Ilmu pengasuhan anak atau parenting sangat penting bagi ibu atau ayah baru. Sayangnya, mungkin masih sebagian orang belum mengetahuinya ketika mempersiapkan kelahiran anak.
“Menjadi seorang ibu itu nggak bisa begitu saja. Kita butuh ilmu yang mana semakin bertambah setiap tahunnya. Ilmu yang ter-update terutama segi kesehatan,” kata dr. Tammy Herliani, MMRS, CBS, saat mengisi webinar peringatan Hari Anak Balita Nasional (18/4/2024) lalu.
Selaku narasumber Direktorat Gizi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kemenkes, ia mengingatkan pentingnya pemahaman orang tua tentang tumbuh kembang anak. Melalui materi “Penuhi Gizi Balita Sesuai Usia dengan Bahan Mudah di sekitar Ibu,” dr Tammy mengatakan bahwa masalah anak hadir dari masalah orang tuanya.
Berdasarkan hasil pengamatan dr Tammy, misalnya saja, ayah yang merokok memberikan dampak yang tidak sehat bagi anak. Ia menegaskan seharusnya ayah sebagai kepala keluarga tidak merokok.
“Rokok itu adalah gerbang utama untuk masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan anak yang nantinya akan berakhir pada masalah stunting (salah satunya),” terang dr Tammy yang juga seorang konselor laktasi.
Namun terkait stunting ini, memang tidak melulu akibat faktor genetik. Pencegahan stunting bisa melalui perbaikan gizi 1000 hari pertama kehidupan. “Itu kan menunjang tumbuh kembang janin bayi dan anak sampai usia 2 tahun dan tidak dari anak lahir saja. Tapi kita (juga) harus fokus dari ibunya dari ke belakangnya di 280 hari kehamilan,” jelasnya.
Kesehatan Ibu dan Anak
Ketika anak telah lahir, selanjutnya anak akan masuk masa penyusuan. Durasi menyusui eksklusif selama 0-6 bulan. Menyusui ekslusif artinya tanpa adanya intervensi makanan atau minuman selain ASI.
Tammy mengatakan terkadang masih ada dalam masyarakat, kondisi salah kaprah mengenai ASI eksklusif. Sebagian masyarakat masih belum optimal memberi ASI. Sebagai contoh, ternyata ada kecolongan dari orang tua atau dari neneknya atau dari siapapun.
“Misalnya, ada masuk dari air putih atau air teh, air kopi. Padahal ibunya sudah yakin nggak dikasih apa-apa,” ujarnya.
Maka sebenarnya proses pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan sudah gagal. Meski demikian, fase itulah yang menjadi dasar pentingnya bagi seorang ibu belajar menyusui.
“Setelahnya baru MPASI, dimana kita harus memenuhi gizi anak yang seimbang dengan makanan variasi-variasi dan mencukupi target harian anak.”
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak akan terus berlangsung. Oleh karenanya, orang tua harus terus belajar hal baru. Tidak ada istilah lulus mendidik anak. Sampai akhirnya anak dewasa, orang tua masih harus mengawasi anaknya.
Selain fokus terhadap gizi anak, dr. Tammy mengingatkan pentingnya menjamin kondisi ibu pasca melahirkan. Jangan sampai ibu malah kekurangan nutrisi. Kondisi ini justru bisa menjadi gerbang stunting lain. Sebab stunting tdak hanya dari anak yang lahir, tetapi juga dari ibu yang kurang nutrisi. Sehingga sebelum seorang perempuan hamil, perlu menjaga kesehatan perempuan sejak memasuki usia remaja.
Saat ini remaja perempuan di Indonesia banyak mengalami anemia. Penyakit anemia adalah defisiensi zat besi. Akibat perempuan kekurangan zat besi, pertumbuhan otak anak berpotensi terhambat, sehingga mengakibatkan stunting. Contoh lain anaknya pun mudah sakit seperti contohnya batuk dan pilek.
Setelah fase menyusui ekslusif selama 6 bulan, ibu dan anak memasuki fase MPASI. Pada fase ini, orang tua perlu memahami signal dari anak, dan tidak berekspektasi terlalu tinggi. Orang tua perlu mengikuti ritme dan membaca makanan kesukaan anak. Ibu dan ayah secara cerdas perlu mencari celah untuk mensiasati anak agar tidak perlu mengonsumsi makanan sehat bukan ultaproses.
“Jadi ibu tidak selalu menjadikan anak ibu dikit-dikit GPM,” jelasnya.
Orang tua dengan balita harus menghindari makanan Ultra Proceseed Food (UFP). Seturut peraturan WHO 16 Oktober 2022, makanan ini tidak direkomendasikan untuk anak karena tinggi gula dan garam. Panduan ini berlaku tidak hanya makanan tetapi juga untuk minuman manis.
Tammy mengingatkan, masyarakat sekarang sudah banyak yang menormalisasi makanan dan minuman berpemanis tersebut. Padahal pencernaan bayi dengan mikrobioma usus, punya beragam bakteri baik dan tidak baik. Gula menyebabkan tumbuh kembangnya bakteri yang tidak baik. Sistem imun juga dapat terganggu karena gula.
“Kesehatan pencernaan anak adalah investasi. Jangan tanyakan kapan anak boleh makan gula dan UPL karena pada dasarnya orang dewasa pun sebaiknya menghindari juga.”
Oleh karena itu ibu dan ayah harus kreatif dalam mengolah MPASI dan jeli memilih bahan makanan. Misalnya dengan membaca komposisi bahan makanan untuk anak. Ia wanti-wanti lagi agar tidak memberikan makanan berperasa dan pemanis.
Selain itu juga orang tua perlu menjamin variasi bahan makanan untuk kelengkapan gizi. Misalnya karbohidrat untuk anak tidak melulu nasi. Orang tua bisa mengganti dengan singkong atau kentang. Protein hewani misalnya tidak hanya telur. Kemudian jenis ikan-ikanan orang tua bisa bersiasat ketimbang memberikan salmon, ganti dengan ikan kembung.
Khusus bagi para ayah, dr. Tammy mengingatkan agar ayah harus paham pemberian MPASI kepada anak. Peran pengasuhan harus saling berbagi dan tidak dibebankan hanya kepada ibu.
Editor: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post