Jakarta, Prohealth.id – Temuan kasus cacar monyet mulai mengintai di seluruh belahan dunia. Meskipun belum terkonfirmasi ada di Indonesia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa penyakit cacar monyet menjadi darurat kesehatan global.
Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh kelompok virus orthopoxvirus, yang menyebabkan cacar (smallpox). Virus ini memang memunculkan gejala yang mirip dengan cacar yakni; sakit kepala, demam, pembengkakan kelenjar getah bening diikuti ruam pada tubuh. Penyakit ini memang ditularkan melalui kontak erat, kontak fisik dengan luka di kulit dan cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta pemakaian barang-barang personal seperti tempat tidur dan handuk bersamaan.
Sekalipun semua orang dapat tertular cacar monyet, namun virus ini paling banyak menjangkit pada orang dengan hubungan seksual sesama jenis, misalnya laki-laki dengan laki-laki. Meski penularan tidak terjadi akibat hubungan seksual, tetapi lebih banyak akibat kontak erat dan sejumlah faktor lainnya. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Republik Demokratik Kongo, tahun 1970. Sejauh ini vaksin cacar air masih cukup efektif menangkal cacar monyet.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom menjelaskan dalam virtual konferensi pers, wabah cacar monyet atau monkeypox ini harus menjadi perhatian internasional. Dalam rapat kedua komira darurat WHO, keputusan ini diambil setelah tercatat ada 16 ribu kasus yang terlapor dari 75 negara.
“Saat ini ada 3.040 kasus baru cacar monyet yang dilaporkan ke WHO, dari 47 negara,” tuturnya, Sabtu, 23 Juli 2022 lalu. Angka ini mencatatkan kenaikan ada penambahan pada angka kematian yang juga terdata mencapai 5 kasus akibat cacar monyet.
Untuk mencegah dan menangani wabah ini, Tedros dan komite darurat WHO secara berkala terus memantau perkembangan kasus cacar monyet. Dia juga mengimbau semua anggota komite untuk terus mempertimbangkan temuan medis dan bukti-bukti kasus sebagai catatan utama penanganan kasus ini. Hal ini mengingat masih ada sejumlah pendapat dalam anggota komite darurat yang menolak legitimasi cacar monyet sebagai darurat global.
Tedros menegaskan berdasarkan Aturan Kesehatan Internasional, setidaknya ada lima elemen yang mendukung sebuah wabah layak menjadi perhatian darurat global.
Pertama, informasi tersebut disampaikan langsung dan resmi oleh negara bersangkutan yang memiliki temuan kasus. Artinya, pemerintah negara terkait tentu memiliki rekam jejak bahwa virus atau penyakit tersebut belum pernah ada di negara mereka sebelumnya.
Berdasarkan pantauan Prohealth.id, kasus cacar monyet di Asia sudah terdeteksi di Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan India. Negara lain yakni Spanyol, menjadi negara dengan kasus terbanyak yakni 3.125 kasus dengan mayoritas penyebaran ada di Eropa dan Amerika.
Indonesia belum didapati kasus cacar monyet mengingat imunisasi cacar dilakukan intensif fi Indonesia sejak 1956-1980. Akibatnya, masyarakat yang lahir setelah 1980 tidak memiliki kekebalan cacar dan cacar monyet. Untuk mengantisipasi cacar monyet di Indonesia pemerintah menyiapkan dua laboratorium untuk mendeteksi dini monkeypox yaitu laboratorium Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB Bogor, dan laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati, BKPK, di Jakarta.
Kedua, perkembangan kasus cacar monyet saat ini setidaknya sudah memenuhi syarat untuk dideklarasikan sebagai darurat kesehatan internasional.
Ketiga, berdasarkan nasehat dan masukan dari komite darurat meski belum mencapai konsesus bersama, mereka sama-sama sepakat bahwa penyakit ini membahayakan.
Keempat, untuk kepentingan dan prinsip ilmiah, sejumlah informasi dan temuan kasus maupun bukti medis saat ini masih terus berkembang, belum diketahui penyebabnya, dan belum memiliki kesimpulan yang pasti.
Kelima, dengan menghitung risiko terhadap kesehatan manusia dan penyebaran berskala internasional menjadi penting juga untuk memberikan peringatan bagi masyarakat dunia yang melakukan perjalanan jalan jauh dengan memperhatikan kontak erat.
Saat ini Amerika Serikat sudah menemukan kasus virus cacar monyet pertama pada balita di California, dan bayi tersebut bukan warga AS. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut kedua kasus itu kemungkinan merupakan hasil dari penularan tetangga.
Di Amerika Serikat, dan masih di California, seorang pria Bernama Mitcho Thompson berani membagikan kisah pedih karena terpapar Covid-19 bersama dengan virus cacar monyet secara bersamaan. Dia mengaku dua penyakit ini menimbulkan flu berat, sesak napas, demam, badan menggigil, tubuh dan kulit mengalami lesi.
Beberapa gejala baru cacar monyet juga perlu menjadi perhatian publik meliputi; luka genital tunggal, luka di mulut, dan luka di anus. Gejala klinis ini mirip dengan gejala infeksi menular seksual.
Menyikapi perkembangan kasus, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom pun merumuskan sejumlah rekomendasi untuk empat kelompok negara di dunia yang sudah mencatatkan kasus cacar monyet yang tinggi. Salah satunya adalah pentingnya mengimplementasiakn respon yang terintegasi dan saling berkoordinasi lintas negara dengan prioritas utama menghentikan transmisi virus dan melindungi kelompok rentah.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post