Jakarta, Prohealth.id – Kementerian Kesehatan berkomitmen mencapai target eliminasi AIDS pada 2030 mendatang.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pada Peringatan Hari AIDS Sedunia 2021, Rabu (1/12/2021) lalu mengatakan saat ini pada level nasional, jumlah Orang dengan HIV (ODHIV) terpantau fluktuatif.
Berdasarkan data permodelan epidemi HIV dengan aplikasi Asian Epidemic Modeling dan Spectrum diperkirakan ada sekitar 543.100 ODHIV yang tersebar di Indonesia.
Oleh karena itu, Kemenkes berkomitmen melakukan eliminasi AIDS pada 2030 mendatang yang tercermin dalam target 95-95-95 yakni 95 persen pertama ODHIV mengetahui status HIV, 95 persen kedua ODHIV mendapatkan terapi obat ARV, 95 persen ketiga semua ODHIV yang udah dapat obat ARV mengalami penurunan viral load.
Dante membeberkan, Kemenkes telah menyusun sejumlah langkah strategis misalnya; menerbitkan RAN Eliminasi HIV AIDS, perluasan akses pencegahan, layanan diagnosis HIV dan pengobatan ART dan infeksi oportunistik, menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait serta melakukan inovasi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS.
”Usaha yang kita lakukan secara komprehensif ini berdasarkan status kesehatan orang-prang tersebut. Ini membuat kita tidak melakukan diskriminasi dan mengutamakan Hak Asasi Manusia agar semua ODHA mendapatkan akses yang baik di bidang kesehatan,” ujar Dante.
Dia menegaskan, kendati upaya eliminasi HIV AIDS terus diperkuat, perlu diakui bahwa capaian eliminasi HIV AIDS di Indonesia masih jauh dari target.
Dante menilai ada sejumlah penyebab yang menghambat upaya eliminasi HIV AIDS di Indonesia diantaranya jumlah fasyankes yang mampu melakukan skrining HIV belum merata serta rendahnya kesadaran ODHIV melakukan pengobatan ARV.
“Tingginya lost to follow up pada pasien HIV AIDS sehingga pengobatan belum optimal,” terangnya.
Dari target triple 95 persen, dilaporkan baru ada 75 persen ODHA yang mengetahui status HIV, dan baru 39,6 persen ODHIV yang mendapatkan obat ARV dan baru 32,4 persen ODHIV yang mendapatkan ARV sudah mengalami penurunan turun viral load.
Dante juga menyebut masalah stigma dari keluarga, petugas kesehatan maupun masyarakat luas terhadap ODHIV ikut mempengaruhi sulitnya pengendalian, preventif, dan upaya promotif penanganan HIV/AIDS.
Pasalnya, dukungan dari orang sekitar yang minim turut berdampak pada rendahnya tingkat kepatuhan ODHIV melakukan pengobatan ARV. Padahal orang dengan HIV tentu memerlukan dukungan untuk tidak menghentikan pengobatan tanpa indikasi medis dan tetap semangat karena dengan ARV, tetap dapat berkarya dengan baik.
Oleh sebab itu, Dante menegaskan Kemenkes memiliki komitmen dalam upaya agar stigma dan diskriminasi pada pasien pasien HIV AIDS dengan menjamin hak asasi manusia termasuk orang dengan HIV, serta menerapkan kebijakan untuk meningkatkan akses pelayanan pada HIV harus kita secara komprehensif terintegrasi dan bermutu.
Kemenkes juga telah mencanangkan Program STOP yaitu Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan. Dante berharap, berbagai upaya yang telah dirancang untuk pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia dapat berjalan dengan baik.
”Ini akan memberikan refleksi kita untuk melakukan upaya yang terbaik dimasa yang akan datang sehingga kita bisa melakukan optimalisasi dan sinergisme diantara kelembagaan dan kita bisa menempatkan pasien ODHA di tempat strategis dan sebaik-baiknya bedasarkan hak asasi yang mereka miliki,” pungkasnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post