksi, delayed recall, orientasi (mengenal tanggal, bulan, waktu, tempat), dan visuospatial (kemampuan untuk menempatkan sebuah benda, objek atau gambar dalam sebuah tempat atau ruangan). Ketidakmampuan tersebut akan menjadi penilaian yang memungkinkan adanya tanda awal dan ciri seseorang mengalami demensia Alzheimer. Jika penilaiannya menunjukkan hasil yang tidak baik, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan serta dibutuhkan peran keluarga.
Bulan Oktober diperingati sebagai World Alzheimer’s Month (WAM). Tahun ini, RS Universitas Indonesia (RSUI) memperingati World Alzheimer’s Month (WAM) 2022 berkolaborasi dengan Alzheimer’s Indonesia Chapter Depok, menggelar Seminar Awam Bicara Sehat dengan tema; “Kenali Demensia, Kenali Alzheimer. Bersama Kita Lakukan Banyak Hal” pada 1 Oktober 2022 lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Mary Liziawati yang sekaligus mewakili Wali Kota Depok menyampaikan bahwa diperkirakan usia 65 tahun ke atas akan bertambah 25 persen alias menjadi 80 juta di tahun 2050, dengan proporsi 3 orang usia produktif menanggung 1 lansia.
Guna mendukung kota yang ramah lansia dan demensia, Pemkot Depok telah menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kota Ramah Lansia. Selain itu, seluruh Puskesmas se-Depok dan 450 posyandu lansia yang tersebar di 63 kelurahan juga telah dikerahkan menjadi fasilitas kesehatan pertama yang ramah untuk para lansia sehingga mereka dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan.
Baca Juga: Kenali Gejala Tumor Otak Sejak Dini
Dia menjelaskan, Dinas Kesehatan Pemkot Depok melakukan upaya tersebut memenuhi tiga indikator kesejahteraan lansia yaitu memenuhi kebutuhan lansia dan independen secara finansial, mampu mengurus diri sendiri dengan kondisi yang baik dan lingkungan yang nyaman, memiliki aktivitas beragam dan spiritual semakin matang.
“Melalui kegiatan yang diselenggarakan RSUI bersama ALZI Chapter Depok, sangat kami apresiasi karena telah membantu dan menunjukkan perhatiannya pada lansia. Tentunya kolaborasi ini sangat berarti dan bisa dimasifkan untuk kegiatan berikutnya demi mewujudkan Kota Depok yang maju, berbudaya dan sejahtera” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Kamis (13/10/2022).
Pembina ALZI Chapter Depok, dr. H. Fakhrurozi menyatakan dengan kegiatan ini, dia mengharapkan agar lansia di Kota Depok tetap sehat dan independen. “Kami haturkan terima kasih kepada RSUI yang telah bersedia memfasilitasi kegiatan ini. Semoga kita akan selalu bersinergi bersama jajaran pengurus peduli lansia Kota Depok demi mewujudkan Depok ramah lansia,” tuturnya.
Direktur Eksekutif ALZI, Michael Dirk R. Maitimoe S.Psi., yang juga seorang psikolog mengungkapkan lebih dari 100 negara yang tergabung dalam Alzheimer Diseasae International yang berpusat di London memperinganti World Alzheimer’s Month dengan melakukan advokasi, kampanye, dan edukasi. Terdapat sekitar 55 juta orang dengan demensia di dunia tahun 2019 dan Indonesia sendiri terdapat 1,2 juta orang tahun 2016.
“Upaya yang kita lakukan ini sebetulnya investasi jangka panjang yang berguna untuk anak dan cucu kita generasi emas Indonesia yang akan datang. Bahkan isu demensia justru sudah kita kenalkan sejak anak-anak atau usia muda” tuturnya.
Direktur Utama RSUI, Dr. dr. Astuti Giantini, Sp.PK(K) menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri, diperkirakan demensia akan meningkat menjadi 2 juta orang di tahun 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050. Pencegahan tetap bisa dilakukan dengan menerapkan tips mengurangi risiko pikun yaitu dengan berolahraga/bergerak/berjalan, bersosialisasi, konsumsi makanan bernutrisi, dan melakukan aktivitas simulasi otak misalnya dengan menulis dan membaca.
Baca Juga: Kenali Gejala Pendarahan Otak Sejak Dini
Sebagai instansi layanan kesehatan, RSUI juga berperan sebagai rumah sakit yang mendukung pemerintah dalam upaya perlindungan dan kesehatan lansia.
“RSUI berharap adanya acara ini dapat berkontribusi besar terhadap kesehatan lansia, dengan mendukung kegiatan yang bersifat preventif dan promotif. Selain itu, RSUI akan merilis Geriatrik Center dan kami siapkan ahlinya.”
Saat ini Geriatrik Center tersebut memang masih dalam proses. Rencananya, program Geriatik Center akan difokuskan pada tata laksana perawatan dan dukungan pada orang dengan demensia untuk membantu memperlambat perkembangan penyakitnya, mengelola gejalanya dan kualitas hidup penderita lebih meningkat.
Dunanty, salah seorang relawan ALZI Chapter Depok menambahkan, acara bulan Alzheimer Sedunia ini juga merupakan kampanye berskala internasional yang mengajak seluruh masyarakat untuk mengenal demensia, mengenal alzheimer, mau peduli dan bertindak serta melakukan berbagai hal untuk mendukung Orang Dengan Demensia (ODD) dan keluarga dalam perjalanan, serta perawatan bagi ODD di Indonesia.
“Kita semua memiliki peran dalam upaya meningkatkan kualitas hidup ODD dan caregiver di Indonesia bersama pemerintah, tenaga kesehatan, pemangku kebijakan, masyarakat umum lintas generasi,” pungkas Dunanty.
Seperti misalnya dengan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat kemampuan tenaga kesehatan dalam melaksanakan tata laksana demensia di Indonesia, diyakini Dunanty akan menjawab kebutuhan ODD dan keluarga agar terdorong menjadi duta melawan pikun di Indonesia. “Jangan Maklum Dengan Pikun,” ujar Dunanty.
Tidak hanya seminar, dalam kegiatan ini 50 relawan ALZI yang hadir secara langsung juga mendapatkan pemeriksaan deteksi dini demensia gratis dan cek kesehatan oleh Dokter Spesialis RSUI dan dokter dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) FKUI. Sekitar 100 peserta mengikuti kegiatan seminar secara luring, 65 peserta melalui live streaming (zoom) dan 268 orang melalui YouTube RSUI. Sebelum acara dimulai, seluruh peserta mengikuti senam Jangan Maklum dengan Pikun (JMDP), senam cuci tangan dan senam cerdik untuk menambah semangat dan rasa gembira.
Selanjutnya: Belajar Jadi ‘Laki’ dengan ‘Stop Merokok’ ala Indro Warkop
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post