Beberapa banyak drama korea mulai bermunculan mengusung, atau setidaknya menyematkan kata “doctor”, di judulnya, misalnya Ghost Doctor dan Doctor Lawyer. Sebelum ini, ada sederet drama yang mengusung tema dokter, dari Good Doctor, Doctor John, Doctor Romantic, Doctor Prisoner hingga Doctor Stranger. Atau, yang tidak menggunakan kata-kata doctor, seperti Hospital Playlist, Descendant of The Sun, Hospital Ship, dan Hometown Cha-Cha.
Yang menjadi keunggulan dari Korea Selatan dalam mengemas drama mereka. Tidak ada satu drama yang sama. Mungkin saja mirip, misalnya ada romansa, ada humor, tetapi selalu saja ada pembedanya.
Hal lain yang menjadi kekuatan adalah kemauan (dan kemampuan) untuk membuatnya lebih detail dan mendekati kenyataan, baik dari setting rumah sakit maupun di dalam ruang operasi. Sisanya, kemampuan para penulis dan para aktor memberikan interpretasi terhadap profesi mulia ini.
Meski sudah banyak referensi bertemakan dokter pada drama Korea, belum banyak yang menjadikan perempuan sebagai tokoh sentral. Berikut beberapa drama yang menjadikan doktor perempuan sebagai pusat dari cerita, antara lain:
- Descendants of The Sun
Drama korea ini sangat populer di tahun 2016, terutama dari segi romansa antara dua pemain utama, yaitu Song Hye Kyo dan Song Joong Ki. Namun, terlepas dari chemistry keduanya, Song Hye Kyo memerankan dokter Kang Mo-yeon, seorang tokoh yang tidak mudah di dunia nyata, yaitu dokter perempuan di daerah konflik perang. Meski berbalut humor dan romansa ala drama korea, Descendants of The Sun ini juga mencoba menggambarkan sulitnya berpraktik di kondisi penuh dengan trauma perang yang dialami oleh para dokter.
- Hospital Ship
Tahun 2017, ada Hospital Ship yang diperankan oleh Ha Ji-Won dan Kang Min-Hyuk yang harus berpraktik dengan segala keterbatasan di atas kapal. Dengan tema yang sederhana, drama ini mencoba memperlihatkan perjuangan Ha Ji Won yang sebelumnya sebagai dokter andal di daratan harus berjibaku dengan para pasien di pulau-pulau yang jauh dari jangkauan. Karakternya juga menceritakan bagaimana ia harus berjuang untuk menghadapi masalah kesehatan personal. Meski demikian, drama ini tetap berbalut romansa dan humor ala korea selatan.
- The Doctors
Drama ini mengusung Park Shin Ye dan Kim Rae Won sebagai tokoh utama. Berbeda dengan dua drama sebelumnya, drama ini mulai bercerita dari masa remaja Park Shin Hye sebagai bermasalah hingga akhirnya menjadi ahli bedah neurologi yang andal. Sebagai tambahan, ia juga petarung MMA. Romansa dalam The Doctors lebih dominan ketimbang berhadapan dengan pasien, sekitar 70 persen. Sisanya adegan politik di rumah sakit dan meja operasi.
Ketiga drama ini bolehlah menjadi tontonan wajib dalam koleksi medical drama karena memperlihatkan sosok-sosok dokter perempuan yang tidak kalah dari sejawatnya. Ada Song Hye Kyo yang menjadi dokter di daerah perang, Ha Ji Won menjadi dokter keliling pulau, dan Park Shin Hye yang jago berkelahi sekaligus ahli neurologi.
Tentu saja, artikel ini tidak bermaksud menyepelekan atau mengenyampingkan peran dokter-dokter perempuan di drama lainnya, seperti Hospital Playlist, Dr Romantic, Doctor John, atau Hometown Cha-Cha. Misalnya di Doctor John hanya berkutat di sosok doktor Cha Yo-Han (Ji Sung) atau di Hometown Cha-Cha lebih berpusat kepada interaksi para penduduk di pulau tersebut.
Dokter perempuan di dunia nyata
Melihat akhir-akhir belum ada lagi aktor utama perempuan yang memerankan dokter, atau setidaknya dengan serius memperlihatkan konflik yang dialami oleh dokter perempuan, baiknya kita kembali ke dunia nyata.
Di Indonesia, Marie Thomas merupakan dokter perempuan pertama, pendiri sekolah kebidanan pertama di Sumatra dan menjadi dokter pertama yang mengenalkan metode kontrasepsi baru di negara ini seperti IUD (intrauterine device).
Ia harus bersekolah selama 10 tahun, dari tahun 1912 hingga 1922, di School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) untuk mendapatkan gelar dokter ini. Untuk mendapatkan gelarnya ini pun tidak mudah. Hampir saja, ia tidak bisa bersekolah karena mereka hanya terima laki-laki. Berkat seorang dokter perempuan Belanda, Aletta Jacobs, yang mengusulkan kepada Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg agar perempuan diberikan kesempatan menjadi dokter dan berhasil.
Marie Thomas mendapatkan beasiswa dari SOVIA (Studiefonds voor Opleiding van Vrouwelijke Inlandsche Artsen), sebuah yayasan yang memberikan bantuan beasiswa pendidikan perempuan bumiputera di sekolah kedokteran dan keperawatan. Ia pun menjadi satu-satunya perempuan di antara 180 siswa laki-laki yang menempuh pendidikan untuk menjadi dokter.
100 tahun kemudian, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah tenaga medis pada 2019 mencapai 1.244.162 orang, dengan persentase perempuan lebih dari 70 persen di Indonesia. Profesi paling banyak adalah dokter umum, ahli gizi, dokter spesialis anak, perawat, bidan, dan bantuan tenaga kesehatan lainnya. Situs The Conversation Indonesia menyebutkan bahwa laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia menyatakan menyatakan dua per tiga sumber daya manusia di sektor kesehatan secara global adalah perempuan. Atau, dikenal sebagai “feminisasi profesi kesehatan”.
Meski demikian, angka dokter perempuan yang melanjutkan pendidikan ke tingkat lanjutan menjadi dokter spesialis hanya 12.324, sementara laki-laki mencapai 17.268 orang. Angka ini tentu saja tidak proporsional dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta orang penduduk Indonesia.
Sayangnya, Indonesia tidak (atau belum) memiliki drama medis yang cukup bisa dinikmati atau dikritisi seperti di Korea Selatan. Setidaknya, kita bisa memiliki gambaran atau memahami (“relate”) dengan isu-isu kesehatan di negeri ini. Memang tidak akan bisa menyelesaikan masalah karena drama hanyalah ramuan berdasarkan kisah-kisah kehidupan manusia, namun bisa mengungkapkan sisi lain, baik drama, romansa, atau humor, dari kenyataan.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post