Melalui situs resminya, Kementerian Kesehatan menyatakan kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Total kasus sebanyak 65.858 pada tahun 2020. Jumlah kasus kanker payudara bahkan mengalahkan kanker serviks yakni sebanyak 36.633 kasus.
Tingginya angka kasus kanker payudara membuat Kemenkes menjadikan penanganan kasus ini sebagai prioritas. Masih dari situs Kemenkes, pemerintah akan terus memperkuat pelayanan medis untuk pengobatan kanker payudara. Caranya dengan mengatur pemerataan pelayanan kesehatan agar akses layanan kesehatan bagi pasien kanker lebih mudah dan memadai.
Sejalan dengan hal ini, Andi Muh. Maulana, selaku dosen dan mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berupaya mencari alternatif penanganan kanker payudara. Melalui disertasi doktoralnya, Maulana mengangkat ekstrak kedelai sebagai penghambat patogenesis kanker. Ia melakukan uji coba untuk disertasi tersebut pada tikus.
Saat membacakan hasil disertasinya pada sidang promosi doktor (24/4/2024) di IMERI UI, Salemba, Jakarta Pusat, Maulana mengatakan bahwa terapi preventif dari ekstrak kedelai dapat menekan jaringan tumor pada tikus. Dengan menggunakan metode penelitian eksperimental, ia pun berkesimpulan bahwa ekstrak kedelai terbukti dapat menurunkan massa hingga volume tumor pada payudara tikus melalui metode preventif. Hal ini ia sampaikan saat sesi penyampaian hasil penelitian. Sebelum akhirnya mendapatkan sanggahan, pertanyaan, dan juga masukan oleh penguji.
Maulana sendiri tertarik pada kedelai karena kedelai adalah bahan pangan alami. Apalagi masyarakat Indonesia sudah sering mengonsumsi bahan pangan ini di Indonesia. Pada saat sesi tanya jawab, Maulana menyampaikan bahwa ekstrak kedelai ini dapat menjadi solusi alternatif dalam aspek pencegahan dan tetap tidak bisa menggeser posisi obat-obatan medis.
“Ekstrak kedelai merupakan alternatif terapi komplementer dan tidak dapat menggeser terapi utamanya,” ucap Maulana saat menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh Dr. dr. Primariadewi Rustamadji, MM, Sp.PA(K).
Indonesia sendiri memang bukan penghasil kedelai terbesar di dunia. Namun, konsumsi kedelai di Indonesia terbilang cukup tinggi.
Meskipun memiliki banyak manfaat, ekstrak kedelai juga tetap tidak bisa menjadi pencegah utama dari kanker payudara. Pada perempuan yang masih berusia muda, kanker payudara tetap memiliki beberapa faktor penyebab. Hal ini akibatnya memerlukan pola pencegahan lain yang relevan.
“Meskipun ekstrak kedelai terbukti bermanfaat, kita juga perlu mempertimbangkan faktor lain seperti pola hidup dan kecepatan pendeteksian penyakit kanker,” beber Maulana saat menjawab pertanyaan dari Prof. Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG-KFER.
Setelah kurang lebih 2 jam melalui prosesi sidang, Maulana akhirnya lulus dengan IPK 3.97 dan predikat cumlaude. Melalui disertasinya kali ini, ia berharap bahwa bahan pangan khas Indonesia seperti kedelai dapat terus diteliti dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kedokteran.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post