Jakarta, Prohealth.id – Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo, mengajak semua pihak untuk memetik hikmah dari pandemi Covid-19 yang sempat meluluh-lantahkan perekonomian global serta menewaskan lebih 7 juta penduduk dunia. Hal tersebut merespons keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan kedaruratan pandemi Covid-19 telah berakhir.
“Kita bersyukur, tetapi perlu diingat pencabutan status darurat bukan berarti ancaman Covid-19 sudah berakhir. Covid-19 masih bisa kembali,” kata Rahmad dalam keterangan pers tertulis yang diterima Prohealth.id pada 7 Mei 2023.
Ia mengingatkan bahwa ke depannya, masih mungkin penyakitsejenis bisa muncul kapan saja.
“Jadi mari memikirkan langkah-langkah antisipasi agar kedepan kita lebih siap menghadapi penyakit menular seperti Covid-19,” sambungnya.
Legislator PDI Perjuangan itu berpendapat, pencabutan status darurat Covid-19 juga menjadi momentum yang tepat untuk memperbaiki sistem penanggulangan bencana penyakit menular melalui penyusunan RUU Kesehatan.
“Momentum penyusunan RUU Kesehatan harus kita gunakan untuk perbaikan sistem penanggulangan bencana penyakit menukar melalui koordinasi yang kuat holistik dalam menghadapi kemungkinan pandemi di masa mendatang,” kata dia.
Belajar dari pengalaman menghadapi Covid-19 sebelumnya, Rahmad menilai masih ada beberapa catatan yang layak jadi perhatian. Misalnya, kesiapan fasilitas kesehatan yang kurang memadai di rumah sakit. Termasuk kesiapan para tenaga kesehatan dalam menghadapi musibah pandemi.
Ia menegaskan selama penanganan pandemi, rumah sakit di Indonesia pernah kewalahan menampung pasien dan obat-obatan sulit didapat. Oleh karena itu fasilitas kesehatan harus dalam posisi lebih siap, karena Indonesia masih mungkin akan menghadapi berbagai permasalahan kesehatan, mungkin virus di luar Covid-19.
“Upaya pemerintah berkaitan dengan infrastruktur medis, termasuk tenaga kesehatan harus optimal di seluruh daerah,” katanya.
Selanjutnya, Handoyo juga menekankan perlunya mempersiapkan obat-obatan, termasuk vaksin secara berdikari.
“Kita juga harus mengembangkan penelitian untuk menghasilkan obat-obatan dan vaksin secara mandiri, sehingga kita sudah siap jika ada ancaman virus baru yang datang melanda. Ini perlu,” katanya.
Ia mengatakan, obat-obatan harus jadi perhatian serius karena ternyata indonesia tergantung 90 persen obat impor. Hal ini menurut Handoyo sangat berisiko kalau ke depan dunia menghadapi hal sama tentunya kita kelabakan dan tidak akan siap.
“Kekurangan obat kelangkan alat kesehatan, kedepan indonesia harus dipastikan lebih berdikari di bidang obat dan alat kesehatan, ” katanya.
Tak kalah penting, kata Handoyo, masyarakat harus tetap hidup secara hegenis. Menjaga kebersihan dan kesehatan dengan cara mencuci tangan dan makan-makanan bergizi.
“Sudah terbukti, tubuh yang sehat bisa melawan penyakit termasuk virus Covid-19. Pola gerakan hidup sehat harus menjadi gerakan nasional. Mulai dari pola hidup dan pola makan sehingga akan bisa secara mandiri masyarakat mampu mencekal penyakit menular lainnya,” tandasnya.
Dikutip dari The Associated Press, WHO hanya mencabut level kedaruratan dari pandemi itu sendiri, sedangkan pandeminya belum usai. Sehingga, virus Covid-19 masih ada, tetapi bukan menjadi emergensi global lagi.
Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa Covid-19 bukan lagi tergolong sebagai kedaruratan global.
“Meskipun demikian, hal itu bukan berarti Covid-19 telah usai sebagai ancaman kesehatan global,” ujar Tedros.
Budaya Tes Mandiri
Dalam rangka memasuki fase non kedaruratan, pemerintah Indonesia tetap berjaga-jaga dan membudayakan protokol kesehatan bagi masyarakat. Untuk itu, pemerintah Indonesia memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan tes Covid-19 secara mandiri menggunakan tes cepat antigen. Saat ini telah tersedia produk tes cepat antigen mandiri yang telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan, dengan sistem pelaporan melalui aplikasi SATUSEHAT.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dr. L. Rizka Andalucia, berharap dengan adanya tes mandiri, akan mempercepat deteksi dini dan upaya pengobatan Covid-19. Mengingat saat ini terjadi kenaikan kasus Covid-19 seiring dengan telah ditemukan dua kasus varian XBB.1.16 atau lebih dikenal dengan Arcturus di Indonesia pada Maret-April 2023 lalu.
“Dengan dilakukan skrining mandiri, tentunya diharapkan akan mempercepat temuan kasus Covid-19 dan pengobatan. Diharapkan skrining mandiri dalam rangka deteksi dini Covid-19 dapat terlaksana dengan baik untuk Indonesia yang semakin sehat dan tangguh”, ujar Dirjen Rizka.
Tes cepat antigen mandiri, merupakan metode tes Covid-19 secara mandiri, yang dalam prosesnya tidak memerlukan bantuan tenaga kesehatan, baik saat pengambilan spesimen, hingga pembacaan hasil tes, sebagai upaya skrining mandiri dalam rangka deteksi dini Covid-19.
Masyarakat dapat membeli produk tes cepat antigen mandiri di toko alat kesehatan, apotek, dan tempat lain yang memiliki izin pendistribusian alat kesehatan. Pastikan produk tes cepat antigen mandiri yang dibeli telah memiliki izin edar.
Saat ini telah terdapat dua (2) produk tes cepat antigen mandiri yang telah disetujui izin edarnya dan memiliki kode Quick Response (QR) yang terhubung dengan aplikasi SATUSEHAT, yakni FASTCLEAR Q COVID-19 Ag Nasal dan Panbio COVID-19 Antigen Self-Test.
Apabila dalam perkembangannya terdapat produk tes cepat antigen mandiri lain yang juga telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan, masyarakat dapat mengakses informasinya melalui http://infoalkes.kemkes.go.id. Saat ini produk memiliki kode QR yang terhubung dengan aplikasi SATUSEHAT. Kode QR berisi kode unik pada tiap produk, sebagai tanda pengenal produk agar mampu telusur dan tidak dapat digunakan kembali.
Ketika terkonfirmasi positif Covid-19, Pemerintah juga memberikan layanan telemedisin bagi masyarakat dengan hasil tes positif Covid-19. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu ragu untuk melaporkan hasil tes cepat antigen mandiri melalui aplikasi SATUSEHAT, unggah hasil tes dengan cara pindai kode QR dan mengisi data yang diperlukan.
“Bila hasil tes positif, maka lakukan isolasi mandiri dan lanjutkan konsultasi melalui layanan telemedisin untuk mendapatkan pengobatan gratis. Bila hasil tes negatif, namun bergejala atau kontak erat, maka tetap lakukan karantina mandiri dan berkonsultasilah dengan tenaga kesehatan,” lanjut Dirjen Rizka.
Berikut sejumlah hal yang perlu masyarakat perhatikan dalam melakukan tes mandiri. Pertama, gunakan produk tes antigen mandiri yang telah memiliki izin edar.
Kedua, hasil tes dapat diinput melalui aplikasi SATUSEHAT pada bagian Hasil Tes Covid-19.
Ketiga, untuk mendapatkan hasil yang valid, ikuti cara penggunaan produk yang terdapat dalam petunjuk penggunaan pada kemasan.
Masyarakat juga diminta memperhatikan cara pembuangan limbah tes cepat antigen COVID-19 yang telah digunakan. Ada beberapa cara yang harus dilakukan masyarakat.
Pertama, setelah selesai digunakan, swab kit dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dilakukan disinfeksi dengan disinfektan dengan cara disemprotkan.
Kedua, kantong plastik yang digunakan harus kuat/anti bocor.
Ketiga, kemudian digabung dengan sampah sejenis (plastik) dan tidak boleh dicampur/dimasukkan dengan sampah organik (sampah basah).
Keempat, dilarang dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
Selain antigen mandiri, pemerintah menambah jaminan bagi masyarakat dengan obat antivirus oral terbaru bernama nirmatrelvir atau ritonavir atau Paxlovid merupakan obat baru Covid-19 yang kini tersedia di Indonesia. Obat ini dinilai lebih efektif dalam proses penyembuhan pasien Covid-19, yang diberikan kepada pasien dewasa dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang dan berpotensi menjadi berat.
Sebanyak 24.096 dosis didonasikan untuk Indonesia oleh Pemerintah Amerika Serikat dan Australia. Paxlovid akan didistribusikan ke 34 provinsi, dengan tahap awal distribusi obat akan diprioritaskan kepada daerah yang sangat membutuhkan.
Discussion about this post