Jakarta, Prohealth.id – Kondisi bibir sumbing jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan tepat, bisa menyebabkan komplikasi kesehatan fisik dan masalah psikologis bagi sang anak maupun keluarganya.
Kondisi bibir sumbing dan celah langit-langit adalah salah satu bentuk kelainan daerah kraniofasial yakni bagian tulang kepala dan tulang wajah, yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi, dan langit-langit akibat gangguan fusi (fusion) pada masa kandungan. Penyebab bibir sumbing memang belum diketahui pasti. Oleh karena itu fokus terpenting adalah penanganannya. Jika tidak segera ditangani, bibir sumbing dapat menyebabkan komplikasi masalah seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, berbicara, serta meningkatnya resiko malnutrisi, dan bahkan gangguan psikologis.
Menurut dr. Ulfa Elfiah, M.Kes, SpBP-RE(K), Spesialis Bedah Plastik, Ketua Yayasan Dewi Kasih, Kepala UNEJ Medical Center, setiap hari di seluruh dunia ada 540 anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit, sebuah kondisi yang apabila tidak ditangani dapat membawa dampak berkepanjangan bagi fisik maupun psikologi anak. Khusus di Jember, rasio angka pasien bibir sumbing mencapai 1:1.000 pada tahun 2019.
“Angka ini mencerminkan bahwa butuh perhatian khusus dan serius agar tercipta kemudahan akses untuk mendapatkan penanganan bibir sumbing secara komprehensif, baik dari sebelum, saat, hingga sesudah operasi,” kata dr. Ulfah dikutip melalui siaran pers yang diterima Prohealth.id, Rabu (1/9/2021).
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Jember ini juga menyatakan msyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Timur hendaknya kini makin aware untuk berperan aktif. Oleh karena itu pihaknya bekerja sama dengan Smile Train Indonesia guna menangani pasien bibir sumbing.
Smile Train Indonesia adalah badan amal internasional yang memberikan operasi gratis serta perawatan sumbing komprehensif kepada anak-anak, telah memulai perjalanannya sejak tahun 2002. Saat ini sudah lebih dari 90 ribu pasien di seluruh Indonesia yang mendapatkan operasi sumbing gratis.
Ruth Monalisa, Program Director Smile Train Indonesia menceritakan setiap 3 menit seorang bayi terlahir dengan kondisi bibir sumbing dan/atau celah langit-langit. Penting saat ini mendorong kesadaran bahwa bibir sumbing atau celah langit-langit mulut bukanlah aib, melainkan kondisi fisik yang sangat bisa diperbaiki. Sebagai lembaga amal, Smile Train bermitra dengan dokter ahli bedah serta tenaga medis lokal melalui berbagai pelatihan, untuk memberikan perawatan sumbing.
“Dengan demikian, kami dapat lebih luas menjangkau anak-anak yang belum mendapatkan akses atau informasi perawatan sumbing sumbing gratis,” ungkap Ruth.
Ruth juga mengingatkan bagi para pasien operasi bibir sumbing, harus mempersiapkan tindakan menyeluruh, mulai dari perbaikan gizi sebelum operasi, operasi perbaikan, observasi pasca-operasi, serta tindakan lanjutan seperti terapi wicara dan bimbingan psikologis; untuk memastikan bahwa tumbuh kembang anak akan berjalan optimal.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post