Layanan yang tidak ramah bagi pasien HIV/AIDS bisa menghambat mereka dalam mengakses kesehatan.
Hal yang menghambat ini menurut Koordinator Nasional Inti Muda Indonesia Bella Aubree akibat stigma dan diskriminasi yang berlapis-lapis. Orang muda merasakan dampak tersebut.
“Stigma itu biasanya dobel atau tripel. Stigma karena populasi kunci. Karena transpuan mendapat stigma dari masyarakat. Stigmanya menjadi dobel karena sudah transpuan tetapi hidup dengan HIV. Kalau orang muda itu ada tambahan lagi karena dia masih muda,” ucapnya pada “Global AIDS Update 2024: Urgency of Now: AIDS at a Crossroads” di Jakarta pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Orang muda lebih mengalami penghakiman daripada populasi kunci dewasa yang hidup dengan HIV. “Kaya ya ampun kamu masih muda, yuk masih bisa tobat. Jadi masih ada pandangan seperti itu dari tenaga kesehatan.”
Dia menyebutkan pandangan seperti itu sangat menghambat orang muda mengakses kesehatan dan membuat tidak nyaman. Kalau ujung-ujungnyanya mendapatkan stigma atau penghakiman, nantinya orang muda tidak mau menjalani tes HIV.
Sedangkan Jaringan Gaya Warna Lentera (Jaringan GWL-INA) menjelaskan pencegahan HIV lewat PrEP. Lembaga ini merupakan salah satu pionir program PrEP di Indonesia.
“Kami fokus pada isu PrEP sejak di 2022 sebagai salah satu pilihan pencegahan HIV terbaru di Indonesia. Kami membangun kesadaran mengenai PrEP ini,” kata Program Manager GWL INA Irvan.
PrEP efektif mencegah infeksi HIV tetapi kurang diminati pada awalnya sehingga GWL INA melakukan terobosan. Lembaga itu kemudian membuat atau membentuk vocal point atau 26 champion di 21 wilayah.
Para champion berperan menyampaikan informasi mengenai PrEP ke komunitas sehingga memahami manfaatnya dan membangkitkan keinginan mereka untuk bisa mengakses PrEP sebagai pencegahan. Pada 2023, para champion sudah berhasil merujuk 1431 penggunaan PrEP baru di 21 wilayah.
Dia melanjutkan,“Tentu saja ini berkolaborasi dengan teman-teman petugas penjangkau dan teman-teman konten kreator yang bekerja sama dengan GWL INA. Kami juga menyampaikan informasi melalui sosial media kami. Baik itu di Instagram, TikTok, maupun Twitter.”
Irvan mengutarakan lebih dari satu juta orang sudah terjangkau dan terinformasi mengenai PrEP dari Maret sampai November 2023 dan 72 ribunya berkontak secara langsung.
Inti Muda Indonesia menyampaikan pula isi pemberitaan di media yang masih memuat stigma terhadap populasi kunci, keberagaman gender, dan status HIV.
Bella Aubree juga mengungkapkan lingkungan yang kurang kondusif terhadap orang muda membuat mereka tidak memahami risiko ketika berhubungan seksual tidak aman. Mereka tidak mengerti kegunaan kondom dan PrEP.
“Minta kondom ke layanan atau membeli kondom kesannya malu banget. Rasa malu itu pada akhirnya menempatkan dirinya pada risiko,” ujarnya.
Dia menekankan pentingnya orang muda mendapatkan pembekalan kegunaan ‘alat pengaman’ agar tidak terinfeksi HIV dan infeksi menular seksual (STI).
“Kami tahu ada fenomena orang muda melakukan seksual bebas. Kami rasa penting mereka sadar bahwa itu berisiko sehingga mereka perlu mendapat pemahaman supaya tidak terinfeksi HIV dan STI di kemudian hari,” tutup Bella.
Editor: Gloria Fransisca Katharina
Discussion about this post