Sebanyak 18 anggota DPR yaitu Dewan Perwakilan Remaja berkumpul dalam acara Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang diselenggara atas kolaborasi Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI), Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada Rabu, 2 November 2022 di Ruang Auditorium lantai 2, Perpustakaan Nasional RI.
CEO CISDI Diah Saminarsih mengatakan regulasi dari tataran global sampai nasional berkaitan dengan pengendalian konsumsi rokok masih perlu diperkuat implementasinya. Terutama saat ini di Indonesia belum meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), larangan iklan sponsor rokok masih bersifat persial, dan masih banyak kota atau kabupaten yang belum menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Secara fiskal kita harus terus bebenah karena International Union Of Railways (UIC) melalui penelitian ekonomi setelah memberikan indeks skor kepada seluruh negara terkait kebijakan cukai tembakau dan Indonesia mendapat skor 2,38 dari skala 5,” ujar Diah.
Selama 3 bulan terakhir, CISDI bersama dengan Komnas Pengendalian Tembakau, PKJS UI, dan PKBI melaksanakan kampanye Dewan Perwakilan Remaja dari berbagai daerah menyatakan komitmen menolak menjadi target industri rokok. Salah satunya dengan mengajak DPRemaja melakukan tugas parlemen yaitu reses.
Pada saat DPRemaja melakukan aktivitas masa reses di masing-masing daerah pemilihan (dapil) selama 1 bulan lebih, mereka kembali ke daerah pemilihan masing-masing untuk memberikan sosialisasi dan melakukan berbagai aksi kreatif untuk menunjukkan dukungan masyarakat terutama kaum muda terhadap kenaikan cukai tembakau.
Anggota Dewan Perwakilan Remaja berasal dari dapil yang tersebar hampir dari seluruh Indonesia, mulai dari Sumatra sampai Sulawesi. Dari hasil reses yang dipaparkan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU), mereka berhasil melakukan sosialisasi dengan mendidik, mempengaruhi, dan mengarahkan masyarakat mengikuti pola hidup sehat, salah satunya dengan mendukung kenaikan cukai tembakau.
Salah satu Dewan Perwakilan Remaja Regional 4, Reza Anugrah dari Palu, Sulawesi Tengah, menjelaskan hasil sosialisasi dan tantangan dalam masyarakat.
Dia menceritakan, ada 10 dari 15 kepala keluarga yang didampingi, terdapat perokok aktif di dalam keluarganya. Hal yang mengejutkan lagi adalah dari uang anggaran alokasi belanja dalam keluarga yang seharusnya dialokasikan untuk membelanjakan kebutuhan pokok dan nutrisi keluarga, justru digunakan untuk belanja rokok. Hal ini tentunya berpengaruh pada kesenjangan, kesejahteraan, dan juga kesehatan keluarga, salah satunya menimbulkan stunting pada anak.
Melihat fenomena ini, dia berinisiatif untuk memberikan tantangan kepada 10 kepala keluarga tersebut untuk berhenti merokok selama 3 hari. Tantangan bagi 10 keluarga ini ditambah dengan kewajiban mereka harus mengumpulkan dokumentasi foto berhenti merokok selama 3 hari. Lalu, hasil uang batal belanja rokok dikumpulkan selama 3 hari tersebut dan harus dialokasikan untuk hal-hal yang positif.
“Sebenarnya ini diluar dari ekspektasi saya bagaimana respon mereka terhadap tantangan ini. Akan tetapi, dari hasil yang saya dapatkan salah satu peserta dari 10 keluarga ini, berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp65.000 selama 3 hari. Keluarga yang tadinya jarang atau hampir tidak pernah konumsi makanan ayam, daging, dan telur, akhirnya selama mengumpulkan uang berhenti merokok, mereka bisa mengonsumsi makanan-makanan tersebut. Selain itu bisa sedekahkan hasil uang yang ditabung untuk kelompok disabilitas yang ada di lingkungan sekitar,” kata Reza.
Baca Juga: IPPNU Dorong Anak Muda Berani Selamatkan Lingkungan dari Bahaya Rokok
Respon pemerintah dan legislatif
Dalam kegiatan RDPU tersebut, hadir Dr. Femmy Eka Kartika Putri, M.Psi, selaku Deputi Bidang Koordinasi peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) yang mengakui jumlah perokok laki-laki di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia dan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina. Data-data juga menunjukkan bahwa sebanyak 34,5 persen atau 70,2 juta orang dewasa terpapar asap rokok di rumah. Kemudian 44,8 persen atau 28,3 juta orang dewasa asap rokok di area tertutup di tempat kerja tentunya isinya termasuk perempuan.
Berangkat dari pengalaman yang dibagikan Reza dan anggota DPRemaja lainnya, Femmy menantikan kontribusi masukan dari anggota DPRemaja untuk menyelesaikan permasalahan merokok pada pemuda. Hal ini karena pemuda merupakan subyek pembangunan yang dapat melakukan inisiatif-inisiatif baru untuk mewujudkan inovasi dan perubahan positif di masyarakat khususnya bagi pemuda sendiri.
Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D selaku Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia juga terkesan atas temuan mereka DPRemaja dari berbagai daerah. Dia yakin, cara mengendalikan masalah tembakau telah dilakukan dengan berbagai macam jalan yang bisa juga ditempuh oleh para pemuda anggota DPRemaja.
“Apa yang dilakukan teman-teman ini itu memang luar biasa. Tadi melakukan sosialisasi kemudian advokasi pada pesantren. Ini membantu pemerintah daerah dalam upaya membangun Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Ini juga luar biasa berdialog lagsung dengan wakil bupati atau bupatinya. Itu suatu hal yang luar biasa, karena bagaimanapun pengendlian tembakau ujungnya memang harus dilakukan dengan regulasi dan perlu,” sambung Febrio.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr. Hj. Anis Byarwati, S.Ag.,M.Si mengatakan dari 20 daerah pemilihan anggota DPRemaja terbilang luar biasa layaknya anggota DPR yang sebenarnya.
“Apa yang sudah dilakukan baik dan punya dampak, jadi bisa merasakan sendiri. Anggota DPRemaja melihat secara langsung bagaimana mendidik masyarakat ternyata bisa, lalu bagaimana mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti apa yang kita arahkan bisa dilakukan juga oleh adik-adik anggota DPRemaja ini jadi saya apresiasi atas kegiatan ini.”
Selanjutnya: Putri Agrowisata Kampanyekan Bahaya Rokok Bagi Generasi Muda dan Lingkungan
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post