Jakarta, Prohealth.id – Karsinoma tiroid papiler atau KTP, adalah keganasan tersering yang terjadi pada kelenjar tiroid.
Menurut dr. Agnes Stephanie Harahap, Sp.P.A., Subsp.q H.L.E. (K), pada sidang terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pada umumnya, tumor ini menunjukkan prognosis yang baik dan tidak agresif dengan tingkat kelangsungan hidup 10 tahun mencapai 90-95 persen.
Hal itu disampaikan dr. Agnes pada sidang promosi doktor yang berlangsung pada Senin, 26 Juni 2023, di Ruang Auditorium Lt.3, Gedung IMERI, FKUI Salemba.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Prohealth.id, dr. Agnes mengembangkan suatu model prediksi yang dapat mendiagnosis kanker tiroid berdasarkan jenis mutasi genetik. Inovasi yang dikembangkan ini akan dapat memberikan banyak manfaat apabila digunakan dalam praktik sehari hari karena relatif sederhana dan mudah digunakan, baik oleh dokter klinis yang menangani tumor tiroid maupun dokter spesialis patologi anatomik.
Untuk lebih memudahkan dalam penggunaannya, model prediksi ini telah dibuat dalam bentuk digital berupa aplikasi smartphone bernama BRAF-RAS calculator dan situs web https://www.agnresearch2023.com.
Selain itu, dr. Agnes menjelaskan bahwa pada beberapa subtipe atau varian KTP memiliki prognosis yang lebih buruk dan bersifat agresif karena sering menyebar atau bermetastasis, memiliki risiko kambuh, dan resisten terhadap terapi. Menurutnya, salah satu yang menyebabkan perbedaan perangai tersebut adalah adanya mutasi genetik, atau perubahan urutan basa atau nukleotida yang menyebabkan perubahan rantai DNA pada gen BRAF atau gen RAS. Akibat mutasi gen ini, perkembangan sel menjadi tidak terkontrol dan bertransformasi dari sel normal menjadi sel tumor ganas atau kanker.
Adanya perbedaan sifat biologis membuat The Cancer Genome Atlas (TCGA) membagi KTP ke dalam dua jenis berdasarkan pola mutase kecenderungan BRAF (BRAF-like) atau RAS (RAS-like). Pemeriksaan molekuler diperlukan untuk membedakan keduanya. Namun, pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan di Indonesia karena keterbatasan sumber daya. Hal inilah yang kemudian mendorong minat dr. Agnes melakukan penelitian untuk memprediksi adanya mutasi gen tersebut tanpa harus melakukan pemeriksaan molekuler.
“Beberapa parameter dapat digunakan untuk membedakan kedua jenis KTP ini, namun hingga saat ini belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan menilai beberapa parameter, meliputi profil klinis, histopatologis dan ekspresi protein phosphorylated extracellular signal-regulated kinase 1/2 (pERK1/2),” ujar dr. Agnes.
Kedua jenis KTP harus dibedakan karena berpengaruh terhadap tata laksana yang diberikan. Pada KTP kelompok BRAF-like membutuhkan tata laksana khusus dan tindak lanjut pasien yang lebih ketat. Sementara itu, KTP kelompok RAS-like cenderung berkembang lebih lambat dan sebaiknya tidak ditangani secara berlebihan.
Disertasi Agnes berjudul “Prediktor Diagnosis Karsinoma Tiroid Papiler dengan Mutasi BRAFV600E dan RAS Menggunakan Profil Klinis, Histopatologis dan Ekspresi Phosphorylated Extracellular Signal-Regulated Kinase 1/2”, berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Lisnawati, Sp.P.A., Subsp. Kv.R.M. (K), Subsp. S.P. (K) dengan anggota tim penguji Prof. Dr. rer. nat. Dra. Asmarinah, M.Si; Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid; dan penguji tamu dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran – Rumah Sakit Hasan Sadikin, Dr. dr. Hasrayati Agustina, Sp.P.A., Subsp. S.P. (K), M.Kes, FIAC.
Penelitian analitik yang dilakukan Agnes melibatkan 222 kasus KTP di sebuah rumah sakit di Jakarta. Ia melakukan pemeriksaan mutasi genetik menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) dan DNA sequencing sedangkan ekspresi protein pERK1/2 diperiksa dengan metode imunohistokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang bermakna yakni varian tumor, ada atau tidaknya kapsul tumor, karakteristik inti sel tumor, dan ekspresi protein pERK1/2.
Berdasarkan penelitian ini pula, diperoleh dua model prediksi KTP, yaitu model prediksi KTP dengan BRAFV600E dan RAS, serta memberikan persentase peluang mutasi yang dihasilkannya. Model prediksi BRAFV600E dengan skor tertinggi menunjukkan peluang terjadinya mutasi BRAFV600E sebesar 82 persen.
Model prediksi RAS dengan skor tertinggi menunjukkan peluang untuk terjadinya mutasi RAS sebesar 70 persen. Penggunaan hasil akhir model prediksi ini bila digabungkan dengan sistem stratifikasi risiko kanker tiroid dari American Thyroid Association dapat membantu dokter yang menangani kasus KTP dalam pengambilan keputusan terapi atau manajemen lanjutan.
Riset yang dilakukan dr. Agnes ini merupakan penelitian pertama yang mengidentifikasi karakteristik histopatologis, mutasi BRAFV600E dan RAS pada KTP secara komprehensif dan lengkap di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga termasuk penelitian pertama yang dapat menghasilkan model prediksi diagnosis KTP. Hasil perhitungan model prediksi berupa nilai peluang (persentase kemungkinan terjadinya suatu mutasi).
Di akhir sidang, Ketua Sidang yang juga Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.P.D, Subsp. G.E.H. (K), MMB. mengangkat dr. Agnes Stephanie Harahap, Sp.P.A., Subsp.H.L.E. (K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI dengan nilai cumlaude (IPK 3,93).
Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp.P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM beserta kopromotor Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, SpB, Subsp. Onk (K), M.Epid., MARS. dan dr. Maria Fransisca Ham, Ph.D, Sp.P.A., Subsp. H.L.E. (K) menyatakan hasil penelitian ini sangat baik dan sesuai dengan era kedokteran saat ini yang bersifat presisi dengan penanganan kasus yang disesuaikan dengan kondisi pasien masing-masing.
Hasil penelitian berupa model prediksi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu diagnosis KTP dengan lebih spesifik sehingga pasien mendapatkan tata laksana yang tepat.
Discussion about this post