Jakarta, Prohealth.id – Dalam rangka memperingati satu dekade keanggotaan Indonesia dalam jejaring perbaikan gizi global atau Scaling Up Nutrition (SUN) Movement, Indonesia masih menggaungkan janji yang sama yaitu perbaikan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan.
Menurut Wakil Presiden K.H. Maruf Amin, acara tahunan tersebut fokus pada perbaikan gizi di 1000 hari pertama kehidupan demi mencegah stunting (kekerdilan). Per tahun 2019 saja, prevalensi stunting adalah 27,67 persen dan wasting adalah 7,44 persen.
“Kita hanya mempunyai waktu sekitar dua tahun untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting dan wasting sesuai target RPJMN 2020-2024,” ujar Ma’ruf Amin, Selasa (23/11/2021).
Dalam kegiatan SUN Annual Meeting 2021 yang bertema “Satu Dekade Melangkah Bersama”, Ma’ruf Amin mengakui selain prevalensi stunting, dua tantangan lainnya adalah peningkatan kasus penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, kanker, dan diabetes, serta tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia yang berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, serta menurunkan kualitas bayi yang dilahirkan.
Sementara itu Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menambahkan, perbaikan gizi merupakan salah satu bentuk investasi dengan nilai return of investment yang tinggi. Setiap US$1 yang dikeluarkan, mendatangkan keuntungan ekonomi sebesar US$16.
“Maka, pemerintah akan terus berinvestasi di bidang gizi, untuk berpacu dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing menyambut era Indonesia Emas 2045,” ungkap Suharso.
Dengan menjadikan perbaikan gizi sebagai proyek prioritas dalam RPJMN 2020-2024 serta percepatan penurunan stunting sebagai major project, juga diterbitkannya Peraturan Presiden No. 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Indonesia membidik target prevalensi stunting sebesar 14 persen pada 2024.
Beriringan dengan penanganan stunting, Indonesia juga terus fokus untuk menghadapi tiga masalah gizi lain atau triple burden of malnutrition, yaitu kekurangan gizi makro, kekurangan gizi mikro, dan kelebihan gizi. Untuk mencapai penanganan yang baik, kerja sama lintas sektor sangat penting agar percepatan perbaikan gizi dapat terwujud.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko mengingatkan pentingnya gizi sebagai kunci kualitas SDM, yang juga sering kali disebut dengan gizi untuk pembangunan, sebagai pesan kunci saat peluncuran komitmen Indonesia dalam Nutrition for Growth (N4G) Summit 2021 di Tokyo, 7-8 Desember 2021 mendatang.
Dalam forum N4G, Indonesia berkomitmen mengatasi segala bentuk malnutrisi melalui pencapaian tujuan, yaitu mengalokasikan dana untuk intervensi gizi, terutama spesifik dan sensitif.
“Seluruh provinsi menyusun dan mengimplementasikan rencana aksi daerah pangan dan gizi, serta mengarusutamakan gizi dalam layanan kesehatan primer, di antaranya dengan memastikan Puskesmas dilengkapi dengan tenaga kesehatan esensial termasuk tenaga gizi,” tutup Deputi Subandi.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post