Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
No Result
View All Result
Prohealth
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis
Home Ekonomi

Harga Tembakau Terus Anjlok, Kopi Menjadi Solusi Keuntungan

Oleh Bram Setiawan
Selasa, 30 November 2021
A A
Harga Tembakau Terus Anjlok, Kopi Menjadi Solusi Keuntungan

Saat seminar daring bertema Penghidupan Petani Tembakau dan Kebijakan Pendukung di tengah Pusaran Kebijakan Cukai, pada Jumat, (26/11/2021). Sumber: Bram Setiawan/Prohealth.id

Jakarta, Prohealth.id – Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC), Universitas Muhammadiyah Magelang mengkaji Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), bahwa belum sepenuhnya diterima manfaatnya oleh petani.

Menurut peneliti MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang, Rochiyati Murni saat seminar daring bertema Penghidupan Petani Tembakau dan Kebijakan Pendukung di tengah Pusaran Kebijakan Cukai, pada Jumat, (26/11/2021) lalu, untuk asuransi harga tembakau itu masih susah, sehingga alokasi DBHCHT itu tak bisa dimanfaatkan. “Harga tembakau itu dikuasai kartel,” kata Rochiyati.

BacaJuga

Penerapan Perlinsos yang Tak Kunjung Adil

Tahun 2023 Cukai MBDK Harus Disahkan

Saat berjualan tembakau, petani kerap terbebani berbagai macam pungutan. Ketika mewawancarai petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, Rochiyati menemukan, bahwa pajak penjualan dibebankan pada petani. Biaya transportasi saat mengantar tembakau ke industri rokok juga ditanggung petani. Ini belum lagi adanya peran penilai mutu tembakau (grader) yang menguasai penentuan harga.

“Satu keranjang (tembakau) yang disetorkan ke pabrik kalau diuangkan hanya (mendapat) 50 persen dari harga sebenarnya,” ujarnya.

Rochiyati mengatakan, harga tembakau berdasarkan kualitas ditentukan berdasarkan mutu (grade). Setiap daun tembakau yang dipetik saat panen memiliki mutu yang berbeda-beda. Semakin jauh jarak daun dari tanah, maka mutunya lebih tinggi. Penentuan mutu daun tembakau dimulai dari yang paling dekat dengan tanah yang termasuk dalam kategori grade A. “Grade yang berbeda ini menentukan harga,” ujarnya.

Warna daun tembakau biasanya hijau yang harganya paling murah. Ketika warna daun berubah, maka mutunya pun berbeda. Setelah berwarna hijau, warna daun di atasnya kuning, kemudian kuning kemerahan, dan merah.

Tanaman tembakau budi daya petani Desa Tlahap, Temanggung bisa mencapai mutu tertinggi kategori E. “Grade F dan G sangat jarang,” ucapnya. Kategori mutu F dan G, salah satunya di Temanggung bisa ditemukan di Desa Kemloko. “Ini (Desa Kemloko) yang sangat terkenal sebagai penghasil tembakau srinthil,” kata Rochiyati.

Petani Desa Tlahap, Tuhar mengatakan tanaman tembakau memang budi daya yang sifatnya turun-temurun. Hal yang sulit untuk memutuskan beralih tanaman. Namun, pertimbangan nilai ekonomi membuat para petani mencari solusi tak hanya menanam tembakau. “Tembakau mungkin sampai hari ini kurang menguntungkan,” katanya.

Masalah itu membuat Tuhar melakukan penganekaragaman tanaman, tak hanya tembakau, tapi juga kopi arabika. “Itu salah satu inovasinya,” ujarnya. Dia menjelaskan, saat mencoba sistem tumpang sari itu bukan hal mudah untuk para petani yang terbiasa turun-temurun menanam tembakau.

“Petani tembakau tidak bisa menjual rokok,” katanya.

Tapi, biji kopi bisa langsung dijual. Hal itulah yang menjadi pertimbangan untuk menambah nilai ekonomi. Tuhar menjelaskan, dulu sebelum penganekaragaman itu rata-rata 18 ribu tanaman tembakau per hektare. Ketika tumpang sari dengan kopi, maka dikurangi 4.000 tanaman tembakau. Dari 14 ribu tanaman tembakau itu mendapat berat keseluruhan 7 ton. “Satu tanaman tembakau hanya dapat setengah kilogram daun basah, hanya 13 lembar,” ujarnya.

Tuhar menjelaskan, bertanam kopi bisa mengantisipasi kalau harga tembakau kian rendah. “Musim yang bagus saja kadang harga tembakau juga jelek, untuk mengatasi hal semacam itu pengembangan kopi arabika,” katanya.

 

 

Penulis: Bram Setiawan:

Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi

Tags: Bahaya Tembakaucukai hasil tembakauIndustri TembakauMTCCPetani KopiPetani TembakauTarif Cukai Hasil Tembakauuniversitas muhammadyah magelang
ShareTweetSend

Komentar

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Menanti Perpres Kabupaten Kota Sehat Terbit Tahun 2022

Selasa, 5 April 2022
RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

RUU Kesehatan Omnibus Law Ditolak, Ini Alasannya

Selasa, 8 November 2022
Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Cek Fakta: Bisakah Tabung Selam Jadi Tabung Oksigen Murni?

Jumat, 16 Juli 2021
Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Pentingnya Penguatan Layanan Kesehatan Primer Indonesia

Jumat, 25 Maret 2022
Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Harga Mahal Tak Ada Perda Rokok

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Menganalisa Rasio Tenaga Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta Menggunakan “Google Spreadsheet”

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Forum Cendekia Kelas Dunia Hasilkan Upaya Atasi Covid-19

Kiat-kiat Kawasan Tanpa Rokok PT KAI

Kiat-kiat PT Kereta Api Terapkan Kawasan Bebas Rokok

Gimana cara berhenti merokok?

Gimana cara berhenti merokok?

Sabtu, 28 Januari 2023
Warga Negara Berhak Atas Udara Bersih

Warga Negara Berhak Atas Udara Bersih

Kamis, 26 Januari 2023
HARI GIZI NASIONAL 2023: Protein Pangan Lokal Jadi Solusi

HARI GIZI NASIONAL 2023: Protein Pangan Lokal Jadi Solusi

Kamis, 26 Januari 2023
Tak Terbantahkan, Kopi Berbahaya Bagi Keselamatan Bayi

Tak Terbantahkan, Kopi Berbahaya Bagi Keselamatan Bayi

Kamis, 26 Januari 2023

Recent News

Gimana cara berhenti merokok?

Gimana cara berhenti merokok?

Sabtu, 28 Januari 2023
Warga Negara Berhak Atas Udara Bersih

Warga Negara Berhak Atas Udara Bersih

Kamis, 26 Januari 2023
HARI GIZI NASIONAL 2023: Protein Pangan Lokal Jadi Solusi

HARI GIZI NASIONAL 2023: Protein Pangan Lokal Jadi Solusi

Kamis, 26 Januari 2023
Tak Terbantahkan, Kopi Berbahaya Bagi Keselamatan Bayi

Tak Terbantahkan, Kopi Berbahaya Bagi Keselamatan Bayi

Kamis, 26 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Panduan Media Siber
Prohealth

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.

No Result
View All Result
  • Kesehatan
  • Ekonomi
  • Perempuan dan Anak
  • Penggerak
  • Regulasi
  • Cek Fakta
  • Jurnalisme Warga
  • Infografis

© 2022 Prohealth.id | Sajian Informasi yang Bergizi dan Peduli.