Jakarta, Prohealth.id – Saat ini varian baru Covid-19 yaitu Omicron berkembang di banyak negara seperti Malaysia dan Singapura hingga mengepung Indonesia.
Sejumlah peneliti dan ilmuwan masih melakukan penelitian lebih lanjut terkait varian baru Covid-19 yang Bernama Omicron. Varian ini berkembang pertama kali di wilayah Afrika Selatan akibat rendahnya vaksinasi di benua tersebut.
Berkaca dari kondisi tersebut Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid mengatakan, saat ini di Indonesia terjadi penurunan kasus baru mingguan sebesar 1% dan penurunan jumlah kematian sebesar 14 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan situasi transmisi dan kapasitas respon, secara nasional, Indonesia masuk dalam kategori transmisi komunitas level 1 dengan kapasitas respon sedang dan vaksinasi sedang.
Meski demikian dia mengingatkan situasi ini sangat dinamis, sehingga pemerintah perlu melakukan monitor terus menerus dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan tingkat situasi ini.
“Apalagi dengan situasi saat ini dimana mobilitas dan interaksi antar orang semakin tinggi dan munculnya varian-varian baru, yang dapat sewaktu-waktu memunculkan gelombang baru di kemudian hari,” ujar dr. Nadia dalam konferensi pers virtual di Jakarta (1/12/2021) lalu.
Dia pun mengingatkan masyarakat agar tetap waspada mengingat situasi global saat ini. Berbagai upaya yang harus filakukan yaitu, pertama memastikan protokol kesehatan selalu diterapkan meskipun sudah divaksinasi. Kedua, upaya penemuan kasus yang dilanjutkan dengan pemeriksaan jenis varian. Ketiga, perkuat pelacakan kontak dan investigasi kasus-kasus yang berkelompok (atau klaster), dan keempat meningkatkan serta percepatan cakupan vaksinasi.
”Selalu waspada, jika ada peningkatan kasus yang tidak biasa, atau kluster-kluster besar, atau peningkatan kasus pada orang yang telah divaksinasi atau peningkatan keparahan pada pasien Covid-19, dapat menjadi penanda awal adanya risiko varian-varian baru virus Covid-19,” tukasnya.
Khusus untuk vaksinasi, dr. Nadia mengatakan, saat ini laju penyuntikan vaksinasi harian harus ditingkatkan mengingat hari efektif pelayanan vaksinasi di bulan desember lebih sedikit sehingga target capaian vaksinasi dosis 1 pada akhir tahun sebesar 80 persen dosis 1 dan dosis lengkap sebanyak 60 persen dapat tercapai.
Sebelumnya, dr. Siti Nadia juga mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya untuk mempertahankan kasus positif Covid-19 serendah mungkin dengan penurunan kasus yang konsisten.
Dia meyakini uaya ini akan efektif jika masyarakat patuh, taat dan disiplin terapkan protokol kesehatan termasuk mengurangi mobilitas dan berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19.
Dia mengungkapkan, upaya-upaya penanggulangan pandemi di Indonesia dikelompokkan ke dalam lima pilar utama. Pertama deteksi, dilakukan melalui penguatan testing, tracing, karantina/isolasi. Deteksi juga dilakukan melalui surveilans untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dan surveilans genomic untuk mengawasi varian baru serta pengawasan di pintu masuk negara.
Kedua, manajemen klinis dilakukan tatalaksana kasus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan termasuk potensi obat baru dan persiapan kapasitas rumah sakit dan fasyankes lain. Ketiga, perubahan perilaku dilakukan melalui penguatan protokol kesehatan berbasis teknologi informasi PeduliLindungi.
Keempat, peningkatan cakupan vaksinasi dan kelima penguatan sistem kesehatan untuk menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan esensial dan memenuhi standar protokol kesehatan
Dia mengatakan dalam situasi pandemic yang sudah membaik harus dipertahankan dengan optimal. Cara tercepat adalah memastikan mobilitas tidak meningkat secara tajam agar laju penularan juga tidak meningkat.
“Tes dan tracing ditingkatkan dan diperkuat agar secara cepat kita temukan kasus positif. Semakin disiplin terapkan protokol kesehatan dan terus meningkatkan cakupan vaksinasi. Kita harus pastikan setelah libur nataru tidak terjadi lonjakan kasus,” ujar dr. Nadia.
Pengamat Kesehatan Masyarakat Prof. Tjandra Yoga Aditama menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk terus waspada mengingat umur Covid-19 yang baru dua tahun sehingga masih banyak hal yang tak terduga dari virus ini. Menurutnya, penyebab kenaikan kasus positif di banyak negara saat ini harus menjadi pelajaran bagi Indonesia.
Dia memerinci ada beberapa penyebab kenaikan kasus di beberapa negara antara lain karena sekelompok masyarakat yang belum divaksinasi, efikasi vaksin menurun, dan pelonggaran mobilitas yang berkorelasi dengan naik turunnya kasus. “Kita bersyukur kasus positif kita menurun sangat tajam dan bertahan lama. Tetapi kita juga harus tetap belajar dari negara-negara lain. Kita mesti tetap waspada dari sekarang,” tukasnya.
Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo mengungkapkan terjadinya lonjakan kasus di Singapura sejak pertengahan Juli 2021 lalu selain kemunculan varian delta, pelanggaran protokol kesehatan, juga disebabkan masih banyaknya orang yang tidak mau divaksinasi. Terdapat sekitar 60 ribu sampai 100 ribu lansia tidak mau divaksinasi di Singapura. Padahal mereka termasuk dalam kelompok yang paling rentan.
”Ketika delta masuk, mereka (lansia) yang paling rentan. Kematian paling banyak lansia dan punya komorbid. Pemerintah Singapura mulai memberlakukan kebijakan baru yaitu orang (warganya) dipaksa divaksinasisi. Orang yang tidak divaksinasi, kalau sakit harus bayar sendiri,” terangnya.
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Discussion about this post