Juru Bicara COVID-19, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH dalam Konferensi Pers Perkembangan COVID-19, Monkeypox dan Hepatitis Akut di YouTube Kemenkes RI pada 30 September 2022 lalu mengatakan pemerintah telah memperbarui data perkembangan cacar monyet alias monkeypox di Indonesia. Per tanggal 28 September 2022, akumulasi dugaan kasus monkeypox tercatat sekitar 75 kasus, terdiri dari 1 kasus konfirmasi, 1 kasus suspek, dan 73 kasus discarded.
Menurut dr. Syahril, jika dibandingkan dengan data pekan sebelumnya, jumlah kasus suspek berkurang 1 orang, sementara kasus discarded bertambah 8 pasien. Seluruhnya berasal dari DKI Jakarta.
“Dari 75 dugaan kasus tersebut, sekitar 73 kasus atau 97,3 persen hasilnya negatif monkeypox. Sementara sisanya, yakni 1 pasien terkonfirmasi positif dan telah dinyatakan sembuh per 4 September, dan 1 lagi masih proses pemeriksaan,” tutur dr. Syahril.
Secara keseluruhan tren kasus cacar monyet di Indonesia masih terkendali. Perkembangan kasus dan suspek dalam satu bulan terakhir cenderung melandai bahkan menurun. Momentum yang sudah cukup baik ini, kata dr. Syahril harus terus dijaga.
“Secara keseluruhan memang terjadi sedikit peningkatan, namun jumlahnya tidak signifikan. Intinya penyakit monkeypox ini masih tetap terkendali hingga saat ini,” ujar dr. Syahril.
Baca Juga: Ketika Cacar Monyet Menyambangi Indonesia
Selaras dengan Indonesia, tren kasus monkeypox di seluruh dunia juga cenderung melandai. Dikutip berdasarkan data per 28 September 2022, estimasi kasus konfirmasi cacar monyet mencapai 67.539 kasus dengan total kematian 27 orang tersebar di 105 negara.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat di Amerika dan Eropa terlihat sudah melandai. Kendati di Amerika jumlah kasusnya masih sangat tinggi dengan 25.169 kasus. Namun, dalam beberapa waktu kebelakang total kasus secara konsisten terus menurun. Pada sisi lain, sejumlah negara di Amerika Selatan justru menunjukkan tren kenaikan kasus di Brazil sebanyak 7.534, Kolombia sebanyak 2.042, dan Peru sebanyak 1.627.
“Kalau dibandingkan dengan data minggu lalu, ada sedikit peningkatan. Namun secara keseluruhan terjadi tren pelandaian kasus,” ungkap dr. Syahril.
Meski penyakit cacar monyet di level nasional dan global cenderung terkendali, dr. Syahril tetap mengimbau masyarakat untuk waspada. Katanya, yang terpenting, masyarakat dapat berpartisipasi penuh untuk mencegah penyebaran cacar monyet dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Mari kita tetap berkomitmen untuk menjaga jarak, menggunakan masker dan menjaga kebersihan diri dengan rutin mencuci tangan pakai sabun,” pesan dr. Syahril.
Baca Juga: Cacar Monyet Darurat Global, Masyarakat Wajib Perketat Protokol Kesehatan
Asal tahu saja, pada pertengahan September 2022 lalu, pasien pertama konfirmasi positif cacar monyet pada Agustus lalu telah sembuh dan beraktifitas seperti bias. Menurut dr. Syahril, kasus pertama orang yang terkonfirmasi cacar monyet pada 19 Agustus 2022 lalu dan dinyatakan positif kemudian dilakukan isolasi mandiri di rumah karena gejalanya ringan.
“Kemudian pada 4 September dinyatakan selesai isolasi dan sekarang sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasanya,” ujar dr. Syahril.
Artinya pasien tersebut sudah dinyatakan sehat. Namun ada 3 orang kontak erat dan sudah dilakukan testing dan surveilans. “Hasilnya semuanya sehat tidak ada konfirmasi positif atau bergejala monkeypox,” ucap dr. Syahril.
Memang untuk memaksimalkan pemeriksaan, Kementerian Kesehatan menambah jumlah laboratorium menjadi 15 yang ebelumnya hanya ada 2 laboratorium pemeriksaan cacar monyet. Semua laboratorium tersebar di sejumlah daerah bukan hanya di Pulau Jawa tapi juga ada di Sumatera sampai ke Ambon.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Robert Sinto, SpPD, membenarkan bahwa tren kasus cacar monyet di dunia memang menurun. Meski begitu, dia meminta kepada semua pihak tetap waspada. “Sebetulnya hasil pemeriksaan monkeypox sejauh ini negatif, dan sejauh ini tren di dunia juga beberapa waktu terakhir ini cenderung menurun, tapi kita tetap harus waspada. Indonesia sudah meningkatkan kapasitas untuk bisa memeriksakan kasus monkeypox,” ungkap dr. Sinto.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, MKM mengatakan Kemenkes tengah melakukan penguatan-penguatan untuk sosialisasi kepada kelompok berisiko.
“Kemenkes melakukan penguatan untuk tata laksana bagi SDM kesehatan di klinik, rumah sakit, sampai menjangkau ke daerah-daerah. Kemudian untuk juga pedoman terus diperbaharui dengan bantuan IDI dan pihak-pihak terkait,” ungkap dr. Farhani.
Selanjutnya: WHO Umumkan Cacar Monyet Jadi Darurat Global
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Cek artikel lain di Google News
Discussion about this post